Jumat, 10 Januari 2014

Pengertian PUISI


Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
A. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
1. Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
2. Jenis dan Contoh Puisi Lama
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh : Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh :Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh :Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka adalah pantun berkait. Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Contoh : Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Contoh : Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. Ciri-ciri dari jenis puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
1. Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
2. Bersifat lisan, sakti atau magis
3. Adanya perulangan
3. Metafora merupakan unsur penting
4. Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
5. Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
b) Pantun
Ciri – ciri :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
c) Karmina
Ciri-ciri karmina
1. Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
2. Bersajak aa-aa, aa-bb
3. Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
4. Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
5. Semua baris diawali huruf capital.
6. Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
7. Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
d) Seloka
Ciri-ciri seloka
1. Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
2. Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
e) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
1. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
2. baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
f) Syair
Ciri-ciri syair
1. Terdiri dari 4 baris
2. Berirama aaaa
3. Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
g) Talibun
Ciri-ciri:
1. Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
2. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
3. Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
4. Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
5. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
B. PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2. Jenis-jenis dan Contoh Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Contoh : Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang Pemberontak”
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Contoh :
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Contoh :
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Contoh :
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Contoh :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Contoh :
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
4. Ciri-ciri dari Jenis Puisi Baru
Ciri puisi dari Jenis isinya :
a) Balada
Ciri-ciri balada
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
b) Hymne
Ciri-ciri hymne
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.
c) Ode
Ciri-ciri ode
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
d) Epigram
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e) Romance
Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
f) Elegi
Ciri-ciri elegi
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
g) Satire
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Ciri puisi dari Jenis bentuknya :
a) Distikon
• 2 baris; sajak 2 seuntai
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima – aa–bb
b) Terzina
Terzina (Itali: 3 irama)
c) Quatrain
• Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
d) Quint
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/
e) Sextet
• sextet (latin: 6 baris)
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
f) Septima
• septime (Latin: 7 baris)
• Rima akhir bebas
g) Oktav
• Oktaf (Latin: 8 baris)
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
h) Soneta
1. Terdiri atas 14 baris
2. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
3. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
4. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
5. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
6. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
7. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
8. Penambahan baris pada soneta disebut koda.
9. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
10. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.






Cara Menulis Puisi Yang Indah

Berpuisi adalah ekspresi jiwa kita. Setiap puisi yang kita buat, biasanya lebih sebagai perwakilan hati. Tak jarang, seorang penulis terheran-heran dengan kalimat-kalimat yang telah ia tulis sendiri. Tanpa disadari, muncul kejutan-kejutan ekspresi yang menggambarkan sebuah situasi: cinta, rindu, dendam, kebencian, indah, bahkan permusuhan. Puisi sering juga menjelma menjadi mantra-mantra yang mampu menaklukkan kerasnya hati seorang pembaca.

Karena puisi lahir dari dalam diri seseorang, kita perlu merangsang agar ia mau keluar menjadi kalimat-kalimat canggih yang indah. Proses perangsangan itu tak berbeda dengan saat kita menulis cerpen atau novel. Hanya saja, menulis puisi lebih dibutuhkan konsep simbol dari kata-kata yang harus kita pilih untuk mewakili ungkapan perasaan atau suatu situasi yang ingin kita lantunkan menjadi bait-bait syair yang mempesona.

Untuk itu, setidaknya kita harus melalui proses perangsangan itu sebagai berikut. Meskipun beberapa orang tidak harus melewati proses ini, setidaknya bisa membantu atau mempermudah lahirnya sebuah puisi.

1.    Meditasi untuk ketenangan hati
Meditasi tidak harus dilakukan seperti orang sedang melakukan yoga. Sobat hanya perlu menenangkan pikiran sebelum melakukan proses selanjutnya. Dalam setiap agama, kita mengenal istilah sembahyang, yang tidak lain adalah proses meditasi untuk menenangkan diri atau berdialog dengan Sang Pencipta.

2.    Membayangkan peristiwa atau situasi
Jika ketenangan hati telah menghampiri Sobat, silakan membayangkan peristiwa atau situasi yang indah atau yang selama ini membuat hati Sobat bergejolak atau tertarik untuk mengamati ulang.

3.    Mengilustrasikan dalam media
Setelah membayangkan peristiwa atau situasi, silakan mencoba mengilustrasikannya secara ringkas ke dalam pikiran. Akan lebih mudah jika Sobat melakukannya dalam bentuk coretan-coretan kalimat atau beberapa kata dikertas, dilaptop, atau media apapun yang mampu menyimpan gagasan sobat.

4.    Meraba simbol dan tanda kalimat
Tahap selanjutnya, ringkaslah kalimat-kalimat atau rangkailah kata-kata yang telah Sobat ilustrasikan dengan kalimat atau kata-kata yang menyimbolkan atau menjadi tanda khas dan menarik sesuai dengan hati dan pikiran.

5.    Merapikan dan menghaluskan kalimat atau kata
Terakhir, jangan lupa membaca ulang kalimat-kalimat yang telah Sobat susun tadi, dan rasakan nada dan intonasinya. Jika Sobat masih merasakan ada kejanggalan, ulangi terus membacanya hingga didapatkan kenikmatan dan kepuasan spiritual atas karya puisi Sobat sendiri itu.

Begitulah proses perangsangan ide untuk menjadi sebuah puisi yang menarik dan mempesona. Sobat tidak perlu ragu untuk melakukannya. Sebab, setiap orang memiliki potensi untuk membuat keindahan dalam puisi karyanya. Setidaknya, puisi Sobat bisa membantu melegakan berbagai masalah yang sedang dihadapi. Akan lebih beruntung lagi jika Sobat kumpulkan puisi tersebut, lalu diterbitkan menjasi sebuah buku. Bukankah itu sangat memuaskan secara spiritual? Selamat mencoba.



Menulis puisi adalah salah satu cara untuk mengekspresikan dan melepaskan kepenatan jiwa seni kita, selain untuk belajar berbahasa dengan lebih baik dan terarah. Puisi itu tidak harus indah menurut orang lain tapi hanya perlu bermakna menurut diri sendiri.
Kompetensi menulis puisi dimaksudkan agar seseorang dapat menggunakan bahasa dengan tujuan untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi serta untuk berintegrasi dengan orang lain. Selain itu juga menulis puisi dapat melatih kepekaan terhadap realitas kehidupan sekitar.
Kegiatan menulis puisi adalah kegiatan yang bersifat produktif dan kemampuan menulis puisi dapat dicapai dengan bimbingan yang sistematis serta latihan yang intensif. Berikut adalah penjabaran cara menulis puisi menurut para ahli.
Cara Menulis Puisi Menurut Muchlisoh
Menurut Muchlisoh (1997:403) bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menulis puisi adalah :
Menentukan isi atau tema puisi.
Menentukan bentuk atau struktur puisi.
Cara Menulis Puisi Menurut Utami Munandar
Utami Munandar (2009) mengemukakan bahwa kegiatan menulis puisi dapat dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap preparasi, dilaksanakan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang akan dijadikan bahan penulisan.
Tahap inkubasi, dilaksanakan dalam usaha mematangkan ide-ide yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya.
Tahap iluminasi, merupakan tahap pelahiran ide, gagasan atau pengalaman ke dalam bentuk puisi.
Tahap verifikasi, yaitu kegiatan menulis puisi, hasil karya sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menulis puisi yang pertama adalah mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan. Dari data atau informasi yang telah dikumpulkan maka akan diperoleh ide yang akan dijadikan sebuah puisi, sehingga setelah pelahiran ide atau gagasan dalam bentuk puisi, tahap selanjutnya adalah penulisan puisi, hasil karya sendiri.



Cara menulis puisi yang baik dan benar
    Menulis puisi merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Banyak orang menganggap bahwa menulis puisi merupakan suatu bakat, sehingga orang yang tidak mempunyai bakat tidak akan bisa menulis puisi. Anggapan seperti ini tidak sepenuhnya benar. Seseorang bisa saja terampil menulis puisi karena giat belajar dan berlatih karena sesungguhnya menulis puisi merupakan sebuah keterampilan (Wiyanto, 2005:48).
   Dalam penulisan puisi, Pradopo (19970 membedakan penulisan  puisi menjadi tiga bentuk yaitu puisi anak-anak, puisi remaja, dan puisi dewasa. Jenis puisi tersebut dikategorikan berdasarkan pada tingkat usia penulis puisi yang berkaitan erat dengan isi dan gaya ekspresinya. Jika kita lihat dan jenis-jenis puisi di atas, maka penulisan yang  yang harus dilakukan oleh seorang penulis untuk menghasilkan sebuah karya yang indah. (Wiyanto, 2005:48) menjelaskan ada beberapa langkah di dalam menulis puisi. Yang pertama yaitu menentukan tema puisi yang akan ditulis. Tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan oleh seorang penulis di dalam puisinya. (Wiyanto, 2005:48). Tema puisi dapat diambil dari mana saja, ia tersebar luas di sekitar kita. 

  Setelah menentukan tema, hal yang harus dilakukan selanjutnya mengembangkan tema  tersebut menjadi bait-bait atau larik-larik dengan menggunakan kata-kata yang indah dan tepat. Dalam proses pengembangan tema,ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pengarang, di antaranya.
Memilih kata-kata yang tepat atau yang sesuai, yang dapat mewakili perasaan pengarang.
Menggunakan atau memilih gaya bahasa yang akan digunakan sehingga puisi tersebut akan menjadi indah dan enak untuk dinikmat;
Menentukan pengimajian puisi.
Menentukan bentuk tipografi dan lain-lain.
   Seorang sastrawan senior, Ahmadun Herfanda dalam Aminuddin dkk (2004:77) memberikan tips cara-cara menulis puisi. Seorang penulis harus memperhatikan beberapa hal di dalam proses penulisan puisi. Pertama, menulis dengan perasaan, biarkanlah perasaan kita bekerja saat menulis puisi, rasakanlah sesuatu yang indah dan menggetarkan. Kedua, manfaatkanlah imajinasi untuk membantu ekspresi. Ketiga, sedapat mungkin hindarilah pernyataan-pernyataan yang verbalistik (ide yang kosong, kering serta miskin imajinasi. Keempat memberikan sentuhan intelektualitas-kecerdasan, wawasan pengetahuan yang luas, pengetahuan setetik yang cukup dan sikap kritis. Terakhir, menulislah dengan cinta. Mulailah menulis dengan rasa cinta, kesukacitaan, dan gairah.
Syarat menulis puisi yang baik. | Menulis puisi
   Secara umum, suatu karya puisi disebut sebagai karya yang baik apabila unsur-unsur yang menjadi ciri sebuah puisi itu ada pada puisi yang dibuat oleh seorang penulis. Ciri-ciri tersebut seperti menggunakan pilihan kata yang tepat, adanya unsur pencitraan, adanya pemadatan bahasa, adanya kata konkret, mengandung tema serta amanat. Herfanda dalam Aminuddin dkk., (2004:77) menjelaskan bahwa puisi yang bagus adalah puisi yang imajinatif yang dibangun dengan citraan yang indah, utuh dan konkret.
Teknik Rekonstruksi  Parcial Cerpen | Menulis puisi
   Teknik rekonstruksi parcial cerpen merupakan teknik yang digunakan dalam menulis puisi dengan cara merekonstruksi atau menyusun kembali cerpen yang telah dibaca secara parsial menjadi puisi (Purpasari, 2010). Sedangkan untuk teknik rekonstruksi parcial cerpen siswa diminta untuk merekonstruksi cerpen yang jelas dibacakan menggunakan bahasa sendiri menurut pemahamannya, namun yang perlu diingat adalah pada tahap penulisan siswa diminta untuk tidak menghilangkan unsur – unsur dalam cerpen, seperti tema, amanat, latar, tokoh, penokohan serta unsur intrinstik yang lainnya



Imbuhan Ber-



No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Awal
Berawal
Bermula
2
Ada
Berada
Ketika itu
3
Adu
Beradu
Bertumbuhkan
4
Api
Berapi
Menghasilkan
5
Aksi
Beraksi
Bergerak, melakukan sesuatu
6
Air
Berair
Menghasilkan
7
Akal
Berakal
Mempunyai
8
Akibat
Berakibat
Berakhir dengan
9
Alur
Beralur
Memiliki alur
10
Adab
Beradab
Mempunyai adab

No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Belok
Berbelok
Melakukan, proses
2
Bisa
Berbisa
Mengandung, menghasilkan
3
Baur
Berbaur
Menjadikan
4
Bau
Berbau
Mempunyai, mengeluarkan
5
Buah
Berbuah
Menghasilkan
6
Baris
Berbaris
Melakukan dengan, cara
7
Bisik
Berbisik
Memberitahukan
8
Buru
Berburu
Melakukan, megejar
9
Bincang
Berbincang
Melakukan pembicaraan
10
Beda
Berbeda
Menyatakan, berlainan

No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Cadar
Bercadar
Memakai
2
Cahaya
Bercahaya
Menghasilkan
3
Catut
Bercatut
Menjadi
4
Cap
Bercap
Mempunyai
5
Campur
Bercampur
Menjadi satu
6
Corak
Bercorak
mempunyai
7
Cumbu
Bercumbu
Melakukan
8
Cinta
Bercinta
Menaruh rasa
9
Cukur
Bercukur
Melakukan
10
Cerai
Bercerai
Berhenti





No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Damai
Berdamai
Berbaik kembali
2
Dasi
Berdasi
Memakai
3
Dagang
Berdagang
Melakukan
4
Dalih
Berdalih
Melakukan
5
Diam
Berdiam
Melakukan
6
Debar
Berdebar
Menyebabkan
7
Debur
Berdebur
Mengeluarkan, menghasilkan
8
Diskusi
Berdiskusi
Melakukan, mengadakan
9
Dandan
Berdandan
Melakukan dengan menggunakan
10
Duri
Berduri
Menghasilkan

No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Edar
Beredar
Bergerak mengelilingi
2
Empati
Berempati
Melakukan, mempunyai
3
Embun
Berembun
Menghasilkan
4
Ekor
Berekor
Mempunyai
5



6



7



8



9



10




No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Falsafah
Berfalsafah
Mengungkapkan
2



3



4



5



6



7



8



9



10




No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Gurau
Bergurau
Melakukan dengan berkata-kata
2
Gairah
Bergairah
Menghasilkan semangat
3
Gaduk
Bergaduk
Melakukan
4
Gerombol
Bergerombol
Melakukan, berkumpul
5
Goyang
Bergoyang
Menghasilkan
6
Gambar
Bergambar
Menghasilkan
7
Gigi
Bergigi  
Mempunyai, menghasilkan
8
Gantung
Bergantung
Bersangkut-paut, berkait
9
Gerak
Bergerak
Melakukan
10
Geser
Bergeser
Melakukan

No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Hias
Berhias
Melakukan
2
Hitung
Berhitung
Mengerjakan
3
Hadiah
Berhadiah
Menghasilkan
4
Hina
Berhina
Melakukan
5
Hujah
Berhujah
Melakukan
6



7



8



9



10




No
Kata Dasar
Afiks
Makna
1
Ibadah
Beribadah
Melakukan, menjalankan
2
Ibarat
Beribarat
Mengandung, menghasilkan
3
Imbas
Berimbas
Berakibat, menghasilkan
4
Iba
Beriba
Menimbulkan
5
Isteri
Beristeri
Mempunyai
6
Ikhtiar
Berikhtiar
Berusaha melakukan
7
Identitas
Beridentitas  
Mempunyai
8
Ideologi
Berideologi
Mempunyai, menganut
9
Istirahat
Beristirahat
Melakukan, berhenti sebentar
10
Iring
Beriring
Melakukan