Puisi
adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas
puisi lama dan puisi baru.
A. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1
baris
2. Jumlah baris dalam 1
bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap
baris
5. Irama
1. Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri
puisi lama:
a) Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
2. Jenis dan Contoh
Puisi Lama
a) Mantra adalah ucapan-ucapan
yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh : Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun
anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh :Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun
tetapi pendek. Contoh :Dahulu
parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka adalah pantun berkait. Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam adalah puisi yang
berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Contoh : Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Contoh : Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g)
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. Ciri-ciri dari jenis
puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
1. Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd,
abcde-abcde.
2. Bersifat lisan, sakti atau
magis
3. Adanya perulangan
3. Metafora merupakan unsur
penting
4. Bersifat esoferik (bahasa
khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
5. Lebih bebas dibanding puisi
rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
b) Pantun
Ciri – ciri :
1. Setiap bait terdiri 4
baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai
sampiran
3. Baris 3 dan 4
merupakan isi
4. Bersajak a – b – a –
b
5. Setiap baris terdiri
dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
c) Karmina
Ciri-ciri
karmina
1. Setiap bait merupakan
bagian dari keseluruhan.
2. Bersajak aa-aa, aa-bb
3. Bersifat epik: mengisahkan
seorang pahlawan.
4. Tidak memiliki sampiran,
hanya memiliki isi.
5. Semua baris diawali huruf
capital.
6. Semua baris diakhiri koma,
kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
7. Mengandung dua hal yang
bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
d) Seloka
Ciri-ciri
seloka
1. Ditulis empat baris memakai
bentuk pantun atau syair,
2. Namun ada seloka yang
ditulis lebih dari empat baris.
e) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
1. Baris pertama berisikan
semacam soal, masalah atau perjanjian
2. baris kedua berisikan
jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
f) Syair
Ciri-ciri
syair
1. Terdiri dari 4 baris
2. Berirama aaaa
3. Keempat baris tersebut
mengandung arti atau maksud penyair
g) Talibun
Ciri-ciri:
1. Jumlah barisnya lebih
dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
2. Jika satu bait berisi
enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
3. Jika satu bait berisi
delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
4. Apabila enam baris
sajaknya a – b – c – a – b – c.
5. Bila terdiri dari
delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
B. PUISI
BARU
Puisi
baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris,
suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi,
simetris;
b) Mempunyai persajakan
akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan
pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi
empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya
atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri
atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2. Jenis-jenis dan
Contoh Puisi Baru
Menurut
isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada
adalah puisi berisi kisah/cerita. Contoh : Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada
Matinya Seorang Pemberontak”
b) Himne
adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Contoh :
Bahkan batu-batu yang
keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu
dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada
lekuk dan liku
bawah sayatan khianat
dan dusta.
Dengan hikmat selalu
kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari
tangan dan kaki
dari mahkota duri dan
membulan paku
Yang dikarati oleh dosa
manusia.
Tanpa luka-luka yang
lebar terbuka
dunia kehilangan sumber
kasih
Besarlah mereka yang
dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di
datam hati.
(Saini S.K)
c) Ode
adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Contoh :
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) Epigram
adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Contoh :
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak,
merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) Romance
adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi
adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Contoh :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak
elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
g) Satire adalah puisi yang berisi
sindiran/kritik. Contoh :
Aku bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad
penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang
anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan
terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta
kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki
dewi kesenian.
(Rendra)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara
lain:
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
4. Ciri-ciri dari Jenis
Puisi Baru
Ciri puisi dari Jenis
isinya :
a) Balada
Ciri-ciri balada
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait,
masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b.
Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
b) Hymne
Ciri-ciri hymne
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa,
Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.
c) Ode
Ciri-ciri ode
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
d) Epigram
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik;
nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada
teladan.
e) Romance
Romantique (Perancis); keindahan perasaan;
persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
f) Elegi
Ciri-ciri elegi
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka
atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
g) Satire
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam
terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang
pura-pura, rasuah, zalim etc)
Ciri puisi dari Jenis
bentuknya :
a) Distikon
• 2 baris; sajak 2 seuntai
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima – aa–bb
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima – aa–bb
b) Terzina
Terzina (Itali: 3 irama)
c) Quatrain
• Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
d) Quint
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi
kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini
dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/
e) Sextet
• sextet (latin: 6 baris)
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
f) Septima
• septime (Latin: 7 baris)
• Rima akhir bebas
• Rima akhir bebas
g) Oktav
• Oktaf (Latin: 8 baris)
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
h) Soneta
1. Terdiri atas 14 baris
2. Terdiri atas 4 bait,
yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
3. Dua quatrain
merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
4. Dua terzina merupakan
isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
5. Bagian sampiran
biasanya berupa gambaran alam
6. Sextet berisi curahan
atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi
sifatnya subyektif.
7. Peralihan dari octav
ke sextet disebut volta
8. Penambahan baris pada
soneta disebut koda.
9. Jumlah suku kata
dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
10. Rima akhirnya adalah
a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.
Cara
Menulis Puisi Yang Indah
Berpuisi adalah ekspresi jiwa kita. Setiap puisi
yang kita buat, biasanya lebih sebagai perwakilan hati. Tak jarang, seorang
penulis terheran-heran dengan kalimat-kalimat yang telah ia tulis sendiri.
Tanpa disadari, muncul kejutan-kejutan ekspresi yang menggambarkan sebuah
situasi: cinta, rindu, dendam, kebencian, indah, bahkan permusuhan. Puisi
sering juga menjelma menjadi mantra-mantra yang mampu menaklukkan kerasnya hati
seorang pembaca.
Karena puisi lahir dari dalam diri seseorang, kita perlu merangsang agar ia mau keluar menjadi kalimat-kalimat canggih yang indah. Proses perangsangan itu tak berbeda dengan saat kita menulis cerpen atau novel. Hanya saja, menulis puisi lebih dibutuhkan konsep simbol dari kata-kata yang harus kita pilih untuk mewakili ungkapan perasaan atau suatu situasi yang ingin kita lantunkan menjadi bait-bait syair yang mempesona.
Untuk itu, setidaknya kita harus melalui proses perangsangan itu sebagai berikut. Meskipun beberapa orang tidak harus melewati proses ini, setidaknya bisa membantu atau mempermudah lahirnya sebuah puisi.
1. Meditasi untuk ketenangan hati
Meditasi tidak harus dilakukan seperti orang sedang melakukan yoga. Sobat hanya perlu menenangkan pikiran sebelum melakukan proses selanjutnya. Dalam setiap agama, kita mengenal istilah sembahyang, yang tidak lain adalah proses meditasi untuk menenangkan diri atau berdialog dengan Sang Pencipta.
2. Membayangkan peristiwa atau situasi
Jika ketenangan hati telah menghampiri Sobat, silakan membayangkan peristiwa atau situasi yang indah atau yang selama ini membuat hati Sobat bergejolak atau tertarik untuk mengamati ulang.
3. Mengilustrasikan dalam media
Setelah membayangkan peristiwa atau situasi, silakan mencoba mengilustrasikannya secara ringkas ke dalam pikiran. Akan lebih mudah jika Sobat melakukannya dalam bentuk coretan-coretan kalimat atau beberapa kata dikertas, dilaptop, atau media apapun yang mampu menyimpan gagasan sobat.
4. Meraba simbol dan tanda kalimat
Tahap selanjutnya, ringkaslah kalimat-kalimat atau rangkailah kata-kata yang telah Sobat ilustrasikan dengan kalimat atau kata-kata yang menyimbolkan atau menjadi tanda khas dan menarik sesuai dengan hati dan pikiran.
5. Merapikan dan menghaluskan kalimat atau kata
Terakhir, jangan lupa membaca ulang kalimat-kalimat yang telah Sobat susun tadi, dan rasakan nada dan intonasinya. Jika Sobat masih merasakan ada kejanggalan, ulangi terus membacanya hingga didapatkan kenikmatan dan kepuasan spiritual atas karya puisi Sobat sendiri itu.
Begitulah proses perangsangan ide untuk menjadi sebuah puisi yang menarik dan mempesona. Sobat tidak perlu ragu untuk melakukannya. Sebab, setiap orang memiliki potensi untuk membuat keindahan dalam puisi karyanya. Setidaknya, puisi Sobat bisa membantu melegakan berbagai masalah yang sedang dihadapi. Akan lebih beruntung lagi jika Sobat kumpulkan puisi tersebut, lalu diterbitkan menjasi sebuah buku. Bukankah itu sangat memuaskan secara spiritual? Selamat mencoba.
Karena puisi lahir dari dalam diri seseorang, kita perlu merangsang agar ia mau keluar menjadi kalimat-kalimat canggih yang indah. Proses perangsangan itu tak berbeda dengan saat kita menulis cerpen atau novel. Hanya saja, menulis puisi lebih dibutuhkan konsep simbol dari kata-kata yang harus kita pilih untuk mewakili ungkapan perasaan atau suatu situasi yang ingin kita lantunkan menjadi bait-bait syair yang mempesona.
Untuk itu, setidaknya kita harus melalui proses perangsangan itu sebagai berikut. Meskipun beberapa orang tidak harus melewati proses ini, setidaknya bisa membantu atau mempermudah lahirnya sebuah puisi.
1. Meditasi untuk ketenangan hati
Meditasi tidak harus dilakukan seperti orang sedang melakukan yoga. Sobat hanya perlu menenangkan pikiran sebelum melakukan proses selanjutnya. Dalam setiap agama, kita mengenal istilah sembahyang, yang tidak lain adalah proses meditasi untuk menenangkan diri atau berdialog dengan Sang Pencipta.
2. Membayangkan peristiwa atau situasi
Jika ketenangan hati telah menghampiri Sobat, silakan membayangkan peristiwa atau situasi yang indah atau yang selama ini membuat hati Sobat bergejolak atau tertarik untuk mengamati ulang.
3. Mengilustrasikan dalam media
Setelah membayangkan peristiwa atau situasi, silakan mencoba mengilustrasikannya secara ringkas ke dalam pikiran. Akan lebih mudah jika Sobat melakukannya dalam bentuk coretan-coretan kalimat atau beberapa kata dikertas, dilaptop, atau media apapun yang mampu menyimpan gagasan sobat.
4. Meraba simbol dan tanda kalimat
Tahap selanjutnya, ringkaslah kalimat-kalimat atau rangkailah kata-kata yang telah Sobat ilustrasikan dengan kalimat atau kata-kata yang menyimbolkan atau menjadi tanda khas dan menarik sesuai dengan hati dan pikiran.
5. Merapikan dan menghaluskan kalimat atau kata
Terakhir, jangan lupa membaca ulang kalimat-kalimat yang telah Sobat susun tadi, dan rasakan nada dan intonasinya. Jika Sobat masih merasakan ada kejanggalan, ulangi terus membacanya hingga didapatkan kenikmatan dan kepuasan spiritual atas karya puisi Sobat sendiri itu.
Begitulah proses perangsangan ide untuk menjadi sebuah puisi yang menarik dan mempesona. Sobat tidak perlu ragu untuk melakukannya. Sebab, setiap orang memiliki potensi untuk membuat keindahan dalam puisi karyanya. Setidaknya, puisi Sobat bisa membantu melegakan berbagai masalah yang sedang dihadapi. Akan lebih beruntung lagi jika Sobat kumpulkan puisi tersebut, lalu diterbitkan menjasi sebuah buku. Bukankah itu sangat memuaskan secara spiritual? Selamat mencoba.
Menulis puisi adalah salah satu cara untuk
mengekspresikan dan melepaskan kepenatan jiwa seni kita, selain untuk belajar
berbahasa dengan lebih baik dan terarah. Puisi itu tidak harus indah
menurut orang lain tapi hanya perlu bermakna menurut diri sendiri.
Kompetensi menulis puisi dimaksudkan agar seseorang
dapat menggunakan bahasa dengan tujuan untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi serta untuk berintegrasi dengan orang
lain. Selain itu juga menulis puisi dapat melatih kepekaan terhadap realitas
kehidupan sekitar.
Kegiatan menulis puisi adalah kegiatan yang bersifat
produktif dan kemampuan menulis puisi dapat dicapai dengan bimbingan yang
sistematis serta latihan yang intensif. Berikut adalah penjabaran cara
menulis puisi menurut para ahli.
Cara Menulis Puisi Menurut Muchlisoh
Menurut Muchlisoh (1997:403) bahwa langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam menulis puisi adalah :
Menentukan isi atau tema puisi.
Menentukan bentuk atau struktur puisi.
Cara Menulis Puisi Menurut Utami Munandar
Utami Munandar (2009) mengemukakan bahwa kegiatan
menulis puisi dapat dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap preparasi, dilaksanakan kegiatan pengumpulan
data atau informasi yang akan dijadikan bahan penulisan.
Tahap inkubasi, dilaksanakan dalam usaha mematangkan
ide-ide yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya.
Tahap iluminasi, merupakan tahap pelahiran ide,
gagasan atau pengalaman ke dalam bentuk puisi.
Tahap verifikasi, yaitu kegiatan menulis puisi,
hasil karya sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah dalam menulis puisi yang pertama adalah mengumpulkan informasi
atau data yang diperlukan. Dari data atau informasi yang telah dikumpulkan maka
akan diperoleh ide yang akan dijadikan sebuah puisi, sehingga setelah pelahiran
ide atau gagasan dalam bentuk puisi, tahap selanjutnya adalah penulisan puisi,
hasil karya sendiri.
Cara
menulis puisi yang baik dan benar
Menulis puisi merupakan
salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Banyak orang menganggap
bahwa menulis puisi merupakan suatu bakat, sehingga orang yang tidak mempunyai
bakat tidak akan bisa menulis puisi. Anggapan seperti ini tidak sepenuhnya
benar. Seseorang bisa saja terampil menulis puisi karena giat belajar dan
berlatih karena sesungguhnya menulis puisi merupakan sebuah keterampilan
(Wiyanto, 2005:48).
Dalam penulisan
puisi, Pradopo (19970 membedakan penulisan puisi menjadi tiga bentuk
yaitu puisi anak-anak, puisi remaja, dan puisi dewasa. Jenis puisi tersebut
dikategorikan berdasarkan pada tingkat usia penulis puisi yang berkaitan erat
dengan isi dan gaya ekspresinya. Jika kita lihat dan jenis-jenis puisi di atas,
maka penulisan yang yang harus dilakukan oleh seorang penulis untuk
menghasilkan sebuah karya yang indah. (Wiyanto, 2005:48) menjelaskan ada
beberapa langkah di dalam menulis puisi. Yang pertama yaitu menentukan tema
puisi yang akan ditulis. Tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan oleh
seorang penulis di dalam puisinya. (Wiyanto, 2005:48). Tema puisi dapat diambil
dari mana saja, ia tersebar luas di sekitar kita.
Setelah menentukan tema, hal yang harus dilakukan selanjutnya mengembangkan tema tersebut menjadi bait-bait atau larik-larik dengan menggunakan kata-kata yang indah dan tepat. Dalam proses pengembangan tema,ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pengarang, di antaranya.
Memilih kata-kata yang tepat atau yang sesuai, yang
dapat mewakili perasaan pengarang.
Menggunakan atau memilih gaya bahasa yang akan
digunakan sehingga puisi tersebut akan menjadi indah dan enak untuk dinikmat;
Menentukan pengimajian puisi.
Menentukan bentuk tipografi dan lain-lain.
Seorang sastrawan senior, Ahmadun
Herfanda dalam Aminuddin dkk (2004:77) memberikan tips cara-cara menulis puisi.
Seorang penulis harus memperhatikan beberapa hal di dalam proses penulisan
puisi. Pertama, menulis dengan perasaan, biarkanlah perasaan kita bekerja saat
menulis puisi, rasakanlah sesuatu yang indah dan menggetarkan. Kedua,
manfaatkanlah imajinasi untuk membantu ekspresi. Ketiga, sedapat mungkin
hindarilah pernyataan-pernyataan yang verbalistik (ide yang kosong, kering
serta miskin imajinasi. Keempat memberikan sentuhan intelektualitas-kecerdasan,
wawasan pengetahuan yang luas, pengetahuan setetik yang cukup dan sikap kritis.
Terakhir, menulislah dengan cinta. Mulailah menulis dengan rasa cinta,
kesukacitaan, dan gairah.
Syarat menulis puisi yang baik. | Menulis puisi
Secara umum, suatu karya puisi disebut sebagai karya yang baik apabila unsur-unsur yang menjadi ciri sebuah puisi itu ada pada puisi yang dibuat oleh seorang penulis. Ciri-ciri tersebut seperti menggunakan pilihan kata yang tepat, adanya unsur pencitraan, adanya pemadatan bahasa, adanya kata konkret, mengandung tema serta amanat. Herfanda dalam Aminuddin dkk., (2004:77) menjelaskan bahwa puisi yang bagus adalah puisi yang imajinatif yang dibangun dengan citraan yang indah, utuh dan konkret.
Secara umum, suatu karya puisi disebut sebagai karya yang baik apabila unsur-unsur yang menjadi ciri sebuah puisi itu ada pada puisi yang dibuat oleh seorang penulis. Ciri-ciri tersebut seperti menggunakan pilihan kata yang tepat, adanya unsur pencitraan, adanya pemadatan bahasa, adanya kata konkret, mengandung tema serta amanat. Herfanda dalam Aminuddin dkk., (2004:77) menjelaskan bahwa puisi yang bagus adalah puisi yang imajinatif yang dibangun dengan citraan yang indah, utuh dan konkret.
Teknik Rekonstruksi Parcial Cerpen
| Menulis puisi
Teknik rekonstruksi parcial cerpen
merupakan teknik yang digunakan dalam menulis puisi dengan cara merekonstruksi
atau menyusun kembali cerpen yang telah dibaca secara parsial menjadi puisi
(Purpasari, 2010). Sedangkan untuk teknik rekonstruksi parcial cerpen siswa
diminta untuk merekonstruksi cerpen yang jelas dibacakan menggunakan bahasa
sendiri menurut pemahamannya, namun yang perlu diingat adalah pada tahap
penulisan siswa diminta untuk tidak menghilangkan unsur – unsur dalam cerpen,
seperti tema, amanat, latar, tokoh, penokohan serta unsur intrinstik yang
lainnya