Seperti yang telah diketahui bahwa frase merupakan
kelompok kata. Sebagai kelompok kata frase mungkin terdiri dari dua kata atau
lebih sebagai unsure pembentuknya bahkan mungkin sekali merupakan gabungan
frase dengan kata. Dengan kata lain, frase tidak selamanya berstruktur kata
ditambah kata, mungkin berupa kata tambahan frase.
Secara
umum pola struktur frase dalam bahasa Indonesia kemungkinana ada lima (suparno
dan oka, I..N, 1994)
1. Frase
berbentuk dari kata tambahan kata atau F = K+K
Cotoh : baju mini = baju + mini
Pohon itu = pohon + itu
Cantik sekali = cantik + sekali
Sangat cepat =
sangat + cepat
2. Frase
terbentuk dari kata ditambah frase atau F = K+F
Contoh : baju adik saya
= baju
+ adik saya
Dua mahasiswa
baru = dua + mahasiswa baru
Lima buku gambar
= lima
+ buku gambar
Di rumah adik
= di + rumah adik
3. Frase
terbentuk dari frase ditambah kata atau F =F + K
Contoh : anak kecil itu
= anak kecil + itu
Koran baru saya = Koran baru + saya
Wanita muda itu = wanita muda +itu
Kawan lamamu = kawan lama + -mu
4. Frase
terbentuk dari frase ditambahan frase atau F=F+F
Contoh : rapat kita
hari ini = rapat
kita + hari ini
Perusahaan baru
kakak saya = perusahaan
baru+kakak saya
Kenangan indah
cinta kita = kenangan indah + cinta kita
Lima orang
mahasiswa baru = lima
orang + mahasiswa baru
5. Frase
terbentuk dari kata ditambah klausa atau F = K+ KL
Contoh : ketika dia
datang = ketika + dia datang
Jika bapak pergi = jika
+ bapak pergi
B. POLA
KLAUSA
Berdasakan kategori unsure pengisi dan dengan
memperhatikan tipe struktur klausanya dapatlah disusun pola klausanya sebagai
berikut
1. KL
= FB + FB
Contoh : dia guru
Mereka mahasiswa baru
Buku itu bahasa Indonesia
Orang itu karyawan perusahaan
2. Kl
= fb+fk
Contoh : ibu memasak
Adik belajar
Mereka sedang berjalan-jalan
Anak itu sedang menangis
3. Kl
= fb + fs
Contoh : sepatu itu
rusak
Anak itu nakal
Adik perempuannya cantik
Batu itu sangat keras
4. Kl
= fb +fd
Conoh : Mereka diruang
tengah
Ayah ke kantor
Ani ke kampus
Gadis itu dari tegal
5. Kl
= fb +fbil
Contoh : Kelerengnya 6
buah
Burungnya empat ekor
Jumlah buku itu tujuh buah
Keluarganya tujuh orang
6. Kl
= fb + fk
Contoh : Adik mengambil
buku
Dia menarik bajuku
Erni sedang menyiram tanaman
Kambing itu sedang makan rumput
7. Kl
= fb+fk+fb+fb
Contoh : Kakak
mengambilkan adik baju
Paman mencarikan saya rumah kontrakan
Anton memberikan kekasihnya bunga
anggrek
Ani membelikan pacarnya saputangan
baru
C. KALIMAT
1. Hubungan
makna “Penjumlahan” ditandai dengan adanya kata hubung dan atau lagi. Kata ini
menghubungkan antara klausa satu dengan kalusa lainnya dalam suatu konstruksi
kalimat
Contoh : setiap sore
erni menyapu dan mengepel lantai
Dia membuka buku pelajarannya dan
mulai membacanya
Ayah saya dan kakakmu pergi ke kantor
Gadis itu cantik lagi molek
2. Hubungan
makna “Pemilihan” adalah hubungan makna
yang menyatakan bahwa ada satu pilihan tersebut pada klausa-klausanya. Hubungan
makna pemilihan ini ditandai dengan adanya kata hubung atau.
Contoh : kamu membeli
buku ini atau pinjam ke perpustakaan
Kita melihat pameran itu atau duduk
disini
Engkau akan membeli mobil atau
membangun rumah
Pada kalimat diatas
mengandung makna pemilihan pada kalimat yang pertama orang yang diajak bicara
adalah kamu diminta memilih satu pembeli buku itu atau pinjam diperpustakaan.
3. Hubungan
makna “Perlawanan” adalah hubungan makna yang menyatakan bahwa yang dinyatakan
dalam kalusa yang satu berlawanan dan berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam
klausa yang lain. Hubungan makna perlawanan ditandai dengan kata hubung tetapi,
melainkan, padahal
Contoh : rumah itu
bagus tapi tamannya tidak terpelihara
Dia tidak suka membeli buku padahal
uangnya banyak
Dia tidak sedang belajar melainkan
membaca komik
Meskipun dia sakit, tetapi dia datang
juga
4. Hubungan
makna “Perurutan” adalah makna yang menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, atau
perbuatan yang dinyatakan dalam klausa itu berurutan. Hubungan makna ini
ditandai dengan kata hubung lalu atau kemudian
Contoh : dia berhenti
sebentar, lalu berjalan lagi
Dia mengambil sandal, lalu
meletakannya diatas kursi
Ibu mengunci pintu, kemudian tidur
5. Hubungan
makna “Lebih” biasanya ditambah dengan kata hubung bahkan atau malahan
Contoh : mobil itu
sudah rusak bahkan kini tidak dapat berjalan
Dia marah-marah bahkan gelaspun
dilemparkannya
Dia tidak pernah menegur malahan
bertemu mukapun tidak mau
6. Hubungan
makna “Waktu” menyatakan terjadinya suatu peristiwa perbuatan atau keadaan yang
tersebut dalam klausa inti. Kata penghubung biasanya ketika, ewaktu, selama,
sesudah, sebelum, setiap kali, dan lain sebagainya
Contoh : ketika ayah
pergi, dia tinggal di rumah
Dia selalu mencuci tangannya sebelum
dia makan
Dia langsung tidur setelah dia makan
7. Hubungan
makna ”Perbandingan” adalah hubungan makna kata yang menyatakan perbandingan
apa yang dinyatakan pada klausa inti dengan apa yang dinyatakan pada klausa
bawahannya. Kata penghubung biasanya,
daripada, seperti, seolah2
Contoh : mereka lebih
suka berjalan daripad naik bus
Mukanya pucat seperti orang yang
sedang ketakutan
8. Hubungan
makna “Sebab” adalah hubungan yang menyatakan sebab atau alasan yang ada pada
klausa bawahan tentang terjadinya suatu peristiwa atau perbuata yang tersebut
pada klausa ini
Contoh : karena sakit,
dia tidak berangkat ke sekolah
Dia tidak naik kelas sebab tidak
pernah belajar
Gadis
itu pingsan karena terlalu lelah
9. Hubungan
makna ”Akibat” hubungan yang menyatakan bahwa apa yang tersebut pada kalusa
bawahan merupakan akibat dari apa yang dinyatakan dari klausa inti. Hingga,
sehingga, sampai-sampai
Contoh : dia sangat
malu hingga mukanya terlihat merah
10. Hubungan
makna “Syarat” hubungan menyatakan bahwa klausa bawahan merupakan syarat bagi
terjadinya apa yang dinyatakan pada klausa inti. Jika, apabila, kalau
Kamu akan berhasil jika
kamu berusaha dengan sungguh2.
11. Hubungan
makna “Pengandaian” hubungan yang menyatakab klausa sebagai pengandaian atau
sebagai syarat yang tidak mungkin terlaksananya apa yang ada pada klausa inti.
Andaikata, seandainya, sekiranya dan andaikan.
12. Hubungan
makna “Harapan” klausa bawahan merupakan suatu yang diharapakan, bila apa yang
dinyatakan klausa inti terlakasana. Agar, supaya, dan biar.
13. Hubungan
makna “Penerang” klausa bawahan menerangakn salah satu unsure yang terdapat
dalam klausa inti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar