2.1 Pengertian
Sintaksis
Pengertian Secara Etimologi
Kata sintaksis berasal
dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ’dengan’ dan
kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara etimologi
berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga berasal dari bahasa Belanda
yaitu syntaxis. Sintaksis juga berasal dari bahasa Inggris
yaitu syntax. Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan tentang seluk beluk wacana
, kaliamat, prase dan klausa.
Pengertian
Sintaksis dari Berbagai Ahli,
a. Menurut
Gleason (1955) “Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement
of the construction (word) into large constructions of various kinds.” Artinya
adalah sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransemen konstruksi
(kata) ke dalam konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
b. Robert
(1964:1) yang berpendapat bahawa sintaksis adalah bidang tata bahasa yang
menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun
kata-kata.Verhaar mengatakan bahwa sintaksis adalah
terdiri dari susunan subjek (s) predikat(p) objek (o) dan keterangan yang
merupakan tempat – tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa –
apa.
c. Prof.Drs.M.Ramlan
mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa (linguistik) yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
d. Prof.Dr.Suparman
Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis merupakan studi tentang hubungan antara
kata yang satu dengan kata yang lain.
2.2 Hubungan
Sintaksis dengan Ilmu Lain
Selain
itu pengertian Sintaksis adalah bagian atau cabang dari
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana.
Dalam
pelajaran Linguistik terdapat bagian ilmu yang mempelajari tata bahasa
(fonologi), tata
3
kata
(morfologi, tata kalimat (sintaksis), tata arti (semantic) asal-usul kata
(etimoligi). Dalam
pelajaran
tata bahasa tradisional, masih mempelajari mengenai arti, selain mempelajari
fungsi dan strukturnya. Jadi, ilmu bahasa itu seperti :
Fonologi(tata
bunyi),
Morfologi
(tata kata),
Sintaksis
(tata kalimat),
Semantik
(tata arti kata), Etimologi (asal usul kata)
Pelajaran
megenai kalimat, dapat dilihat dari arti dan fungsinya. Apabila mempelajari
tata
kalimat
berdasarkan pada artinya, maka akan di temukan beberapa istilah. Seperti,
macam-
macam
kalimat yaitu terdiri dari
a
Kalimat Berita
b.Kalimat
pertanyaan
c.
Kalimat perintah
d.
Kalimat seru
Keterangan
mengenai kalimat berita, kalimat pertanyaan, kalimat seru dan kalimat perintah,
ke empat kalimat ini dilihat dari tujuan pelajaran mengenai kalimat.
2.3
Konsep – Konsep Dasar Sintaksis
a.
Konstruksi sintaksis
Secara
umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P),
objek (O), dan keterangan (K). Susunan fungsi sintaksis tidak selalu berurutan
S, P, O dan K. Keempat fungsi ini tidak harus ada dalam setiap struktur
sintaksis.Namun banyak pakar yang menyatakan bahwa suatu struktur sintaksis
minimal harus memiliki fungsi Subjek dan fungsi Predikat.
Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya dalam kalimat jawaban, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Maka yang muncul hanyalah fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi Subyek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi Predikat oleh kategori verba, fungsi Obyek oleh kategori nomina., dan fungsi Keterangan oleh kategori adverbia. Alat sintaksis di dalam bahasa di tulis tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya seringkali menimbulkan kesalah pahaman adalah intonasi.
Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya dalam kalimat jawaban, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Maka yang muncul hanyalah fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi Subyek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi Predikat oleh kategori verba, fungsi Obyek oleh kategori nomina., dan fungsi Keterangan oleh kategori adverbia. Alat sintaksis di dalam bahasa di tulis tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya seringkali menimbulkan kesalah pahaman adalah intonasi.
4
Perbedaan
modus kalimat bahasa Indonesia tampaknya lebih ditentukan oleh intonasinya
daripada komponen segmentalnya. Kelompok kata atau frase dalam bahasa Indonesia
batasnya juga sering ditandai dengan tekanan pada kata terakhir. Alat sintaksis
konektor yang biasanya berupa sebuah morfem atau gabungan morfem yang secara
kuantitas merupakan kelas yang tertutup. Dilihat dari sifat hubungannya
konektor ada dua macam yaitu konektor koordinatif dan konektor subordinatif.
b.
Konstituen sintaksis
konstituen
adalah sebuah kelompok kata yang berfungsi sebagai satu kesatuan dalam struktur
hirarkis. Analisis struktur konstituen dikaitkan terutama dengan tata bahasa
struktur frase, meskipun tata bahasa ketergantungan juga memungkinkan struktur
kalimat yang dipecahkan menjadi bagian – bagian penyusunnya. Struktur
konstituen kalimat yang didefinisikan dengan menggunakan tes konstituen. Tes
ini memanipulasi beberapa bagian dari kalimat dan berdasarkan hasilnya, petunjuk
yang disampaikan tentang struktur konstituen langsung dari kalimat.
2.3 Fungsi,
Kategori, Peran
1. Fungsi
Fungsi
kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek,
predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
a.Subjek
dan Predikat.
Subjek
merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan
pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan
pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan
lain-lain,
Subjek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa
frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi. Berikut adalah
salah satu Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat
Contohnya
: Mahasiswa sedang belajar,
“Mahasiswa”
menduduki fungsi subjek, sedangkan “sedang belajar “menduduki fungsi predikat.
5
‘Mahasiswa(S)
sedang belajar (P).
b.Objek
dan Pelengkap.
Objek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa
frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Objek
mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau
semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba
intransitif(tidak memerlukan objek). Objek juga dapat diubah menjadi subjek dan
pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Berikut
adalah Contoh dari kalimat yang memiliki objek dan pelengkap yaitu,
Dia
sedang mebenahi kamarnya ‘dia’ berfungsi sebagai subjek, sedang
membenahi,menduduki fungsi predikat dan “kamar ” merupakan objek.‘dia (S)
sedang membenahi (P) kamarnya (O).’
Untuk
kalimat yang memiliki pelengkap adalah ‘Paman berjualan sayuran’. Subjek
diduduki oleh kata ‘Paman’, ‘berjualan’ menduduki fungsi predikan dan ’sayuran’
sebagai pelengkap.
‘Paman(S)
berjualan(P) sayuran(Pel).’
c.
Keterangan.
Keterangan
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap,
Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi dan Mudah dipindah-pindah,
kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh
dari kalimat yang memiliki keterangan adalah,
1. Hari
ini , Mahasiswa mengadakan seminar di audiotorium
Hari ini
dan di auditorium merupakan keterangan
Untuk
Mahasiswa menduduki fungsi subjek
Kata
megadakan merupakan predikat dan seminar adalah fungsi objek,
Hari ini
(ket), Mahasiswa (S) , mengadakan (P) seminar (O) di audiotorium
6
2. Kategori
Dalam
ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilaku yang sama,
atau
mirip, dimasukkan ke dalam suatu kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan
perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok
yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata
dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis sering
pula disebut kategori atau kelas kata.
Empat
kategori sintaksis utama :
(1)
verba atau kata kerja
(2)
nomina atau kata benda
(3)
adjektiva atau kata sifat
(4)
adverbial atau kata keterangan.
3. Peran
sintaksis
Suatu
kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantik tertentu. Perhatikan
contoh-contoh berikut:
1)Farida
menunggui adiknya
2)
Pencuri itu lari.
3)
Penjahat itu mati.
Dari
segi peran semantis, Farida pada (1) adalah pelaku yakni orang yang melakukan
perbuatan menunggui. Adiknya pada kalimat inin adalah sasaran, yakni yang
terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Pencuri pada (2) adalah juga
pelaku-dia melakukan perbuatan lari. Akan tetapi penjahat pada (3) bukanlah
pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan suatu
peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud sintaksisnya
mirip dengan (2), penjahat itu pada (3) adalah sasaran.
2.4
Bagian – Bagian Sintaksis
1.Frasa
a.
Pengertian Frasa
7
Seorang
pakar bernama Prof. M. Ramlan,memaparkan frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau
jabatan. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yangbersifat non predikatif, atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat, Jadi, dengan
kata lain frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu
batas fungsi. Fungsi tersebut merupakan jabatan berupa subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan.
Contoh
frasa adalah sebagai berikut,
1)
gedung bertingkat
itu,
Jika
contoh tersebut diletakkan dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan
saja. Misalnya. - Gedung bertingkat itu(S) ambruk(P).
b. Jenis
Frasa
Didalam
frasa, digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
1.
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi
menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
a)Frasa
Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu
yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa
yang memiliki unsur pusat.
Contohnya:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Frasa
Endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1. Frasa
Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah
unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat
diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
(a) rumah
pekarangan
(b)
kakek nenek
(c) adik
kakak
(d)
menyanyi atau menari.
8
2. Frasa
Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang memiliki unsur pusat dan
mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan
unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bersangkutan.
Contoh:
(a) rumah besar
(b) pensil baru
(c) anak itu
(d) siang ini
(e)
sedang menyanyi
(f)
sangat sedih
Kata-kata
yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atas seperti adalah unsur pusat,
sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
3. Frasa
Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur
pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi
bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ridho,
anak Pak Roma, sedang menyanyi.
Ridho,
…….sedang menyanyi.
……….anak
Pak Roma sedang menyanyi.
Unsur
‘Ridho’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Roma’ merupakan
aposisi.
Contoh
lain:
(a)
Solo, kota budaya
(b)
Indonesia, tanah airku
(c)
Bapak Sutarno, ayahku
(d)
Bangkit, sahabatku.
Frasa
yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa
endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan
ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang
lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi
atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang
kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif.
b) Frasa
Eksosentris,
Frasa
eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan
unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah
frasa yang tidak mempunyai UP.
9
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.
Menurut
Imam Frase Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
1. Frase
Eksosentrik yang Direktif, komponen pertamanya berupa preposisi, seperti “di,
ke dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori
nomina.
Contoh:
di rumah
di rumah
dari
pohon mahoni
demi
kesejahteraan
2. Frase
Eksosentrik yang Nondirektif, komponen pertamanya berupa artikulus, seperti
“si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan komponen keduanya
berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh:
si kaya, para remaja kampung
Berdasarkan
kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
a) Frasa
nomina, frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori nomina.
Unsur pusat frasa nomina itu berupa:
(1)
nomina sebenarnya
contoh: batu
itu untuk membangun rumah.
(2)
pronomina
contoh: mereka
itu teman saya.
(3)
nama
contoh: Wisnu
itu baik.
(4)
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia malas → malas
itu merugikan
anaknya tiga
ekor → tiga itu sedikit
dia menari→ menari
itu menyenangkan
kata malas pada
kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan tiga
ekor awalnya frasa numeralia, dan kata menari yang awalnya
adalah frasa verba.
b) Frasa
Verba, frasa yang unsurpusatnya berupa kata verba. Secara morfologis, unsur
pusat frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa
verba terdapat (dapat diberi) kata ’sedang’ untuk verba aktif, dan kata ’sudah’
untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya
menduduki fungsi predikat.
10
Contoh:
Dia berlari.
Secara
morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis
dapat diberi kata ’sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
c) Frasa
Ajektifa, frasa yang unsur pusatnya berupa kata ajektifa. Unsur pusatnya dapat
diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa
ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Gedungnya tinggi.
d) Frasa
Numeralia, frasa yang unsur pusatnya berupa kata numeralia. Yaitu kata-kata
yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa
numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan
lain-lain.
Contoh:
lima
buah
tujuh
ekor
satu
biji
lima
belas orang.
e) Frasa
Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda
dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi)
+ Petanda (kata atau kelompok kata)
di rumah
ke depan
rumah
dari
kantor
untuk
kami
f) Frasa
Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai
penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah
predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi)
+ Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak
kemarin dia terus diam(P) di situ.
11
Frasa
terdiri dari unsur-unsur yang anggota-anggotanya dapat dipisahkan oleh unsur
lain dan dapat disisipi apapun di antara komponennya. Komponen-komponen frasa
masing-masing
atau
salah satunya dapat difiksasikan atau dimodifikasikan (mengalami proses
morfologis). Komponen-komponen frasa dapat dipertukarkan.
2.
Klausa
Klausa
ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur
klausa Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga
dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan
klausa,
Ada lima
dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima dasar itu
adalah
1. Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir
adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu,
maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya kalimat.
Berikut
hasil klasifikasinya:
a) Klausa
Lengkap
Klausa
lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
(1)Klausa
versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh : Kondisinya masih kritis.
(2)Klausa
inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh : Masih kritis
kondisinya.
b) Klausa
Tidak Lengkap
Klausa
tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam
klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain
dihilangkan.
2. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan.
12
Unsur
negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang
secara gramatik menegatifkan P menghasilkan.
a)
Klausa Positif
Klausa
poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang
menegatifkan
P.
Contoh :
Mereka
pergi ke toko.
b)Klausa
Negatif
Klausa
negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh :
Anak
itu belum mengerjakan PR
Kata
negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara
sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur,
misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi,
dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik
bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak
mengambil sesuatu apapun’, maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam
klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
3.Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a)Klausa
Nomina
Klausa
nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di
kampung itu.
Bapak
itu dosen linguistik.
13
b)
Klausa Verba
Klausa
verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh :
Dia
membantu para korban banjir.
Klausa
ini dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
1. Klausa
Transitif adalah klausa yang predikatnya berupa verba transitif.
Misal:
Adik menulis surat.
2. Klausa
Refleksif adalah klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.
Misal:
Kakak sedang berdandan.
3. Klausa
Resiprokal adalah klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c)
Klausa Adjektiva
Klausa
adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva. Contoh :
Paman
sangat kurus.
Rumah
itu sudah tua.
Ibu guru
sangat baik.
d)
Klausa Numeralia
Klausa
numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numeralia.
Contoh :
Mahasiswanya
sembilan orang.
e)
Klausa Preposisiona
Klausa
preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
Contoh
:
Kertas
itu di bawah meja.
Baju
saya di dalam lemari.
Orang
tuanya di Surabaya.
14
f)
Klausa Pronomial
Klausa
pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
Hakim
memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah
diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
4)Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
a)Klausa
Bebas
Klausa
bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk
menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai
subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas
adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar.
Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih
besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
Anak
itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen
kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua
orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
b)Klausa
terikat
Klausa
terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor,
hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap.
Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto,
pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua
murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua
tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel
tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
15
5)Klasifikasi
klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Menurut
Oscar Rusmaji Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas
:
a)Klausa
Atasan
Klausa
atasan ialah klausa yang tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa yang
lain. Contoh :.
Meskipun
sedikit, saya tahu tentang hal itu.
b)Klausa
Bawahan
Klausa
bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari
klausa yang lain.
Contoh :
Dia
mengira bahwa hari ini akan hujan.
Analisis
Klausa
Klasifikasi
dapat dianalisis klausa berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan fungsi
unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, dan
berdasarkan makna
unsur-unsurnya.
1)Analisis
Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa
terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket.
Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Unsur
fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
2)
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis
kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa
disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis
fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
3)
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam
analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi
S, P, O, Pel dan Ket
16
3.
Kalimat
a.
Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh memiliki S dan P.
b. Jenis
Kalimat
Kalimat
dibedakan berdasarkan dengan,
s1)Berdasarkan
jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas
kalimat minor dan kalimat mayor.
a) Kalimat
minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama sekali
tidak mengandung struktur klausa. Kalimat ini biasa diartikan kalimat yang klausanya
tidak
lengkap,
hanya terdiri dari S/P/O/K saja. Kalimat minor dibedakan atas:
1 Kalimat
minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan, pelengkap,
atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam wacana. Berdasarkan
sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
a)Kalimat
elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari
klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
b)
Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas
pentanyaan-pertanyaan.
Contoh :
(Ada yang kau bawa itu)? Buku.
c)
Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat
dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh :
Meskipun hujan. (Dia tetap datang)
d)
Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga
menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain.Contoh: Karena
itu, harga bahan pokok naik.
17
(1) Kalimat
minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat pengisian
wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
a)
Panggilan. Contoh: Sate!
b)
Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.Contoh:
Hai!
c)
Judul, merupakan suatu ungkapan topik atau gagasan. Contoh: Dampak
negatif penayangan TV.
d)
Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau
kelengkapan sebuah klausa. Contoh: Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
e)
Salam. Contoh: Selamat malam!
f)
Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau
persembahan
pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.). Contoh: Untuk para pahlawan
Indonesia.
b) Kalimat
mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas.
Berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat
dibedakan atas:
1) Kalimat
majemuk subordinatif. Contoh : Polisi telah mengatakan bahwa penjahat itu
kabur.
(2) Kalimat
majemuk koordinat. Contoh: Aku belajar di kamar, dan ayah menonton televisi.
(3) Kalimat
majemuk rapatan. Contoh: Saya mengerjakan bagian depan, adik bagian belakang.
2)
Berdasarkan respons yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
a)
Kalimat pernyataan Contoh: Saya tidak membawa uang sama sekali.
b)
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing respons yang
berupa
jawaban. Contoh: Siapa pemilik buku itu?
c)
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang
berupa
tindakan. Contoh: Marilah kita berdoa bersama-sama!
18
3)
Berdasarkan hubungan aktor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
a)
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Subjek
kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive.
Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat
kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan
-i atau -kan.
Contoh:
Ayah membelikan adik roti.
b)
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai
penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang
dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat
kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat
bekombinasi dengan sufiks -i dan -kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan
verba yang didahului oleh pronominal persona.
Contoh:
Rotinya ditaburi keju.
c) Kalimat
medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun
sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh:
Jangan menyiksa diri sendiri.
d)
Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu
pebuatan yang berbalas-balasan.
Contoh:
Dua bersaudara itu saling baku hantam.
4)Bedasarkan
ada tidaknya unsur negatif pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
a)
Kalimat firmatif , yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak
tedapat unsur negatif, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh:
Di Ambalat diresmikan monumen perbatasan.
b) Kalimat
negative yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsur negatif,
peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan.
Contoh :
Sedikitpun aku tidak berkata bohong.
19
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas dapat di simpulkan bahwa sintaksis adalahsecara etimologi
berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Dan menurut para ahli adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan
kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata. Konsep – konsep dasar
sintaksis terdiri atas, Kontruksi, kontituen, fungsi , dan peran
Kontruksi
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat
(P), objek (O), dan keterangan (K). kontituen Sintaksis adalah menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Untuk memahami
struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi, peran, dan
kategori sintaksis. Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa
komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Dalam memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap,
serta keterangan. Peran sintaksis adalah merupakan Suatu kata dalam konteks
kalimat memiliki peran semantik tertentu. Serta bagian – bagian dari sintaksis
terdiri atas Frasa, klausa, kalimat. Frase adalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Klausa
adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik
disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi
kalimat.
3.2
SARAN
Dengan
adanya makalah ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar makalah
ini lebih baik dan bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih.
20
DAFTAR
PUSTAKA
Verhaar,
J.W.M. 1979. Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar