Jumat, 10 Januari 2014

landasan pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan konsep dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
B.            Tujuan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
C.                               Manfaat
Ada beberapa manfaat pendidikan yang kita peroleh :
1.       Mendapatkan ilmu yang akan kita butuhkan untuk masa depan
2.      Dengan belajar diluar sekolah bisa menambah wawasan yang lebih luas sehingga pengetahuan kita bertambah
3.      Dengan mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih luas kita dapat meraih cita-cita yang kita impikan


BAB II
KAJIAN TEORI
1.        PENDIDKAN
Dalam bab ini secara berturut-turut akan dibahas pengertian pendidikan, baik dari segi pada umumnya, teori umum pendidikan, ilmu pendidikan, tujuan pendidikan, lembaga dan praktek pendidikan, pendidikan sebagai sistem, dan dampak konsep pendidikan yang bertalian dengan pendidikan.
1.1    Pengertian Pendidikan
Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a.    Pendidikan
b.    Teori umu pendidikan
c.    Ilmu pendidikan
Pengertian yang pertama mengacu kepada pendidikan pada umunya, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat umum. Pada zaman purba, kebanyakan manusia purba memeperlakukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Insting atau naluri merupakan pembawaan sejak lahir, suatu sifat yang tidak perlu dipelajari terlebih dahulu. Mendidik secara insting segera di ikuti oleh oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Berarti mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia.
Budaya adalah segala hasil pikiran, perasaan, kemauan, dan karya manusia secara individual atau kelompok untuk meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau secara singkat adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh masyarakat. Ada lima komponen kebudayaan, yaitu gagasan, ideologi, norma, teknologi, dan benda (Imran Manan, 1989).
Bagaimana kaitan pendidikan dengan kebudayaan, pendidikan membuat orang berbudaya. Pendidikan dan budaya ada bersama saling memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu. Dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan, ada dalam kebudayaan. Tetapi kebudayaan hanya bisa dibentuk oleh pendidikan. Itulah sebabnya ada orang mengatakan bahwa pekerjaan di dunia ini dapat di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu pendidikan dan non-pendidikan. Selain mendidik dikatakan membudayakan manusia, mendidik juga dikatakan memanusiakan anak manusia. Anak manusia akan menjadi0 manusia hanya bila ia menerima pendidikan
1.2    Teori Umum Pendidikan
Konsep ini barawal dari pandangan John Dewey, seorang ahli pendidikan di abad ke-19 di Amerika Serikat. Dia mengatakan pendidikan ini adalah The general teori of educatiaon. Dibagian lain juga mengatakan philosophy is the general theory of education, ( TIM MKDK, 1990). Disini tampak bahwa John Dewey tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filasafat pendidikan disamakan dengan teori pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep diatas bersumber dari filsafat Pragmatis atau filsafat pendidikan Progresif yang dianut oleh sebagian besar pendidik di Amerika Serikat. Inti filsafat Pragmatis adalah mana yang berguna bagi manusia itulah yang benar. Apa yang berguna tidak bersifat eksak sebab yang bermanfaat sekarang belum tentu bermanfaat tahun depan. Sementara itu inti filsafat pendidikan Progresif adalah mencari terus menerus sesuatu yang paling berguna bagi hidup dan kehidupan manusia. Penemuan tidak pernah berhenti dalam waktu lama pada tidak tertentu.
1.3    Ilmu Pendidikan
Pandangan ini berasal dari Eropa Barat, khususnya Belanda dengan ahli pendidikannya yang terkenal bernama Langeveld. Seperti diketahui bahwa suatu pengetahuan dapat berubah menjadi suatu ilmu bila memenuhi persyaratan ilmu. Syarat-syarat ilmu yang dimaksud secara umum adalah sebagai berikut:
a.     Memiliki objek
b.    Punya metode penyelidikan
c.     Sistematis
d.    Punya tujuan sendiri
Objek pendidikan ada dua macam, yaitu objek  materi dan objek formal. Yang dimaksud dengan objek materi adalah materi atau bendanya yang dikenai pendidikan yaitu para peserta didik dan warga belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan objek formal adalah apa yang dibentuk (to form) oleh pendidikan. Objek formal pendidikan ialah gejala yang tampak, dirasakan, dihayati, dan diekspresikan dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti yang disepakati oleh Langeveld dan Dwiyarkarya (TIN MKDK, 1990).
Ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Cabang-cabang ilmu pendidikan yang dimaksud adalah:
a.     Pendidikan Teoretis
b.    Sejarah Pendidikan dan Perbandingan pendidikan
c.     Pengembangan Kurikulum
d.    Didaktik Metodik atau proses belajar mengajar
e.     Media dan alat belajar
f.     Komunikasi dan informasi pendidikan
g.    Bimbingan dan konseling
h.    Evaluasi pendidikan
i.      Profesi dan etika pendidik
j.      Kepemimpinan dan supervisi pendidikan
k.    Perencanaan pendidikan
l.      Organisasi dan manajemen pendidikan
m.  Statistik dan penelitian pendidikan
Ada juga sejumlah ahli, yang mengatakan bahwa syarat suatu ilmu harus jelas ontologis, epistemologis, dan aksiologinya (ISPI, 1989). Ontologi adalah masalah apa, yaitu apa yang akan ditangani oleh pendidikan. Sementara epistemologi adalah masalah kebenaran, yaitu bagaiman cara mewujudkan kebenaran itu. Sedangkan aksiologis yang membahas tindakan yang benar atau kegunaan pendidikan itu untuk kepentingan kesejahteraan manusia bertalia dengan tujuan pendidikan.
Disamping dua macam syarat ilmu tersebut diatas, masih ada sejumlah ahli yang mengemukakan syarat-syarat ilmu menurut visinya masing-masing. Diantara persyarata lain dikemukakan oleh Achmad Sanusi (1989) sebagai berikut:
a.     Ada objek material dan objek formal
b.    Ada metode kerja yang bersifat inquiry
c.     Ada ruang lingkup kajian
d.    Ada objektivitas atau keterbukaan untuk pengujian
Selanjutnya mari kita membahas beberafa definisi pendidikan agar pengertian tentang pendidikan menjadi lebih mendalam. Pertama-tama akan dibahas tentang definisi pendidikan yang diciptakan oleh langeveld. Beliau mengatakan bahwa mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri an bertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri. Definisi yang lain adalah dari Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan adalah menunutun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. Sementara itu Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun peserta didik  melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa akan datang
Dari tiga definisi mendidik tersebut di atas, ternyata dua diantaranya membatasi pendidikan sampai dengan dewasa. Artinya kalau seseorang sudah dewasa dalam arti sudah bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan yang dipilihnya sendiri, baik untuk kepentingan diri maupun sosial, maka pendidikan dihentikan. Sementara itu satu definisi yang baru tidak membatasi sampai umur berapa seseorang layak untuk dididik. Menndidik adalah membantu peserta didik dan warga belajar dengan penuh kesadaran, baik dengan alat atau tidak, dan kewajiban mereka mengembangkan dan menumbuhkan diri untuk meningkatkan kemampuan serta peran dirinya sebagai individu, anggota masyarakat dan umat tuhan.
1.4         Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di Indonesia di baca pada GBHN, pelbagai peraturan pemerintah dan undang-undang pendidikan. Pertama-tama mari kita lihat GBHN Tahun 1993. Dalam GBHN ini dijelaskan bahwa kebijaksanaan pembangunan, sektor pendidikan diajukan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju , tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasmani rohani. Indikator-indikator tujuan pendidikan di atas dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a.    Hubungan dengan Tuhan
b.    Pembentukan pribadi
c.    Bidang usaha
d.   Kesehatan
Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah. Pasal 3 dari peraturan ini menyatakan bahwa pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Yng dituju oleh pendidikan prasekolah menurut peraturan ini adalah peletakkan dasar tentang perkembangan:
a.                   Sikap
b.                  Pengetahuan
c.                   Daya cipta atau pikiran
d.                  Keterampilan
Dalam kepustakaan sering ditemukan aspek-aspek kejiwaan sebagai afeksi, kognisi dan psikomotor. Ada juga yang menyebutkan sebagai rasa karsa dan cipta, yang kemudian ada yang menambahkan dengan karya. Dalam hal ini afeksi mencakup rasa dan karsa atau perasaan dan kemauan. Sedangkan kognisi sama dengan cipta atau pikiran. Dan psikomotor sama dengan keterampilan.
Peraturan lain yang perlu kita periksa adalah Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan Dasar. Pasal 3 pada peratuan itu tertulis: Pendidikan Dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemapuan dasar peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pibadi, anggota masyarakat. Aspek-aspek kehidupannya adalah:
a.       Pribadi
b.      Anggota masyarakat
c.       Warga negara
d.      Umat manusia
e.       Calon siswa sekolah menengah
Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah. Dalam peraturan ini tujuan pendidikan menengah disebutkan untuk : (pasal 2-3) meningakatkan pengetahuan untuk melanjutjkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi dan kesenian, kemampuan ebagai anggota masyarakat dalam melakukan hubngan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya. Aspek-aspek yang ingin dituju oleh peraturan pendidikan menengah adalah :
a.       Meningkakan pengetahuan
b.      Mengembangkan diri
c.       Menjadi anggota masyarakat yang responsif terhadap sosial
d.      Mengembangkan pengtahuan
e.       Mengembangkan perilaku keagamaan
f.       Melaksanakan tugas-tugas edinasan dengan baik
Peraturan Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 1990, pada pasal 2 tujuan pendidikan berbunyi sebagai berikut: menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu, teknologi atau seni.
Tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional. Pada pasal 4 undang-undang itu tertera: Pendidikan nasional bertujuan mncerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pngetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggun jawab terhadap masyarakat dan bangsa.
Dalam suatu hasil penelitian tentang konsep-konsep baru dalam pendidikan  (Made Pidarta, 1991) ditemukan bahwa para ahli pendidk mutahir menyerang sistm pendidikan sekarang yang dikatakannya sebagai upaya mempertahankan kaum kapitalis dengan cara mendidik anak-anak agar siap melayani idustri, perdagangan dan jasa tanpa memperhatikan kebebasan dan hak-hak mereka sebagai anak manusia yang mempunyai bakat dan harat diri masing-masing.
Beberapa para ahli itu mengemukakan pandangan  tujuan pendidikan. Paulo Freire mengemukakan bahwa pendidikan hendaklah membuat manusa menjadi transitif, yaitu suatu kemampuan menangkap dn menanggapi masalah-masalah lingkungan serta kemampuan berdialog tidak hanya sesama tetapi juga dengan dunia beserta segala isinya.
Alvin Toffler (1987) berpendapat bahwa masa sekarang tidak sama dengan masa yang akan datang. Samel Smith (1986) menimpulkan beberapa pandangan ahli tentang pendidikan mutakhir.
1.5    Lembaga dan Praktek Pendidikan
Lembaga pendidikn di Indonesia dalam garis besarny dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.    Lembaga pendidikan jalur sekolah
a.    Lembaga pendidikan prasekolah
b.   Lembaga pendidikan dasar
c.    Lembaga pendidikan menengah
d.   Lembaga pendidikan tinggi
2.    Lembaga pendidikan jalur luar sekolah
a.    Lembaga pendidikan keluarga
b.   Lembaga pendidikan di masyarakat
Perbedaan utama kewajiban kedua lembaga itu ialah pada orientasi pendidikannya. Kalau lembaga pendidikan jalur seolah berorientasi kepada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya maka pendidikan jalur luar sekolah itu mengutamakan pengembangan afeksi dan psikomotor, yang sudah tentu juga mengembangkan kognisi sebagai unsur penunjang
Orientasi pengembangan warga belajar pada pendidikan jalur sekolah, pertama-tama adalah pengembangan pada pendidikan keluarga, dikatakan sebagai pertamakarena bayi atau anak itu berkenalan dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga. Tentang pendidikan dalam masyarakat sudah lebih maju dibandingkan dengan pendidikan dalam keluarga. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal ada progam-program pendidikan luar sekolah yang disetarakan dengan pendidikan jalur sekolah.
Teori-teori pendidikan yang dipraktekan sekarang adalah diambil atau bersumber dariteori-teori pendidikan negara asing, teori-teori itu diimpor bila perlu dimodifikasi sedikit lalu dipraktekkan.
Filsafat pendidikan sebagai penjabaran dari filsafat negara Pancasila belum terumuskan. Filsafat dan teori pendidikan khusus Indonesia perlu dibentuk mengingat bangsa dan negara kita punya watak, kultur dan geografis tersendiri yang berbeda dengan negara lain. Kurang berkembangnya Ilmu Pendidikan di Indonesia disebabkan oleh:
a.     Kesulitan penelitian empiris dibidang ilmu pendidikan
b.    Kesulitan mengoperaionalkan filsafat pancasila kedalam pendidikan atau sulit menjabarkan filsafat itu menjadi filsafat pendidikan.
Menyadari akan pentingnya dukungan ilmu pendidikan dalam memajukan bangsa dan mengetahui akan kenyataan kondisi ilmu pendidikan di Indonesia dewasa ini, maka sudah sepantasnya para ahli pendidikan lebih meningkatkan kegiatannya.
a.     Dalam melakukan kegiatan-kegiatan penelitian pendidikan
b.    Dalam mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian itu dalam jurnal-jurnal penelitian.
c.     Melaksanakan berbagai temu ilmiah dalam cabang-cabang ilmu pendidikan
d.   Secara perlahan-lahan menyusun konsep-konsep sebagai agian dari ilmu pendidikan yang tepat dengan kondisi dan kepribadian bangsa Indonesia.
e.     Mengadakan konsolidasi satu dengan yang lain.

1.6    Pendidikan sebagai Sistem
McAshan (1983) mendefinisikan sistem sebagai strategi yang mnyeluruh atau rencana dikomposisi oleh suatu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya brkaitan terurut dalam bentuk yang logis.Sementara itu Immegart (1972) mengatakan esensi sistem adalah mrupakan suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain serta pduli terhadap konteks lingkungannya.
Dari uraian diatas dapat dikmukakan ciri-ciri umum suatu sistem sebaga berikut:
a.     Merupakan suatu kesatuan atau holistik
b.    Memiliki bagian-bagian yang tersusun sistematis dan berhierarki
c.     Bagian-bagia itu berelasi satu dengan yang lainnya
d.    Konsem terhadap konteks lingkungannya
Sistem itu adalah sebagai suatu strategi cara berpikir, atau model berpkir. Ini berarti ada model berpikir sistem dan ada pula model berpikir nonsistem. Bila sistem itu behubungan dengan sprasistemnya maka ia disebut sebagai sistem terbuka. Sebaliknya bila idak, maka ia disebut sistem tertutup.
Ciri-ciri sistem terbuka adalah sebagai berikut: (diilhami oleh Tanner, 1981)
a.     Mengimpo energi, materi dan informasi dari luar.
b.    Memiliki pemroses.
c.     Menghasilkan output atau mengekspor materi, energi dan informasi.
d.    Merupakan kejadian yang berantai.
e.     Memiliki egative entropy
f.     Mempunyai alur inforasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri
g.    Ada kestabilan yang dinamis
h.    Memiliki deferensiasi
i.      Ada prinsip equifinalty
Pendidikan merupakan sistem terbuka, sebab tidak mungkin pendidikan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.     Filsafat negara
b.    Agama
c.     Sosial
d.    Kebudayaan
e.     Ekonomi
f.     Politik
g.    Demografi
Ketujuh faktor ini merupakan suprasistem dari sistem pendidikan. Jadi, pendidikan sebagai sistem berada bersama, terikat, dan tertenun didalam suprasistemnya yang terdiri dari tujuh sistem tersebut diatas.
Yang sudah banyak di tulis dalam kepustakaan tentang pendidikan sebagai sistem adalah sistem pengembangan input menjadi output atau pengembangan peserta didik baru masuk sampai lulus adalah sebagai berikut:
a.     Subsistem input ialah peserta didik yang baru masuk
b.    Subsisitem proses ialah posese belajar mengajar yang melibatkan pendidik, materi belajar, alat belajar, evaluasi dan sebagainya.
c.     Subsistem output ialah lulusan lembaga pendidikan itu.
Struktur pendidikan yang jelas dan terici akan menjamin kelancaran tugas para personalia pendidikan. Subsistem personalia memegang peranan terpenting di antara subsitem lainnya sebab subsisitem inilah yang melaksanakan pendidikan. Berhasil atau tidak suatu pendidikan sangat ditentukan oleh personalianya. Suatu lebaga pendidikan yang lengap denan fasilitasnya, bila personalianya tidak cakap dan tidak bersedia bekerja dengan baik , tidak akan menghasilkan lulusan yang baik. Sebaliknya, walaupun fasilitas lembaga pendidikan kurang memadai tetapi personalianya berdedikasi bekerja, dengan kreasi yang tinggi dan rajin belajar, sangat nmugkin memberikan lulusan yang memadai.
1.7    Dampak konsep Pendidikan
Sesudah memahami tentang pengertia pendidikan, tujuan pendidikan, lembaga beserta pratek pendidikannya, dan pendidikannya sebagai sistem, maka dampak konsep  pendidikan sebagai konsekuensinya adalah sebagai berikut:
1.                Semua tenaga kependidikan, baik pada jalur sekolah, mauun luar sekolah.
2.                Ada tiga macam pendidikan yaitu:
a.         Pendidikan yang dipakai oleh masyarakat umum, yang tidak ilmiah, melainkan diwariskan secara tuun temurun
b.        Teori umum pendidikan yang mirip dengan filsafat pendidikan, yang menekankan pada prinsip-prinsip mengajar.
c.         Ilmu pendidian, suatu pendidikan yang bersifat ilmiah, yang utuh sebagai satu kesatuan ilmu.
3.    Mendidik adalah semua upaya untuk membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas dorogan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi dan potensi-potensi lainnya secara optimal ke arah yang positif.
4.    Tujuan mendidik adalah membantu anak untuk mengmbangkan semua potens jiwa dan jasmaninya secara berimbang, harmonis dan terintegrasi, sehingga menjadi manusia berkembang seutuhnya oleh sila-sila pancasila.
5.    Pendidikan luar sekolah perlu diberi perhatian lebih banyak, sebab fungsinya tidak kalah pentig dibandingkan dengan pendidikan jalur sekolah.
6.    Untuk mengatasi praktek-praktek pendidikan yang bersumber dari konsep-konsep pendidika luar negri dan yang mengutamakan pengembangan kognisi.
7.    Pengembangan pendidikan haruslah mengikuti dan mengantisipasi suprasistemnya.
8.    Penyelenggara dan pelaksanaan pendidikan sebagai bagian terpenting dalam mensukseskan  misi pendidikan.

2.    LANDASAN HUKUM
Bab ini akan membahas secara berturut-turut pengertian landasan hukum, pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang RI No. 2 Tahun 989 tentang Pendidikan Nasional beberapa Perturan Pemerintah tentang Pendidikan dan GBHN 1993, dan dampak konsep pendidikan.
2.1    Pengertian Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum adalah melandasi atau mendasari atau titikk tolak. Landasan hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan tentang pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi atau mendasari ia menjadi guru adalah surat keputusan itu beserta hak-haknya.
Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat tepijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku ini.
2.2    Pendidikan Menurut Undang Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Kedudukan ini membuat UUD 1945 mengandung isi yang sifatnya umum.
Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan dalan UUD 1945 hanya 2 pasal, yaitu Pasal 31 dan Pasal 32. Pasal 31 ayat 1 berbunyi: tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi: pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajarab nasional, yang diatur dengan Undang-Undang.
Pasal 32 pada UUD itu berbunyi: pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Sangkut pautnya adalah kebudayaan akan berkembang apabila budi daya manusia ditingkatkan dan budi daya bisa dikembangkan kemampuannya melalui pendidkan. Dengan demikian upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai upaya memajukan pendidikan.
2.3    Undang Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu bertalian dengan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini.
Pasal 1 ayat 2 dan ayat 7 berbunyi: Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. UU ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945. Ini berarti teori-teori pendidikan dan praktek-praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.
Selanjutnya pasal 1 ayat 7 berbunyi: Tenaga pendidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelanggaraan pendidikan. Menuruy ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.
Hal lain yang perlu diberi penjelasan adalah pendidikan akademik dan pendidikan profesional. Pada pasal 17 ayat2 menyebitkan bahwa sekolah tinggi, institut, dan universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau profesional. Pendidkan akademik adalah pendidikan yang berupaya melayani perkembangan sikap berfikir, dan perilaku ilmiah para mahasiswa sehingga mereka dapat mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan orientasi pendidik akademik adalah pada kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni melalui kegiatan-kegiatan penelitian. Pendidikan profesional menekankan pada aplikasi teori-teori yang telah ada. Orang yang profesional kalau ia mampu melaksanakan sesuatu secara benar, dalam arti sesuai dengan konsep atau teori yang bertalian dengan sesuatu yang dikerjakan itu, sehingga orang lain yang berkepentingan merasa puas.
   Bila pendidikan akademik membuat manusia berkembang secara optimal, maka pendidikan secara profesional berusaha membuat manusia-manusia pekerja dalam bidang-bidang tertentu.
2.4    Dampak Kosep Pendidikan
Sesudah memahas landasan hukum dan pendidikan yang dijabarkan dari pasal UUD 1945. UU pendidikan Nasional maka sebagai dampaknya dalam konsep pendidikan adalah seperti uraian sebagai berikut:
1.    Ada perbedaan jelas antara pendidikan akademik dengan pendidikan professional. Pendidikan akademik menyiapkan para ahli agar mempu mengemnbangkan ilmu atau teknik atau seni di bidangnya masing-masing melalui alkulturasi diri secara utuh.
2.    Pendidikan professional tidak cukup hanya menyiapkan ahli dalam menerapkan suatu teori, tetapi juga mempelajari cara membina para pembantu, mengusahakan alat-alat bekerja, menciptakan lingkungan  dan iklim kerja yang kondusif untuk berupaya selalu memuaskan orang-orang yang berkepentingan.
3.    Sebagai konsekuensi dari beragamnya bakat dan keahlian/kemampuan para siswa serta dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu diciptakan berbagai ragam sekolah kejuruan.
4.    Untuk merealisasikan terwujudnya pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, seperti dikemukakan sebagai tujuan pendidikan nasional diperlukan perhatian yang sama terhadap pengembangan afeksi, kognisi, dan psikomotor pada semua tingkat pendidikan.
5.    Para ahli atau peneliti yang melakukan uji coba atau meneliti di pendidikan dasar haknya dijamin oleh PPRI nomor 28 tahun 199- Pasal 30 dalam kaitannya dengan upaya memperbaiki pendidikan. Oleh karena itu para kepala sekolah hendaklah member izin dan kebebasan kepada para ahli tersebut dalam batas-batas melaksanakan peneliian itu.

3.        LANDASAN FILSAFAT
Dalam bab ini akan dibahas empat hal secara berturut-turut yaitu filsafat imu, dan ilmu pendidikan, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan di Indonesia dan upaya mewujudkan filsafat pendidikan di Indonesia. Pembahasan-pembahasan ini diakhiri denan uraian tentang dampak konsep pendidikan.
3.1         Ilmu, dan Ilmu Pendidikan
Para tokoh filsafat pada waktu itu adalah Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu samapai ke akar-akarnya. Filsafat membahas suatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka kebenara filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut:
1.         Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakikat segala sesuatu yang terdapat di ala mini. Dalam kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu: (Callahan, 1983)
a.             Manusia pada hakikatnya adalah spiritual.
b.            Manusia adalah organisme materi.
2.         Epistemology ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, dengan rincian masing-masing sebagai berikut:
a.       Ada lima sumber pengetahuan yaitu:
·         Otoritas, yang terdapat adal ensiklopedi, buku teks yang baik, rumus, dan tabel
·         Common sense, yang ada pada adat dan tradisi
·         Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
·         Pikiran yang menyimpulkan hasil pengalaman.
·         Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
b.      Ada empat teori kebenaran yaitu:
·         Koheren
·         Koresponden
·         Pragmatisme
·         Skeptivisme
3.         Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berfikir dengan benar.
4.         Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia.
Jujun (1985) menulis bahwa filsafat, meminjam pemikiran Will Durant, dapat diibaratkan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantry dalam suatu invasi militer ke sebuah pulau. Suatu ilmu akan muncul setelah terjadi pengkajian dalam filsafat. Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan pembentukan ilmu itu. Dalam bukunya yang lain Jujun (9181) membagi proses perkembangan ilmu menjadi dua bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Tingkat proses perkembangan yang dimaksud adalah:
1.         Tingkat empiris ialah ilmu yang baru ditemukan di lapangan.
2.         Tingkat penjelasan atau teoritis, ialah ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur teoritis.
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perebutan pengaruh dalam dunia pendidikan yaitu anatara pembawaan dan lingkungan. Schopenhauer berpendapat bahwa anak manusia sudah dibekali segala sesuatu sejak dilahirkan pndidikan tidak ada gunanya. Aliran ini disebut nativisme. Bertentangan dengan aliran ini ialah aliran empirisme, berpenapat bahwa lingkunganlah yang memegang dalam peranan dalam menentukan maju mundurnya idup dan khidupan manusia. Tokoh ialah John Locke yang terkenal dengan teori tabularasa. Tabularasa adalah meja yang dilapisi lilin tempat menulis orang-orang Yunani kuno. Pendamai kedua teori itu adalah William Stern, yang kemudian diikuti oleh Woodworth dan Marquis, yang menciptakan teori Konvergensi. Teori ini memandang kekuasaan pembawaan dan lingkungan adalah sama dalam perkembangan manusia.
Sikun Pribadi (ISPI, 1989) menggambarkan hubungan filsafat, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, ilmu pendidikan praktis, perbauatan mendidik, pengalaman mendidik, dan keyakinan pendidik sebagai berikut:
1.                  Filsafat atau filsafat umum atau filsafat negara menjadi sumber segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara atau bangsa.
2.                  Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat.
3.                  Ilmu pendidikan (yang bersifat teoritis) ada diurutan ketiga, sebab ia dijabarkan dari filsafat pendidikan. Di sinilah teori-teori pendidikan dirumuskan.
4.                  Ilmu pendidikan praktis adalah merupakan konsep-konsep pelaksanaan teori-teori pendidikan di atas. Jadi ini dijabarkan dari teori-teori pendidikan.
5.                  Pada langkah berikutnya adalah perbuatan mendidik, yaitu tindakan-tindakan nyata dalam menerapkan teori pendidikan praktis.
6.                  Sebagai akibat dari perbuatan mendidik, akan mendapatkan pengalaman tentang mendidik. Sudah tentu pengalaman ini didapatkan di lapangan.
7.                  Pengalaman ini memberi umpan balik pada teori pendidikan yang terdapat dalam teori pendidikan, yang memanfaatkanya untuk memungkinkan merevisi teori semula.
8.                  Sebagai akibat dari revisi tadi, sangat mungkin ilmu pendidikan member umpan balik kepada filsafat pendidikan, dan kemungikan merevisi konsep-konsepnya.
9.                  Ilmu pendidikan juga mengadakan kontak hubungan dengan pengalaman-pengalaman mendidik, untuk selalu mengingatkan diri agar tidak menyimpang dari teori-teori mendidik.
10.              Perbuatan-perbuatan mendidik bias menimbulkan keyakinan tersendiri tentang pendidikan. Suatu keyakinan yang belum tampak pada filsafat, filsafat pendidikan, maupun pada ilmu pendidikan. Keyakinan ini memberi bahan baru kepada filsafat, untuk dipikirkan kembali dan dimasukan ke dalam filsafat.
3.2         Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenai pendidikan. Ada filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di dunia.
Francis Bacon dalam bukunya The Advencement of Learning mengemukakakn tesis bahwa kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur-unsur validitas yang bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari, bila pengetahuan itu dibersihkan dari salah konsep yang berlangsun selam bertahun-tahun. Bacon menggunakan logika indiktif sebagai teknik krisis atau analisis untuk menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan.
     Johan Herbart dalam bukunya Scence of education menginginkan agar guru mempunyai informasi yang dapat diandalkan mengenai tujuan pendidikan yang ingin dicapai dan proses belajar sebelum guru ini memasuki kelas.
Untuk sementara filsafat pendidikan bias dipakai latar pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai pembanding, untuk kemungkinan sebagai pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan menjadi lebih mantap.
John Dewey dalam bukunya Democracy and Education menyatakan bahwa pengalaman adalah tes terakhir dari segala hal. Mereka memandang pengalaman adalah sebagai panji-panji filsafat pendidikan yang mempunyai komitmen terhadap inquiry atau penyelidikan. Filsafat pendidikan mencari konsekuensi proses belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa kelemahannya, dan bagaimana mengatasi kelemahan itu.
Berbagai aliran filsafat di atas, member dampak terciptanya konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung konsep-konsep filsafat pendidikan itu. Dalam membangun teori pendidikan, filsafat pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan.
Filsafat pendidikan juga mengingatkan kepada kita agar sangat hati-hati menyusun suatu teori. Struktur teori itu harus jelas, tidak boleh tumpang tindih. Suatu teori yang akan dibangun perlu dianalisis bagian-bagiannya, cabang-cabangnya, dan ranting-rantingnya, termasuk pengertian pendidikan itu sendiri, tujuan pendidikan, dan cara-cara mencapai tujuan. Masing-masing bagian perlu divalidasi terlebih dahulu agar bebas dari salah tafsir, memakai terminology yang tepat, definisi yang jelas, dan lain sebagainya. Sesuadah itu berulah disusun secara sistematis, diintegrasikan satu sama lain, sehingga menjadi suatu teori pendidikan yang utuh.

3.3         Filsaafat Pendidikan di Indonesia
Bangsa Indonesia baru memiliki filsafat ilmu atau filsafat Negara ialah Pancasila. Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum punya konsep atau teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia tentang pengertian pendidikan dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan. Sebagaian besar konsep atau teori pendidikan diimpor dari luar negeri sehingga belum tentu valid untuk diterapkan di Indonesia
 Teori-teori bisa didapat dengan cara belajar di luar negeri, atau dengan cara melakukan studi banding. Dan yang paling banyak adalah dengan mendatangkan buku atau membeli buku dari Negara lain.
Buchori menyatakan adanya penyederhanaan dalam pendidikan sebagai akibat dari orientasi ke Amerika Serikat. Pendidikan cenderung hanya mempersoalkan masalah-masalah operasional, khususnya tentang proses belajar-mengajar di kelas (Soedomo, 1990). Buchori menunjukan kepada kita bahwa kegiatan pendidikan di Indonesia hanya baru satu segi saja, yaitu segi operasionalnya saja
Seperti diketahui ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu yang utuh terdiri dari landasn, struktur, dan operasional pendidikan. Yang dimaksud dengan stuktur ialah isi ilmu itu dengan sistematiknyanya serta proposisi bagian-bagiannya yang mendukung pendidikan sebagai suatu ilmu. Bertalian dengan fakta dan upaya tersebut di atas Perry mengemukakan tiga metode dalam ilmu pendidikan seperti berikut (Soedomo, 1990):
1.         Metode normative, metode yang berusaha menjelaskan tentang keberadaan manusia, bagaimana seharusnya manusia itu brsikap dan bertindak terhadap dirinya dan terhadap sesame manusia maupun makhluk lain
2.         Metode eksplanatori, metode yang berusaha menentukan kondisi dan kekuatan apa yang dapat membuat proses pendidikan berhasil.
3.         Metode teknologi, ialah cara mendidik itu sendiri yaitu praktek mendidik di lapangan. teknik penyampaian bahan, bentuk bimbingan belajar, dan sebaginya.
Dari uraian di atas tampaklah bagi kita bahwa terjadi ketidaksamaan pandangan di antara para ahli pendidikan tentang pendidikan itu sendri. Sebagaian yang berkiblat ke Amerika Serikat memandang pendidikan sebagai cara mengajar dan belajar, jadi tidak memerluan ilmu pendidikan. Sebagian lagi berorientasi pada pendidikan di Eropa yang memandang pendidikan sebagai suatu ilmu yang utuh yaitu ilmu pendidikan.
1.         Pengertian pendidikan yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh tanah air.
2.         Tujuan pendidikan, yaitu pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang diwarnai oleh sila-sila Pancasila.
3.         Model pendidikan, model pendidikan akan menyangkut teori pendidikan.
4.         Cara mencapai tujuan, yaitu segi teknik dari pendidikan itu sendiri.
3.4         Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia
                           Upaya-upaya merumuskan filsafat pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Ada suatu hasil penelitian bertalian dengan hal diatas yang dilakukan oleh Jasin, dan kawan-kawannya (1994) dengan responden para mahasiswa PGSD, S1, S2, S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Banung dan Surabaya. Penelitian itu menemukan hal-hal seperti berikut (1) lebih dari separo responden menginginkan penegasan kembali pengertian pendidikan dan pengajaran, (2) hampir separo responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu para ahli pendidikan menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru, (3) para mahasiswa dan dosen berpendapat ilmu pendidikan adalah ilmu mandiri, sementara itu para ahli menyatakan bahwa ilu pendidikan itu adalah ilmu terapan, (4) semua responden menyatakan kurang struktur ilmu pendidikan.
   Untuk mengembangkan Ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara valid, terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan yang mendalam tentang ilmu itu sendiri dan budaya serta geografis Indonesia yang akan mewarnainya. Pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat yang khusus membahas pendidikan yang tepat dierapkan di bumi Indonesia.
            ISPI (1989) bengingatkan bahwa tugas utama para ahli Ilmu Pendidikan adalah (1) mengungkapkan pemikiran yang sistematik dan mendasar mengenai implikasi filsafat Pancasila dalam filsafat pendidikan nasional yang akan dibentuk, dan (2) dalam menggunakan sumber-sumber dari luar termsuk teori pendidikan dan perlu diadakan saringan-saringan agar sesuai dengan filsafat negara kita.


3.5         Dampak konsep Pendidikan
Karena filsafat pendidikan yang cocok dengan alam dan budaya Indonesia belum terbentuk, yang ada baru filsafat Negara yaitu Pancasila, maka tidak banyak konsep pendidikan yang bisa diturunkan dari sini. Oleh sebab itu dampak konsep pendidikan yang akan dituangkan di bawah adalah terbatas pada penjabaran sila-sila Pancasila.
1.                  Filsafat pendidikan Indonesia perlu segera diwujudkan agar ilmu pendidikan bercorak Indonesia lebih mudah dibentuk. Kunci terealisasinya suatu kegiatan pada dewasa ini adalah pemerintah. Sebab itu dibutuhkan kemaun pemerintah untuk menggerakan kegiatan ini.
2.                  Peranan dan pengembangan sila-sila Pancasila pada diri peserta didik pada hakikatnya adalah pengembangan afeksi. Oleh karena itu pendidikan afeksi tidak boleh dinomorduakan apalagi ditinggalkan. Pendidikan afeksi, kognisi, dan psikomotor haruslah perlakukan sama.
3.                  Pendidikan Pancasila dan Pendidika Agama tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
4.                  Materi pendidikan afeksi selain bersumber dari bidang studi yang membahas moral Pancasila dan ajaran Agama, sebaiknya dilengkapi dengan nilai-nilai dan adat istiadat yang masih hidup dimasyarakat Indonesia serta budi pekerti luhur yang tetap dijungjung di bumi Indonesia ini.
5.                  Metode mengembangkan afeksi bisa dibagi dua yaitu:
a)               Untuk pendidikan afeksi yang berbentuk bidang studi, tekanan proses belajarnya adalah afeksi konsep-konsep yang dipelajari.
b)               Untuk pendidikan afeksi untuk dislipkan pada bidang-bidang studi lain, pendidik cukup menyinggung afeksi tertentu yang kebetulan dapat dimunculkan pada saat itu untuk dipahami oleh peserta didik, dihayati, dan dilaksanakan.
6.                  Evaluasi pendidikan afeksi haruslah dilakukan secara nyata, diberi skor, dan dimasukan ke dalam rapor seperti/halnya dengan bidang-bidang studi yang lain.
7.                  Dalam mengembangkan materi pendidikan afeksi, sangat mungkin sumber materi itu berasal dari luar negeri , bila hal itu terjadi, maka perlu dilakukan penyaringan terlebih dahulu agar bisa diterima oleh kondisi dan budaya Indonesia, sebelum dimasukan sebagai materi pendidikan.
8.                  Dalam rangka pengemabangan afeksi peserta didik, ada baiknya kondisi kea rah  itu sengaja diciptakan, antara lain dengan menghadirkan jauh lebih banyak budaya bangsa sendiri untuk menetralkan pengaruh budaya asing yang memang sulit dibendung dalam abad informasi dan global ini.

4.             LANDASAN SEJARAH
               Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa. Bab ini secara berturut-turut akan membahas sejarah pendidikan dunia, sejarah pendidikan Indonesia, masa perjuangan bangsa, masa pembangunan dn dampak konsep pendidikan.
4.1         Sejarah Pendidikan Dunia
Umur pendidikan dunia sudah panjang sekali. Mulai dari zaman hellenisme tahun 150-500 SM, ke zaman pertengahan tahun 500-1500, zaman humanisme atau renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra Reformasi pada tahun 1600-an. Pendidikan yang mulai menunjukan perbedaan eksistensinya dengan pendidikan-pendidikan sebelumnya adalah sejak zaman Realisme.
Francis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman Realisme ini (abad ke-17) yang pertama mengembangkan metode induktif. Pendapatnya sebagai berikut:
1.    Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus diarahkan kepada realita alam ini, serta hal-hal praktis yang ada di dalamnya.
2.    Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat alat-alat indra.
3.    Menggunakan metode berfikir induktif, yaitu mulai dari menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisis sehingga menimbulkan simpulan.
4.    Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen-eksperimen.
5.    Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan.
Ada sejumlah prinsip pendidikan yang berkembang pada waktu itu, yang dirumuskan oleh Bacon beserta pengikit-pengikutnya antara lain:
1.         Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran sebab mengembangkan semua kemampuan manusia.
2.         Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri.
3.         Peneneman pengertian lebih penting daripada hafalan.
4.         Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak.
5.         Pelajaran harus diberikan satu persatu
6.         Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi
7.         Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar.
Sesudah zaman Realisme berkembanglah paham Rasionalsme dengan tokohnya John Lock pada abad ke-18. Aliran ini juga disebut disiplinariaisme. Keyakinan mereka adalah akal sebagi sumber pengetahuan, atau pengetahuan adalah sebagai hasil pengolahan akal. Paham ini muncul karena masyarakat dengan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan raja Prancis yang absolute.
Teorinya yang terkenal adalah teori Tabularasa atau a blank sheet of paper. Mendidik adalah menulisi kertas itu. Manusia tidak mewarisi pengetahuan, tetapi membentuk pengetahuannya sendiri. Proses belajar menurut Jhon Locke ada tiga langkah, yaitu:
1.     Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia
2.     Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
3.     Berfikir, yaitu mengolah bahan-bahan yang telah diperoleh tadi, ditimbang-timbang untuk diri sendiri.
Dengan materi pelajaran terutama bahasa Latin dan ilmu pasti untuk melatih pikiran.
Selanjutnya pada abad ke -18 ini muncul pula aliran baru yaitu Naturalis sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalis. Tokohnya adalah J.J Rousseau. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati.Dalam pembaruan pendidikan Rouesseau menulis buku dengan judul Emile. Pada awal buku ini dtuliskan kalimat inti dari maksud bukunya yaitu: segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam; dan segala sesuatu menjadi jelek manakala dia sudah berada di tangan manusia. Rousseau ingin kembali kea lam yang wajar, pendidikan alam, alamlah yang menjadi guru. Menurut Rousseau ada tiga asas mengajar yaitu:
1.        Asas pertumbuhan.
2.        Asas aktivitas.
3.        Asas individualitas.
Zaman Developentalisme berkembang pada abad ke-19. Penganut aliran ini memandang proses pendidikan sebagi suatu proses perkembangan jiwa. Karena itu aliran ini disebut juga gerakan psikologis dalam pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses perkembangan yang berlangsung dalam setiap individu. Proses ini merupakan hasildari aktuvitas dan reaksinya terhadap lingkungan. Salah satu tokohnya ialah Pestalozzi.
Tujuan pendidikan peastlozzi adalah meningkatkan derajat social seluruh umat manusia. Tugas pendidikan selanjutnya, sesudah mngetahui hukum perkembangan anak, adalah menyediakan syarat-syarat tertentu agar kekuatan-kekuatan anak bisa berkembang dengan baik. Pendidikan bersifat kontinu, wajar, dan spontan. Dasar metodenya adalah aktivitas anak yang terdiri dari :
1.     Impression atau pengamatan, bukan saja lewat pancaindra, tetapi juga mencakup unsur emosional.
2.     Ekspresi dalam bentuk bahasa, benda-benda, bilangan atau hitungan, dan moral.
Tokoh kedua adalah Herbart yang menginginkan pembentukan manusia susila yang bermoral tinggi. Tujuan pendidikannya adalah membentuk watak susila, melalui pengembangan minat yang seluas-luasnya. Herbart menyatakan kita mau melakukan sesuatu tentang apa yang kita ketahui, tetapi kit tidak mau melakukan hal itu manakala kita tidak tahu tentang hal itu. Inilah cara membentuk watak anak agar susila.
Dasar teori pendidikan Herbart adalah Psikologi Asosiasi. Asosiasi yang baru akan membentuk pengetahuan yang baru pula. Karena itu Psikologi Asosiasi Herbart sering pula disebut Psikologi tanggapan. Ada lima langkah dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1.     Persiapan, anak-anak dipersiapkan untuk menerima pelajaran.
2.     Presentasi, dimulai secara konkret agar anak-anak mendapat tanggapan-tanggapan yang jelas, terang, dan kuat.
3.     Asosiasi dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengetahuan baru dengan yang lama.
4.     Generalisasi, hubungan pengetahuan baru dengan yang lama benar-benar agar membentuk sesuatu yang baru pula dalam benak anak-anak.
5.     Aplikasi, pembentukan pengetahuan-pengetahuan baru itu perlu diuji atau dites, untuk mengetahui apakah anak-anak sudah mampu mengaplikasikan pengetahuan itu atau belum.
Frobel bermaksud mengembangkan semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-anak. Tujuan pendidikannya adalah mengembangkan semua potensi itu agar menjadi actual. Tugas pendidikan adalah mengontrol pertumbuhan anak agar menuju kea rah yang benar, ke arah aslinya sebagai anak manusia. Pendidikan Frobel adalah perkembangan yang diawasi. Titik berat pendidikannya adalah kreativitas. Artinya agar pendidikan anak berhasil dengan baik, dibutuhkan kreativitas anak itu sendiri mengembangkan dirinya.Tujuan akhir pendidikan Frobel adalah mencapai integritas diri dengan alam atau kosmos ini, sesuai dengan kehendak Tuhan penciptanya.
Tokoh terakhir dari aliran Developmental adalah Stanly Hal. Tujuan pendidikannya adalah mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada sehingga memperoleh kepribadian yang harmonis. Stanly Hall berpendapat bahwa kehidupan mental dan kehidupan fisik berjalan parallel.
Dari keempat pandangan tokoh pendidik Developmentalisme ini dapat disarikan konsep-konsepnya sebagai berikut:
1.    Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sodial manusia.
2.    Cara-cara untuk mewujudkan tujuan di atas adalah:
a.             Dengan perkembangan yang dikontrol.
b.            Dengan membentuk tanggapan-tanggapan yang jelas sehingga membentuk asosiasi pada jiwa anak.
c.             Dengan mengembangkan insting, menempa anak sebelum kaku.
d.            Melalui impresi indra dan emosional menjadi ekspresi pengetahuan dan moral.
3.    Pengembangan itu dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak.
Zaman Developmentalisme diikuti oleh zaman Nasionalisme pada abad ke-19. Paham ini muncul sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dari imperialis, antara lain perang-perang yang dilakukan oleh Kaisar Napoleon.
Tokoh-tokohnya antara lain La Chlotasis di Perancis, Fichte di Jerman, dan Jafferson di Amerika Serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara. Yang diutamakan adalah:
1.        Pendidikan sekuler
2.        Pendidikan jasmani
3.        Pendidikan kejuruan.
Untuk mensukseskan pendidikan-pendidikan tersebut di atas dibutuhkan materi pelajaran sebagai berikut:
1.        Bahasa dan kesusastraan nasional
2.        Pendidikan kewarganegaraan.
3.        Lagu-lagu kebangsaan.
4.        Sejarah Negara.
5.        Geografi Negara.
6.        Pendidikan jasmani.
Lembaga pendidikan yang bersetatus negeri terutama sekolah-sekolah umum mulai mendominasi sekolah-sekolah swasta.
Abad ke-19 ditandai oleh Liberalisme dan positivism. Bukti-buktinya Linebralisme antara lain sekolah-sekolah dipakai alat untuk memperkuat kedudukan penguasa pemerintahan. Sementara itu positivisme di bawah tokohnya August Comte hanya percaya kepada kebenaran yang dapat diamati oleh panca indra. Akibatnya kepercayaan terhadap agama semakin lemah.
Ahli pendidik lain yang juga terkenal pada abad ke-20 adalah Maria Montessori, Ovide Decroly, dan Hellen Parkhurst. Montessori dikenal dengan pendidikan bebas. Dengan semboyan mendidik kebebasan untuk kebebasan.
Decroly dikenal dengan sistem globalisasi dan pusat-pusat minatnya. Metode Global dalam menulis dan membaca, suatu proses belajar berdasarkan pengamatan dan tanggapan.
Sekolah Hellen Parkhurst dikenal orang dengan nama sistem Dalton. Pendidikan bersifat individual. Tiap-tiap pelajaran memiliki ruang-ruang tersendiri dengan guru spesialis. Pelajaran dalam bentuk tugas-tugas bulanan. Setiap tugas dilengkapi dengan buku-buku dan alat-alat yang harus dipakai.
4.2         Sejarah Pendidikan Indonesia
Pada waktu Indonesia berjuang meraih kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuan melalui pendidikan. Tokoh –tokoh itu adalah Mohamad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan kiyai haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990).
     Mohamad Syefei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Maks utama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka.  Tujuan pendidikan INS adalah sebagai berikut:
a.         Mendidik anak-anak kea rah hidup yang merdeka, melalui pendidikan hidup mandiri.
b.        Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab.
c.         Membiyayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri.
d.        Mengembangkan anak secara harmonis, yamh mencakup aspek perasaan, kecerdasan, dan keterampilan.
e.         Mengembangkan sikap sosial, agar dapat bermasyarakat dengan baik.
f.         Menyesuaikan pendidikan dengan masing-masing bakat anak.
g.        Membiasakan bekerja menurut kebutuhan lingkungan.
Tokoh pendidik nasional berikutnya adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, sistem, dan metode pendidikannya diringkas kedalam empat kemasan, yaitu Asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan Seboyan atau Parlambang.
Asas Taman Siswa dirumuskan pada tahun 1922, asas-asas itu adalah sebagai berikut:
a.    Kemerdekaan individu untuk mengatur kenmerdekaan diri sendir. Kebebasan ini dibatasi oleh kepentingan umum, yaitu jangan sampai mengganggu ketertiban dan kedamaian umum.
b.         Kemerdekaan dalam berfikir. Mengembangkan perasaan, dan kemauan melakukan sesuatu.
c.         Kebudayaan sendiri, sebagai dasar kehidupan bukan intelektual.
d.        Kerakyaatan sendiri, yaitu pendidikan harus diberikan kepada seluruh rakyat.
e.         Hidup sendiri, ialah berusaha menghidupi diri sendiri, serta tidak menerima bantuan yang mengikat.
f.          Hidup sederhana, agar mampu membiyayai diri sendiri.
g.         Mengabdi kepada anak, semua kegiatan yang dilakukan adalah untuk kepentingan perkembangan anak-anak.
Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi agam Islam pada Tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan agama Islam. Pendidikan Muhamadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan Agama Islam, dengan bebrapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).
Asas pendidikannya adalah agama Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang Muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara. Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu:
a.         Perubahan cara berfikir, ialah kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah cara berfikir dan bertindak dari kebiasaan lama yang kurang tepat, untuk mencapai tujuan pendidikan.
b.         Kemasyarakatan, artinya janganlah hanya mengembangkan aspek individu saja, melainkan aspek kemasyarakatan, agar pengembangan individu dan kemasyarakatan berimbang.
c.         Aktivitas, anak harus menggunakan aktivitasnya sendiri untuk memeproleh penegetahuan. Dan harus pula melaksanakan serta mengamalkan semua hal yang telah diketahuinya.
d.        Kreativitas ialah untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan kiat guna menghadapi situasi baru secara tepat dan cepat.
e.         Optimisme, anak-anak diberi keyakianan bahwa melalui pendidikan cita-cita mereka akan tercapai, asal dengan semangat dan berdedikasi mengerjakannya sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan.
Fungsi lembaga pendidikan ciptaan Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:
1.         Sebagai alat dakwah, baik dalam maupun luar anggota organisasi Muhamadiyah.
2.         Tempat pembibitan dan pembinaan kader, yang dilaksanakan secara sistematis dan selektif sesuai dengan kebutuhan.
3.         Merupakan wahan untuk melaksanakan amal para anggota organisasi.
4.         Mensyukuri nikmat Tuhan, artinya apapun kemauan anak-anak, pendidik harus member kesempatan berkembang, mejaga, dan merwatnya dengan sebaik-baiknya.
4.3         Masa Perjuangan Bangsa
Perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang merdeka dan mengisinya agar menjadi jaya adalah panjang sekali. Perjuangan yang bersifat daerah berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya Budi Utomo pada Tahun 1908.
Budi Utomo dirintis oleh Wahidin, seorang bangsa Indonesia yang sempat mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi waktu itu. Seperti diketahui bahwa pendidikan pada zaman penjajahan Belanda dapat dikatakan tidak menguntungkan Bangsa Indonesia. Pada waktu itu terjadi dualism dalam pendidikan yaitu:
1.    Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya. Sistem pendidikan ini lengkap mulai dari SD sampai dengan SMA dan lulusannya dapat hak untuk meneruskan ke Eropa.
2.    Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Indonesia, yaitu sebagian besar SD 3 tahun, dan beberapa SD 5 tahun. Dan lulusannya dimanfaatkan untuk menjadi pegawai-pegawai pemerintahan jajahan yang dibayar murah.
Perjuangan kebangsaan semakin meningkat sejak dilakukannya Sumpah Pemuda pada Tahun 1928. Adri isi sumpah ini kelihatan bahwa persatuan bangsa Indonesia semakin kuat, karena merasa diikat oleh negara, bangsa, dan bahasa yang satu yaitu bahasa Indonesia. Demikianlah bangsa Indonesia berjuang terus walaupun banyak rintangan yang menghadangnya.
Jiwa patriotik memilki nilai-nilai 45 dan serangan 45. Nilai dan semangat 45 ini sampai sekarang tetap terkenal, dan memeang keberadaanya tetap dipertahankan. Kalau dahulu berjuang secara fisik mengusir penjajah, maka dalam mengisi kemerdekaan berjuang secara hati, otak, dan tenaga mewujudkan cita-cita kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
Ketika perjuangan fisik berakhir, maka nilai-nilai 45 itu dipandang sudah mapan karena misinya sudah berakhir, pertumbuhan dan perkembangannya sudah berhenti, dan ia mengkristal dalam wujud yang lebih jelas. Wujud nilai-nilai 45 antara lain ialah: (Gema 1988 dan Surono, 1988).
a.             Berani berkorban.
b.            Rela berkorban
c.             Kompak bersatu.
d.            Rasa senasib dan sepenanggungan.
e.             Pantang menyerah.
f.             Mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
g.            Patuh pada pimpinan.
h.            Cinta akan kebenaran dan keadilan.
i.              Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Semangat 45 yang meluap-luap tersebut di atas sudah tentu terjadi juga di bidang pendidikan pad asst itu. Budi Utomo yang berjuan melalui kebudayaan, serukat dagang melalui perdagangan, perkumpulan pemuda melalui organisasi kemasyarakatan, dan partai politik yang berjuang lewat politik, member inspirasi berdirinya sekolah-sekolah. Lembaga-lembaga pendidikan inipun ikut berjuang melalui pendidikan. Namun sebagian besar hanya mempunyai tujuan luhur dan semangat yang bergelora. Tetapi sistem dan metodenya tidak banyak berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang telah ada. Hanya dua jenis lembaga pendidikan yang memiliki sistem dan metode yang khas untuk berjuang, yaitu pendidikan Kayutanam dan Taman Siswa.
Perjuangan bangsa Indonesia pada zaman penjajahan Jepang tetap berlanjut. Bangsa kita tidak mau diam sebelum cita-cita merdeka tercapai. Ada beberapa segi positif pada zaman penjajahan Jepang yang merupakan angin segar bagi para pejuang bangsa. Segi positif yang dimaksud adalah:
1.    Jepang memberikan pendidikan militer kepada para pemuda Indonesia, dengan maksud memperkuat pertahanan mereka. Namun pendidikan ini secara tidak langsung memberikan bekal kepada para pejuang bangsa dalam bidang keprajuritan untuk mewujudkan cita-cita merdeka.
2.    Menghapus dualism pendidikan penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi setiap orang. Sehingga bukan hanya kelompok-kelompok tertentu yang dapat menikmati pendidikan, melainkan semua lapisan masyarakat. Hal ini sudah tentu menguntungkan perjuangan kita.
3.    Pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstrusikan oleh penjajah Jepang. Bahasa Indonesia mulai dipakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pergaulan sehari-hari.
Ketiga hal ini member kemudahan kepada bangsa kita, khususnya para pejuang, untuk merealisasi Indonesia merdeka. Dan hal ini menjadi terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945 ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Dari uraian di atas mengenai perjuangan bangsa dalam mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan dapat disarikan sebagai berikut:
a.    Perjuangan bersifat nasional.
b.    Perlunya persatuan dan kesatuan bangsa.
c.    Demokrasi dalam bidang pendidikan.
d.   Bahasa Indonesia diberlakukan diseluruh Nusantara.
e.    Meningkatkan kebudayaan bangsa Indonesia.
f.     Munculnya nilai-nilai 45.
g.    Terjadinya individu-individu yang berjiwa dan bersemangat 45.
4.4         Masa Pembangunan
Setelah Indonesia merdeka, terutama ketika gangguan dan masalah dalam negeri mulai reda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakan. Pembangunan dilaksanakan serentak pada berbagai bidang, baik spiritual maupun material. Prioritas pertama jatuh pada bidang ekonomi, prioritas ini erlangsung sejak Pembangunan Jangka Panjang I sampai yang ke II yang kini sedang berlansung. Smentara itu pembangunan-pembanguan bidang-bidang lain tetap dilaksanakan secara proposional sejalan dengan keberhasilan pembangunan ekonomi.
Untuk mencapai maksud di atas, maka dikembangkan kebijakan Link and Match di bidang pendidikan:
a.             Link berarti pendidikan memilki kaitan fungsional dengan kebutuhan pasar. Merupakan implementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kelembagaan, koordinasi, pengaturan, perencanaan, dan program kerja.
b.            Match berarti lulusan yang mampu memenuhi tuntutan para pemakai baik jenis, jumlah, maupun mutu yang dipersyaratkan. Merupakan dampak outcome serta efisiensi internal dan eksternal.
Sementara itu Alisyahbana (1990) mengemukakan ada tiga macam pesimisme dikalangan para ahli pendidikan. Pesimisme yang dimaksud adalah:
a.             Pemerintah seolah-olah belum memiliki political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.
b.            Orang Indonesia memiliki budaya begitu lamban melakukan transpormasi sosial, yang sangat perlu untuk mengadakan adaptasi terhadap dunia yang berubah dengan cepat.
c.             Seolah-olah sulit munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan memperjuangkan konsep-konsep yang bertalian dengan pendidikan nasional yang mungkin tidak sejalan dengan keinginan para birokrat yang berkuasa.
Demikianlah catatan-catatan para ahli tentang kondisi pendidikan kita pada masa pembangunan ini. Pembangunan di bidang pendidikan masih banyak menghadapi hambatan, yang membuat lulusannya kurang memadai. Dampak dari kondisi seperti ini adalah pembangunan secara keseluruhan tidak dapat dilewati dengan lancar.
Tugas pendidikan sebagian untuk membentuk mental dan moral serta sebagian lagi untuk membentuk pengetahuan dan keterampilan. Pembentukan kedua hal terakhir relative lebih mudah daripada membentuk kedua hal pertama. Salah satu dampak dari hasil pembangunan yang tidak seimbang itu adalah:
a.             Munculnya kenakalan dan perkelahian anak-anak muda di sana sini.
b.            Maraknya kolusi diberbagai kalangan, seperti ditulis oleh Baharudin Lopa (1996).
c.             Tingginya tingkat korupsi menurut laporan Fortune tentang korupsi di Asia dan survey internasional TIN (Jawa Post 14-8-1995 dan 10-2-1996).
Namun demikian tidak berarti pembangunan Indonesia sudah gagal atau macet. Ada segi-segi keberhasilan pembangunan yang menonjol, yaitu:
a.             Kesadaran masyarakat tentang pentingnya melaksanakan ajaran agama sudah meningkat dengan pesat
b.            Persatuan dan kesatuan bangsa tetap terkendali
c.             Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat tinggi mencapai 7%.
Setelah melihat uraian di atas tampaklah dengan jelas betapa sulitnya berjuang mengisi kemerdekaan. Perjuangan itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan perjuangan fisik mengusir penjajah. Kondisi dalam masa pembangunan, terutama dalam bidang pendidikan, dapat disarikan sebagai berikut:
a.             Pemerintah belum menunjukan political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan
b.            Tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam pendidikan belum terealisasi secara menyeluruh.
c.             Sulit menemukan tokoh pemikir dalam bidang pendidikan yang konsep-konsepnya tidak sejalan dengan keinginan para penguasa.
d.            Konsep-konsep inovasi pendidikan bersumber dari dunia barat, sehingga banyak kai gagal.
e.             Kebijakan link and macth untuk membentuk pelayanan pabrik dan perdagangan serta jasa.
f.             Penanaman nilai budaya dan agama tidak cukup melalui bidang studi tertentu, melainkan harus terintegrasi dalam semua bidang studi.
g.            Sekolah menengah umum lebih banyak daripada sekolah kejuruan, hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan hidup di masyarakat.
h.            Pendidikan belum berintikan pada kemajuan ilmu dan teknologi sebagi sumbar budaya zaman global.
i.              Masih banyak sekali orang Indonesia yang belum berwawasan pada abad ke-21.
j.              Masyarakat lamban dalam melakukan transformasi sosial untuk beradaptasi dengan era global.
k.            Pendidikan secara kuantitatif cukup berhasil.
l.              Pendidikan secara kualitatif masih jauh tertinggal.
m.          Muncul perilaku-perilaku negative seperti kenakalan remaja, kolusi, dan korupsi.
n.            Hasil-hasil pembangunan yang menonjol ialah kesadaran beragama, persatuan dan kesatuan, serta pertumbuhan ekonomi.

4.5         Dampak Konsep Pendidikan
               Pembahasan tentang landasan sejarah , dari sejarah pendidikan dunia, sejarah pendidikan Indonesia, masa perjuangan, sampai dengan masa pembangunan, memberi dampak konsep-konsep pendidikan seperti tersebut dibawah:
1.        Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu:
2.        Proses belajar dan mengajar dan materi pelajaran diharapkan:
3.        Melaksanakan metod global untu pelajaran bahasa
4.        Ada kalanya pelajaran diberikan dalam bentuk tugas-tugas
5.        Khusus dala keilmuan
6.        Pendidikan agama
7.        Proses pendidikan diupayakan mengacu kepada perbedaan individual anak-anak.
8.        Demokratisasi dalam pendidikan, semua anak mendapat hak yang sama untuk belajar
9.        Pendidikan pada era globalisasi haruslah berintikan pada pengembangan ilmu dan teknologi.
10.    Inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan berdasarkan konsep-konsep dari dunia barat.
11.    Tanggung jawab bersama tentang pendidikan anatara keluarga , masyarakat, dan pemerintah belum terealisasi secara keseluruhan.
12.    Pendidikan dipandang penting untuk memajukan negara.
13.    Kebudayaan nasional harus dimajukan.
14.    Pemerintah belum menunjukan political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional.
Dalam dunia pendidikan, landasan-landasan pendidikan adalah hal yang dominan untuk menciptakan sebuah bentuk pengabdian pendidikan yang baik. Para pelaku dalam dunia pendidikan patut memerhatikan landasan-landasan dalam pendidikan seperti yang telah disebutkan diatas sehingga menciptakan esensi yang baik dan berguna demi proses pendidikan yang baik dan membanggakan.

B.     Saran
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam baik secara islam maupun secara umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar