Selasa, 07 Januari 2014

KARAKTERISTIK PENGINDRAAN JARAK JAUH



1.      Karakteristik Spektral

Rona, tingkat kegelapan atau kecerahan obyek. Contoh: hasil pencitraan pada daerah rawa menunjukkan rona gelap, sedangkan pada daerah pantai menunjukkan rona cerah.
Warna, wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit. Contoh: Laut berwarna biru sedangkan daerah hutan berwarna hijau.

2.      Karakteristik Spasial

Ukuran, Atribut obyek yang berupa panjang, jarak, luas, tinggi, volume, dan lain sebagainya.
Tekstur, Frekuansi perubahan rona pada citra. Contoh: tekstur pada perkebukan kelapa sawit terlihat renggang dan kasar sedangkan tekstru pada sawah yang padinya telah menguning tampak halus dan rapat.
Pola, Kecenderungan bentuk suatu obyek yang tergambar pada suatu citra. Contoh: pola pemukiman penduduk berbentuk memanjang di sepanjang rel kereta api.
Situs, Letak obyek pada bentang darat. Contoh: Tugu Monas terletak di DKI Jakarta.
Asosiasi, Keterkaitan antara satu obyek dengan lainnya. Contoh: Dimana ada gawang biasanya disitulah letak lapangan sepak bola.

3.      Karakteristik Temporal

Usia, usia obyek saat direkam.
Waktu, dari waktu pengambilan data.
Penginderaan Jauh Keunggulan dan Manfaat

A.    KEUNGGULAN

Data mirip dengan sebenarnya, lengkap, dan mencakup daerah yang luas dari obyeknya.
Dapat menambahkan ganbar 3 dimensi dengan bantuan stereoskop.
Dapat mewujudkan obyek yang tidak tampak di permukaan bumi dengna menggunakan sinar inframerah termal.
Dapat memperoleh data dengan akurat dan mudah di medan yang sulit.
Hasilnya dapat diulang dalam waktu singkat.
B.     MANFAAT


1        Pedologi
a)      Menentukan morfologi tanah
2        Hidrologi

Manfaat penginderaan jauh dalam bidang hidrologi berkaitan dengan tata air di daratan di muka bumi ini. Badan yang biasanya menggunakan sistem pengindraan jauh ini adalah Landsat dan SPOT. Berikut ini paparan pemanfaatannya :
    a)      Pemantauan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi sungai.
    b)      Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai.
    c)      Pemantauan daerah dan intensitas banjir.
    d)     Pemetaan pola aliran sungai

3        Oseanografi
Badan yang biasanya menggunakan sistem pengindraan jauh ini adalah SEASAT dan MOSS.
a)      Mengamati sifat fisis laut, seperti; suhu di permukaan dan arus permukaan.
b)      Mengamati pasang surut dan gelombang laut (tinggi, arah dan frekwensi)
c)      Mencari upwelling (air dari dasar laut yang naik ke permukaan), Sinking (air yang tengelam) dan distribusi suhu permukaan
d)     Melakukan studi perubahan pantai, abrasi dan sedimentasi (LANDSAT dan SPOT).
e)      Mengidentifikasi daerah yang terkena tumpahan minyak (apabila terjadi kebocoran minyak lepas pantai)
f)       Mengidentifikasi ombak yang membawa endapan dari sungai.

4        Geologi

a)      Melakukan pemetaan permukaan bumi.
b)      Menentukan struktur geologi dan macam batuan.
c)      Melakukan pemantauan daerah bencana (kebakaran hutan) aktivitas gunung berapi dan penyebaran debu vulkanik.
d)     Melakukan pemantauan distribusi sumber daya alam, seperti hutan (lokasi, luas, persebaran dan kerusakan akibat perambahan hutan).
e)      Melakukan pemantauan pencemaran / polusi baik akibat kebakaran hutan maupun tumpahan minyak di pantai

5        Meteorologi

a)      Membantu analisis cuaca dan peramalan (prediksi) dengan cara menentukan daerah yang bertekanan udara tinggi dan rendah serta daerah hujan badai / siklon.
b)      Mengamati sistem pola angin di permukaan bumi.
c)      Melakukan permodelan data meteorologi.

6        Klimatologi

Badan yang biasanya menggunakan sistem pengindraan jauh ini adalah NOAA, Meteor, dan GMS.
a)   Mengamati kondisi iklim suatu daerah melalui pengamatan keadaan awan dan  kandungan uap air dalam udara
b)      Melakukan permodelan data klimatologi.
c)      Pemetaan perubahan iklim

7        Arkeologi

a)            Mengidentifikasi situs-situs purbakala yang tersembunyi melalui pola-pola yang terlihat dari hasil penginderaan jauh. 

8       Sumber Daya Alam
    a)      Konservasi Hutan
    b)      Konservasi Lahan Kritis.
    c)      Deposit Tambang.
    d)      Reboisasi Hutan.

Karakteristik Satelit SPOT
Satelit SPOT merupakan seri satelit milik CNES, Perancis. SPOT adalah singkatan dari Satellite Pour l’Observation de la Terre. Sebelum diluncurkan huruf P berarti Probatoire, setelah diluncurkan menjadi Pour. Satelit ini mengusung pengindera HRV (SPOT 1, 2, 3, 4) kemudian dikembangkan menjadi HRG (SPOT 5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 km, inklinasi 80, sekitar 101 menit/revolusi dan resolusi temporal 26 hari (www.spotimage.com).
Satelit SPOT memiliki sensor pengindera HRV (Haute Resolution Visible) yang terdiri dari dua kelompok, yaitu P (panchromatic) dan XS (multi spectral) dengan rinciannya sebagai berikut:
(a)    P 0.51 - 0.73 10m,
(b)   XS1 0.5 - 0.59 20m (hijau),
(c)    XS2 0.61- 0.68 20m (merah),
(d)   XS3 0.79- 0.89 20m (inframerah dekat).
Selain pengindera HRV tersebut, pada SPOT 4 memiliki pengindera tambahan VGT (Végetation) yang menggunakan metode penyiaman elektronik (CCD), dengan rincian:
(a)    B 0 0.430 - 0.470 1160m (biru),
(b)   B 1 0.610 - 0.680 1160m (merah),
(c)    B 2 0.790 - 0.890 1160m (inframerah dekat),

(d)   B 3 1.580 - 1.750 1160m (inframerah gelombang pendek),

Tidak ada komentar:

Posting Komentar