1. Karakteristik
Spektral
Rona, tingkat kegelapan atau kecerahan obyek.
Contoh: hasil pencitraan pada daerah rawa menunjukkan rona gelap, sedangkan
pada daerah pantai menunjukkan rona cerah.
Warna, wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit. Contoh: Laut berwarna biru sedangkan daerah hutan
berwarna hijau.
2. Karakteristik
Spasial
Ukuran, Atribut obyek yang berupa panjang, jarak,
luas, tinggi, volume, dan lain sebagainya.
Tekstur, Frekuansi perubahan rona pada citra.
Contoh: tekstur pada perkebukan kelapa sawit terlihat renggang dan kasar
sedangkan tekstru pada sawah yang padinya telah menguning tampak halus dan
rapat.
Pola, Kecenderungan bentuk suatu obyek yang
tergambar pada suatu citra. Contoh: pola pemukiman penduduk berbentuk memanjang
di sepanjang rel kereta api.
Situs, Letak obyek pada bentang darat. Contoh: Tugu
Monas terletak di DKI Jakarta.
Asosiasi, Keterkaitan antara satu obyek dengan
lainnya. Contoh: Dimana ada gawang biasanya disitulah letak lapangan sepak
bola.
3. Karakteristik
Temporal
Usia, usia obyek saat direkam.
Waktu, dari waktu pengambilan data.
A. KEUNGGULAN
Data mirip dengan sebenarnya, lengkap, dan mencakup
daerah yang luas dari obyeknya.
Dapat menambahkan ganbar 3 dimensi dengan bantuan
stereoskop.
Dapat mewujudkan obyek yang tidak tampak di
permukaan bumi dengna menggunakan sinar inframerah termal.
Dapat memperoleh data dengan akurat dan mudah di
medan yang sulit.
Hasilnya dapat diulang dalam waktu singkat.
B. MANFAAT
1 Pedologi
a) Menentukan
morfologi tanah
2
Hidrologi
Manfaat penginderaan jauh dalam bidang hidrologi
berkaitan dengan tata air di daratan di muka bumi ini. Badan yang biasanya
menggunakan sistem pengindraan jauh ini adalah Landsat dan SPOT. Berikut ini
paparan pemanfaatannya :
a)
Pemantauan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi sungai.
b)
Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai.
c)
Pemantauan daerah dan intensitas banjir.
d)
Pemetaan pola aliran sungai
3
Oseanografi
Badan yang biasanya menggunakan sistem pengindraan
jauh ini adalah SEASAT dan MOSS.
a) Mengamati sifat
fisis laut, seperti; suhu di permukaan dan arus permukaan.
b) Mengamati pasang
surut dan gelombang laut (tinggi, arah dan frekwensi)
c) Mencari upwelling
(air dari dasar laut yang naik ke permukaan), Sinking (air yang tengelam) dan
distribusi suhu permukaan
d) Melakukan studi perubahan
pantai, abrasi dan sedimentasi (LANDSAT dan SPOT).
e) Mengidentifikasi
daerah yang terkena tumpahan minyak (apabila terjadi kebocoran minyak lepas
pantai)
f)
Mengidentifikasi ombak yang membawa endapan dari sungai.
4 Geologi
a) Melakukan pemetaan
permukaan bumi.
b) Menentukan struktur
geologi dan macam batuan.
c) Melakukan
pemantauan daerah bencana (kebakaran hutan) aktivitas gunung berapi dan
penyebaran debu vulkanik.
d) Melakukan pemantauan
distribusi sumber daya alam, seperti hutan (lokasi, luas, persebaran dan
kerusakan akibat perambahan hutan).
e) Melakukan
pemantauan pencemaran / polusi baik akibat kebakaran hutan maupun tumpahan
minyak di pantai
5
Meteorologi
a) Membantu analisis
cuaca dan peramalan (prediksi) dengan cara menentukan daerah yang bertekanan
udara tinggi dan rendah serta daerah hujan badai / siklon.
b) Mengamati sistem
pola angin di permukaan bumi.
c) Melakukan
permodelan data meteorologi.
6
Klimatologi
Badan yang biasanya menggunakan sistem pengindraan
jauh ini adalah NOAA, Meteor, dan GMS.
a) Mengamati kondisi iklim suatu daerah
melalui pengamatan keadaan awan dan kandungan uap air dalam udara
b) Melakukan
permodelan data klimatologi.
c) Pemetaan perubahan
iklim
7
Arkeologi
a)
Mengidentifikasi situs-situs purbakala yang tersembunyi melalui pola-pola yang
terlihat dari hasil penginderaan jauh.
8 Sumber Daya Alam
a) Konservasi Hutan
b) Konservasi Lahan Kritis.
c) Deposit Tambang.
d) Reboisasi Hutan.
Karakteristik Satelit SPOT
Satelit SPOT
merupakan seri satelit milik CNES, Perancis. SPOT adalah singkatan dari Satellite Pour l’Observation de la Terre.
Sebelum diluncurkan huruf P berarti Probatoire, setelah diluncurkan menjadi
Pour. Satelit ini mengusung pengindera HRV (SPOT 1, 2, 3, 4) kemudian
dikembangkan menjadi HRG (SPOT 5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830
km, inklinasi 80, sekitar 101 menit/revolusi dan resolusi temporal 26 hari
(www.spotimage.com).
Satelit SPOT
memiliki sensor pengindera HRV (Haute
Resolution Visible) yang terdiri dari dua kelompok, yaitu P (panchromatic)
dan XS (multi spectral) dengan rinciannya sebagai berikut:
(a) P 0.51
- 0.73 10m,
(b) XS1 0.5 -
0.59 20m (hijau),
(c) XS2
0.61- 0.68 20m (merah),
(d) XS3 0.79-
0.89 20m (inframerah dekat).
Selain pengindera HRV tersebut, pada
SPOT 4 memiliki pengindera tambahan VGT (Végetation)
yang menggunakan metode penyiaman elektronik (CCD), dengan rincian:
(a) B 0
0.430 - 0.470 1160m (biru),
(b) B 1 0.610 -
0.680 1160m (merah),
(c) B 2
0.790 - 0.890 1160m (inframerah dekat),
(d)
B 3 1.580 - 1.750 1160m (inframerah gelombang pendek),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar