Rabu, 08 Januari 2014

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA



1.      Pengertian Kalimat
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsure subjek dan unsure predikat penyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dank eras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!). kalau dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yaitu :
a.       Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja dan
b.      Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja
Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata kerja. Oleh sebab itu, kalau ada kata kerja dalam suatu untaian kalimat, kata kerja itu dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
Contoh:
Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa.
                        Kata kerja dalam kalimat ini ialah dikerjakan. Kata dikerjakan adalah predikat dalam kalimat ini.
                        Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu, subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat, sebagai berikut.
                        Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa?
                        Jawaban pertanyaan itu ialah tugas itu. Kata tugas itu merupakan subjek kalimat. Kalau tidak ada kata yang dapat dijadikan jawaban pertanyaan itu, hal itu berarti bahwa subjek tidak ada. Dengan demikian, pernyataan dalam bentuk deretan kata-kata itu bukanlah kalimat.
                        Kalau dalam suatu pernyataan tidak terdapat kata kerja, kata yang dapat kita cadangkan sebagai predikat ialah kata sifat. Di samping itu, kata bilangan dan kata benda pun dapat dijadikan sebagai predikat. Predikat itu dapat pula berupa frasa depan.
                        Tadi sudah dikatakan bahwa mencari subjek sebuah kalimat adalah dengan cara bertanya melalui predikat dengan pertanyaan
                        Siapa yang atau apa yang + . . . predikat.
                        Bagaimana halnya dengan objek? Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat yang berpredikat kata kerja. Namun, tidak semua kalimat yang berpredikat kata kerja harus mempunyai objek. Objek itu hanya muncul pada kalimat yang berpredikat kata kerja transitif. Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan objek merupakan suatu kesatuan.
                        Dengan demikian, objek itu adalah kata benda yang terletak di belakang predikat yang berawalan meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika dilihat dari segi makna kalimat, objek merupakan unsure yang harus hadir setelah predikat yang berupa verba transitif.
                        Ekspor nonmigas mendatangkan.
                        Frasa ekspor nonmigas merupakan subjek kalimat, sedangkan kata mendatangkan adalah unsure predikat yang berupa verba transitif. Kalimat ini belum memberikan informasi yang lengkap sebab belum ada kejelasan tentang mendatangkan itu. Oleh sebab itu, agar kalimat itu dapat memberikan informasi yang jelas, predikatnya harus dilengkapi dengan objek kalimatt di bawah ini.
                        Ekspor nonmigas mendatangkan keuntungan.
                                    S                         P                   O
                        Andaikata suatu kalimat sudah mengandung kelengkapan makna dengan hanya memiliki subjek dan predikat yang berupa verba intransitive, objek tidak diperlukan lagi. Kalimat di bawah ini tidak memerlukan objek.
                        Penanaman modal asing berkembang
                                                S                      P
                        Kalimat itu sudah lengkap dan jelas. Jadi, unsure subjeknya adalah penanaman modal asing dan unsure predikatnya adalah berkembang. Kalimat itu telah memberikan informasi yang jelas. Kalimat itu tidak perlu dilengkapi lagi. Andaikata di belakang unsur berkembang ditambah dengan sebuah kata atau beberapa kata, unsure tambahan itu bukan objek, melainkan keterangan. Misalnya:
                        Penanaman modal asing berkembang saat ini
                                                S                      P                 K
2.   Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1)      KB + KK                          : Mahasiswa berdiskusi.
2)      KB + KS                           : Dosen itu ramah.
3)      KB + KBil                                    : Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah.
4)      KB1 + KK + KB2              : Mereka menonton film.
5)      KB1 + KK + KB2 + KB3   : Paman mencarikan saya pekerjaan.
6)      KB1 + KB2                                    : Rustam peneliti.
Keenam pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
3.   Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (oordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
a.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsure-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar.
1)      mahasiswa berdiskusi
S:KB    +     P:KK
2)      dosen itu ramah
S:KB   +  P:KS
3)      harga buku itu tiga puluh ribu rupiah
S:KB  +                                   P:KBil
4)      mereka menonton filem
S:KB  +  P:KK  +  O:KB
5)      paman mencarikan saya pekerjaan
S:KB + P:KK +   O:KB + Pel KB
6)      Rustam peneliti
S:KB + P:KB
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (s) kata benda (mahasiswa) dan predikat (p) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi
Mahasiswa  berdiskusi
                                       S                 P

          Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat (ramah). Kalimat itu menjadi
                                  Dosen itu ramah
                                       S             P

          Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (tiga puluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
          Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah
                        S                      P

          Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (mereka) berpredikat kata kerja (menonton) dan berobjek kata benda (filem). Kalimat itu menjadi
          Mereka menonton filem
              S             P             O
                        Kalimat pola 4 atau SPO merupakan kalimat yang dapat dibenuk menjadi kalimat pasif. Kalimat pasif tersebut dibentuk dengan menempatkan objek menjadi subjek dan predikat diubah menjadi awal di.
                        Mereka menonton filem (aktif)
                        Filem itu ditonton oleh mereka (pasif)
                        Dengan berubahnya kalimat aktif menjadi pasif, pelau dalam kalimat aktif itu menjadi keterangan (oleh mereka).
                        Filem itu          = subjek
                        Ditonton          = predikat
                        Oleh mereka    = keterangan

          Pola 5 adalah pola kalimat yang terdiri atas subjek kata benda (paman), predikat kata kerja (mencarikan), objek (o) kata benda (saya), dan pelengkap (Pel) kata benda (pekerjaan). Selengkapnya kalimat itu menjadi
          Paman mencarikan saya pekerjaan
             S                   P          O         pel.

          Pola 6 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (rustam) dan berpredikat kata benda (peneliti). Baik subjek maupun predikat, keduanya kata benda. Jadi, kalimat itu selengkapnya menjadi.

          Rustam penelitian
              S                    P

b.      Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau leih. Kalmiat majemuk setara dikelompokan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
Dua kalimat tunggal atau lebih dapat di hubungan oleh kata dan satu setara jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasil disebut kalimat majemuk setara perjumlahan.
Contoh :
            Kami membaca
            Mereka menulis
            Kami membaca dan mereka menulis
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh :
            Direktur tenang.
            Karyawan duduk teratur.
            Para nasabah antri.
            Direktuur tenang, karyawanya duduk teratur, dan para nasabah antri.         

Kalimat majemuk setara rapatan
            Dalam kalimat majemuk setara, ada yang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsure yang sama cukup disebutkan satu kali.
Contoh :
            Kami berlatih
            Kami bertanding
            Kami berhasil menang
            Kami berlatih, kami bertanding, dan kami berhasil menang
            Kami berlatih, bertanding, dan berhasil menang.

c.       Kalimat majemuk tidak setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas atau suku kalimat yang bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsure gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaniannya dari sudut pandang waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain digunakan dalam anak kalimat.
Contoh:
1)      a. komputer itu dilengkapi dengan alat-alat moder (tunggal)
b. mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer  (tunggal)
c. walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

d.      Kalimat majemuk teksetara dan berunsur sama
 Kalimat majemuk tak setara dapat disapatkan andaikan unsure-unsur subjek sama.
Contoh:
            Kami sudah lelah
            Kami ingin pulang
            Karena sudah lelah kami ingin pulang

            Pada anak kalimat terdapat kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat. Dalam hal seperti ini, subjek itu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak kalimat boleh di hilangkan, dan bukan sebaliknya.

e.       ghilangan kata penghubung
pada kalimat majemuk tak setara rapatan yang mencoba mengadakan penghematan dengan menghilangkan penanda anak kalimat sehingga kalimat itu menjadi salah.
Contoh:
            Membaca surat itu saya sangat terkejut
Anak kalimat:
            Membaca surat itu.
Induk kalimat:
            Saya sangat terkejut.
            Subjek anak kalimat itu persis sama dengan subjek pada induk kalimat, yaitu saya
Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat,kalimat majemuk  itu tidak benar (tidak baku). Penanda yang dapat dipakai ialah setelah sehingga kalimat akan menjadi
            Setelah (saya) membaca surat itu, saa sangat terkejut.
            Saya membaca surat itu, saya sangat terkejut.

f.       Kalimat majemuk campuran
Kalimat pertama ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kaimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Contoh:
1)      Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang. (bertingkat + setara)
2)      Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai. (setara + bertingkat)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar