Kamis, 09 Januari 2014

SAMPLING ATAU PENGAMBILAN CONTOH



1.      PENDAHULUAN
Kita tahu bahwa statistik terbagi atas dua fase ialah statistika deskritif dan statistika induktif. Fase pertama dikerjakan untuk melakukan fase kedua. Fase kedua, ialah statistika induktif, berusaha menyimpulkan tentang karakteristik populasi, yang pada umumnya dilakukan berdasarkan pada data sampel yang yang diambil dari populasi yang bersangkutan, populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantittif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu.
2.      ALASAN SAMPLING
Untuk melakukan analisis statistika diperlukan data, karena data perlu dikumpulkan. Bergantung pada berbagai faktor, untuk ini dilakukan kadang-kadang dilakukan sensus, kadang-kadang dilakukan sampling. Sensus terjadi apabila setiap anggota yang ada di dalam populasi dikenai penelitian.
a). Ukuran populasi.
Dalam populasi takhingga, ialah di mana populasi berisikan tidak terhingga banyak obyek, sudah jelas sensus tak mungkin dilakukan. Juga mengingat populasi takhingga pada dasarnya hanya konseptual sukarlah untuk melakukan sensus terhadapnya.
b).  Masalah biaya.
Adalah wajar bahwa makin banyak obyek yang diteliti makin pula biaya yang diperlukan. Bagaimanapun juga, jika hanya tersedia biaya terbatas, sampling satu-satunya pilihan, terkecuali jika ukuran populasi sedikit sekali sehingga dengan biaya tersebut sensus bisa dilaksanakan.
c).  Masalah waktu.
Sensus memerlukan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan sampling. Dengan demikian sampling dapat memberikan data lebih cepat. Dalam hal diinginkan kesimpulan yang segera, maka sampling benar-benar terasa faedahnya.
d).  Percobaan yang sifatnya merusak.
Jika penyelidikan terhadap obyek sifatnya merusak. Maka jelas sampling harus dilakukan. Tidak mungkin sensus dilakukan untuk mengetahui : kekuatan daya ledak granat yang dihasilkan, kemanjuran obat yang baru dihasilkan, kekuatan ban mobil yang dihasilkan, keadaan darah seorang pasen dan masih banyak lagi.
e).  Masalah ketelitian.
Salah satu segi agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung jawabkan ialah masalah ketelitian.data harus benar dan pengumpulannya harus dilakukan dengan benar dan teliti. Demikian pula pencatatan dan penganalisisannya.
f).  Faktor ekonomis.
Dengan faktor ekonomis diartikan : apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan untuk itu ataukah tidak.
Faktor ekonomis sering dilupakan, karenanya perlu mendapat perhatian sewajarnya.
3.      RENCANA SAMPLING
Jika untuk penelitian ternyata sampling telahdisepakati, selanjutnya sampling perlu direncanakan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan ini antara lain :
a).  Rumuskan persoalan yang ingin diketahui.
b). Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai persoalan yang ingin diketahui itu.
c).  Definisikan dengan jelas dan tepat segala unit dan istilah yang diperlukan.
d).  Tentukan unit sampling yang diperlukan.
e). Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penelitian yang akan dilakukan.
f). kumpulkan jika ada, segala keterangan tentang hal yang ingin diteliti yang pernah  dilakukan masa lampau.
g).  Tentukan ukuran sampel, yakni berapa obyek yang harus diambil dari populasi.
h). Tentukan cara sampling yang mana yang akan ditempuh agar sampel yang akan diperoleh cukup representatif.
i). Tentukan cara pengumpulan data yang mana akan dilakukan, apakah wawancara langsung, atau mengumpulkan dari sumber-sumberyang langsung.
j).  Tentukan metode analisis mana yang akan digunakan.
k). Sediakan biaya dan minta bantuan ahli baik berbentuk pembantu tetap ataupun hanya sebagian konsultan.
4.      BEBERAPA CARA SAMPLING
Ada berapa buah sampel yang bisa kita ambil ? ini bergantung pada bagaimana anggota populasi diperlakukan ketika sampel diambil. Ada dua perlakukan yang dikenal :
1). Anggota yang diambil untuk dijadikan anggota sampel disimpan kembali disatukan dengan anggota lainnya. Dengan demikian anggota ini masih ada kesempatan untuk diambil kembali pada pengambilan berikutnya. Cara pengambilan sampel demikian kita namakan sampling dengan perkembalian.
Contoh:
Untuk populasi berukura N = 4 dengan anggota-anggota : A,, B, C, D dan sampel yang diambil berukuran n = 2, termasuk sample beranggotakan sama didapat:
Sampel 1: AA                                                             sampel   9: CA
Sampel 2: AB                                                             Sampel 10: CB
Sampel 3: AC                                                             Sampel 11: CC
Sampel 4: AD                                                             Sampel 12: CD
Sampel 5: BA                                                             Sampel 13: DA
Sampel 6: BB                                                             Sampel 14: DB
Sampel 7: BC                                                             Sampel 15: DC
Sampel 8: BD                                                             Sampel 16: DD
Semuanya ada 16 buah sampel
2).  Anggota yang telah diambil untuk dijadikan anggota sampel tidak disimpan kembali ke dalam populasi. Dengan demikian setiap anggota hanya bisa diambil satu kali. Cara pengambilan sample demikian dinamakan sampling tanpa pengambilan.
Contoh : Misalkan populasinya beranggotakan N = 5 terdiri atas : A, B, C, D, E. Sampel berukuran n = 2 akan diambil dari populasi itu dengan cra tanpa pengembalian. Maka didapat:
Sampel 1 : AB                        Sampel  6 : BD
Sampel 2 : AC                        Sampel  7 : BE
Sampel 3 : AD                        Sampel  8 : CD
Sampel 4 : AE                                    Sampel  9 : CE
Sampel 5: BC                         Sampel 10 : DE
Semuanya ada 10 sampel yang berlainan.
Jika N =  4 dengan anggota A, B, C, D dan n = 3, maka semuanya ada 4 buah sampel yangberlainan ialah : ABC, ABD, ACD, BCD.
Secara umum : Banyak sampel berukuran n yang dapat diambil dari sebuah populasi berukuran N adalah :
            (n) =           N!
                            n! (N – n)!

Jika n = N maka hanya ada sebuah sampel, yaitu populasi itu sendiri. Dalam hal ini tentunya sampling menjadi sensus.
Beberapa cara sampling yang mungkin dapat digunakan untuk keadaan tertentu agar diperoleh sampel yang cukup representatif.
Garis besarnya dikenal tiga cara :
a). Sampling seadanya (convenience sampling, accidental sampling atau haphazard sampling), pengambilan sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan apapun mengenai derajat kerepresentatipannya.
b). Sampling pertimbangan atau purposif, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti.
c). Sampling peluang, sebuah sampel dimana anggota-anggotanya diambil dari populasi berdasarkan peluang yang diketahui.    
5.      BEBERAPA MACAM SAMPLING UNTUK MENDAPATKAN SAMPEL REPRESENTATIF
Cara pengambilan sampel acak yang diuraikan di atas sangat baik sekali untuk populasi homogen, ialah populasi yang anggotanya berada dibawah penyebab yang sama. Jadi homogen di sini diartikan serupa secara kualitatif. Untuk populasi yang tidak homogen, jadi heterogen, harus digunakan cara lain, di antaranya : sampling klaster, dan sampling area.
Apabila pengambilan anggota dari tiap petala tidak dilakukan secara acak, tetapi dengan cara lain, maka terjadilah sampling kuato.
Sampling petala biasanya diperbaiki lagi dengan menggunakan cara proposional. Cara ini dinamakan cara sampling proposional dan sampelnya dinamakan sample proposional.
Contoh: Diperlukan sampel berukuran 169 tentang pelajar laki-laki SLTA. Misalkan seluruhnya terdapat 3 SLTA dengan banyak pelajar sebagai berikut: 2758 pelajar SMA, 3826 pelajar SMEA, dan 1473 pelajar STM. Kita punya 3 petala dengan perbandingan SMA : SMEA : STM =2758:3826:1473 Jumlahnya 8057. Maka dari petala SMA diambil =
2758    x 169 pelajar = 58 pelajar, dari SMEA diambil =3826 x 169 pelajar =
8057                                                                                8057
 80 pelajar
dan dari STM diambil = 1473 x 169 pelajar = 31 pelajar
                             8057
      Dalam sampling klaster, populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau klaster. Secara acak klaster-klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Setiap anggota yang berada didalam klaster-klaster yang diambil secara acak tadi merupakan sampel yang diperlukan.
      Selain samping-sampling diatas ada lagi diantaranya:
a).     Sampling Sistematik, anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang atau urutan uniform. Jika populasi berukuran N dan sampel beranggotakan n, maka jarak interval besarnya (N/n). Dengan demikian didapat n buah interval dan dari tiap interval diambil sebuah anggota. Pengambilan anggota pertama yang ada didalam interval pertama dilakukan secara acak. Anggota-anggota selanjutnya diambil pada jarak setiap (N/n).
b).    Sampling Ganda, pada umumnya hanya sebuah sampel berukuran tertentu dan diambil dengan cara tertentu pula yang biasa digunakan. Sering ternyata sampling tunggal kurang efisien karena bisa terjadi terlalu banyak anggota yang diambil dan karena menyebabkan penghamburn biaya dan waktu. Untuk mengatasi hal ini, cara lain digunakan ialah yang dikenal dengan sampling ganda. Dalam sampling ganda penelitian dilakukan dimulai dengan menggunakn  sebuah sampel yang ukurannya relatif kecil.
c).     Sampling Multipel, perluasan dari sampling ganda adalah sampling multiple, pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali dan tiap kali digabungkan menjadi sebuah sampel. Pada tiap gabungan, anilisis dilakukan lalu kesimpulan diadakan dan sampling berhenti apabila hasilnya sudah memenuhi criteria yang telah direncanakan.
d).    Sampling Sekunsial, setiap anggota sampel diambil satu demi satu dan setelah selesai mengambil anggota, analisis dilakukan lalu berdasarkan ini kesimpulan diadakan: apakah sampling berhenti atau dilanjutkan.
6.      KEKELIRUAN SAMPLING DAN KEKELIRUAN NON SAMPLING
Ada dua macam kekeliruan yang biasa terjadi, yaitu kekeliruan sampling dan kekeliruan non-sampling.
Kekeliruan non-sampling terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan sampling atau berdasarkan sensus. Penyebab terjadinya kekeliruan non-sampling adalah:
a).     Populasi tidak didefinisikan
b).    Populasi yang menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari
c).     Kuesener tidak dirumuskan
d).    Istilah-istilah telah didefinisikan secara tidak tepat atau telah digunakan tidak secara konsisten.
e).     Para responden tidak memberikan jawab yang akurat, menolak untuk menjawab atau tidak ada ditempat ketika petugas dating untuk melakukan wawancara.
Kekeliruan non-sampling bisa terjadi pada waktu mencatat data, melakukan tabulasi dan melakukan perhitang-perhitungan. Kekelirun ini dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan pada penelitian.
Kekeliruan sampling timbul karena adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan sampel. Bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari sebuah populasi dan penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua populasi dilakukan dengan prosedur yang sama, hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang akan dicapai jika prosedur yang sama yang digunakan dalam smpling juga digunakan dalam sensus dinamakan kekeliruan sampling.Cara untuk mengawasi dapat melakukannya dengan jalan mengambil sampel berdasarkan sampling acak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar