1.
PENDAHULUAN
Kita tahu bahwa statistik terbagi atas dua
fase ialah statistika deskritif dan statistika induktif. Fase
pertama dikerjakan untuk melakukan fase kedua. Fase kedua, ialah statistika
induktif, berusaha menyimpulkan tentang karakteristik populasi, yang pada
umumnya dilakukan berdasarkan pada data sampel yang yang diambil dari populasi
yang bersangkutan, populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik
hasil menghitung maupun pengukuran, kuantittif maupun kualitatif, dari pada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Sampel
adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara
tertentu.
2.
ALASAN SAMPLING
Untuk melakukan analisis statistika diperlukan data,
karena data perlu dikumpulkan. Bergantung pada berbagai faktor, untuk ini
dilakukan kadang-kadang dilakukan sensus, kadang-kadang dilakukan sampling.
Sensus terjadi apabila setiap anggota yang ada di dalam populasi dikenai
penelitian.
a). Ukuran populasi.
Dalam populasi takhingga, ialah di mana populasi
berisikan tidak terhingga banyak obyek, sudah jelas sensus tak mungkin
dilakukan. Juga mengingat populasi takhingga pada dasarnya hanya konseptual
sukarlah untuk melakukan sensus terhadapnya.
b). Masalah biaya.
Adalah wajar bahwa makin banyak obyek yang diteliti
makin pula biaya yang diperlukan. Bagaimanapun juga, jika hanya tersedia biaya
terbatas, sampling satu-satunya pilihan, terkecuali jika ukuran populasi
sedikit sekali sehingga dengan biaya tersebut sensus bisa dilaksanakan.
c). Masalah waktu.
Sensus memerlukan waktu lebih lama bila dibandingkan
dengan sampling. Dengan demikian sampling dapat memberikan data lebih cepat.
Dalam hal diinginkan kesimpulan yang segera, maka sampling benar-benar terasa
faedahnya.
d). Percobaan yang sifatnya
merusak.
Jika penyelidikan terhadap obyek sifatnya merusak.
Maka jelas sampling harus dilakukan. Tidak mungkin sensus dilakukan untuk
mengetahui : kekuatan daya ledak granat yang dihasilkan, kemanjuran obat yang
baru dihasilkan, kekuatan ban mobil yang dihasilkan, keadaan darah seorang
pasen dan masih banyak lagi.
e). Masalah ketelitian.
Salah satu segi agar kesimpulan cukup dapat
dipertanggung jawabkan ialah masalah ketelitian.data harus benar dan
pengumpulannya harus dilakukan dengan benar dan teliti. Demikian pula
pencatatan dan penganalisisannya.
f). Faktor ekonomis.
Dengan faktor ekonomis diartikan : apakah kegunaan
dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah
dikeluarkan untuk itu ataukah tidak.
Faktor ekonomis sering dilupakan, karenanya perlu mendapat perhatian
sewajarnya.
3.
RENCANA SAMPLING
Jika untuk penelitian ternyata sampling
telahdisepakati, selanjutnya sampling perlu direncanakan dengan baik. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan ini antara lain :
a). Rumuskan persoalan yang ingin
diketahui.
b). Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai
persoalan yang ingin diketahui itu.
c). Definisikan dengan jelas dan
tepat segala unit dan istilah yang diperlukan.
d). Tentukan unit sampling
yang diperlukan.
e). Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan
penelitian yang akan dilakukan.
f). kumpulkan jika ada, segala keterangan tentang
hal yang ingin diteliti yang pernah
dilakukan masa lampau.
g). Tentukan
ukuran sampel, yakni berapa obyek yang harus diambil dari populasi.
h). Tentukan cara sampling yang mana yang akan
ditempuh agar sampel yang akan diperoleh cukup representatif.
i). Tentukan cara pengumpulan data yang mana akan
dilakukan, apakah wawancara langsung, atau mengumpulkan dari sumber-sumberyang
langsung.
j). Tentukan
metode analisis mana yang akan digunakan.
k). Sediakan biaya dan minta bantuan ahli baik
berbentuk pembantu tetap ataupun hanya sebagian konsultan.
4.
BEBERAPA CARA SAMPLING
Ada berapa buah sampel yang bisa kita ambil ? ini
bergantung pada bagaimana anggota populasi diperlakukan ketika sampel diambil.
Ada dua perlakukan yang dikenal :
1). Anggota yang diambil untuk dijadikan anggota
sampel disimpan kembali disatukan dengan anggota lainnya. Dengan
demikian anggota ini masih ada kesempatan untuk diambil kembali pada
pengambilan berikutnya. Cara pengambilan sampel demikian kita namakan sampling
dengan perkembalian.
Contoh:
Untuk populasi berukura N = 4 dengan anggota-anggota : A,, B, C, D dan
sampel yang diambil berukuran n = 2, termasuk sample beranggotakan sama
didapat:
Sampel 1: AA sampel 9: CA
Sampel 2: AB Sampel
10: CB
Sampel 3: AC Sampel
11: CC
Sampel 4: AD Sampel
12: CD
Sampel 5: BA Sampel
13: DA
Sampel 6: BB Sampel
14: DB
Sampel 7: BC Sampel
15: DC
Sampel 8: BD Sampel
16: DD
Semuanya ada 16 buah sampel
2). Anggota
yang telah diambil untuk dijadikan anggota sampel tidak disimpan kembali
ke dalam populasi. Dengan demikian setiap anggota hanya bisa diambil satu kali.
Cara pengambilan sample demikian dinamakan sampling tanpa pengambilan.
Contoh : Misalkan populasinya beranggotakan N = 5 terdiri atas : A, B, C,
D, E. Sampel berukuran n = 2 akan diambil dari populasi itu dengan cra tanpa
pengembalian. Maka didapat:
Sampel 1 : AB Sampel 6 : BD
Sampel 2 : AC Sampel 7 : BE
Sampel 3 : AD Sampel 8 : CD
Sampel 4 : AE Sampel 9 : CE
Sampel 5: BC Sampel
10 : DE
Semuanya ada 10 sampel yang berlainan.
Jika N = 4 dengan anggota A, B, C,
D dan n = 3, maka semuanya ada 4 buah sampel yangberlainan ialah : ABC, ABD,
ACD, BCD.
Secara umum : Banyak sampel berukuran
n yang dapat diambil dari sebuah populasi berukuran N adalah :
(n) = N!
n! (N – n)!
Jika n = N maka hanya ada sebuah sampel, yaitu
populasi itu sendiri. Dalam hal ini tentunya sampling menjadi sensus.
Beberapa cara sampling yang mungkin dapat digunakan
untuk keadaan tertentu agar diperoleh sampel yang cukup representatif.
Garis besarnya dikenal tiga cara :
a). Sampling seadanya (convenience sampling, accidental
sampling atau haphazard sampling), pengambilan sebagian dari populasi
berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan
apapun mengenai derajat kerepresentatipannya.
b). Sampling pertimbangan atau purposif, pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti.
c). Sampling peluang, sebuah sampel dimana
anggota-anggotanya diambil dari populasi berdasarkan peluang yang diketahui.
5.
BEBERAPA MACAM SAMPLING UNTUK MENDAPATKAN SAMPEL
REPRESENTATIF
Cara pengambilan sampel acak yang diuraikan di atas
sangat baik sekali untuk populasi homogen, ialah populasi yang
anggotanya berada dibawah penyebab yang sama. Jadi homogen di sini diartikan
serupa secara kualitatif. Untuk populasi yang tidak homogen, jadi heterogen,
harus digunakan cara lain, di antaranya : sampling klaster, dan sampling
area.
Apabila pengambilan anggota dari tiap petala tidak
dilakukan secara acak, tetapi dengan cara lain, maka terjadilah sampling
kuato.
Sampling petala biasanya diperbaiki lagi dengan
menggunakan cara proposional. Cara ini dinamakan cara sampling proposional
dan sampelnya dinamakan sample proposional.
Contoh: Diperlukan sampel berukuran 169 tentang
pelajar laki-laki SLTA. Misalkan seluruhnya terdapat 3 SLTA dengan banyak
pelajar sebagai berikut: 2758 pelajar SMA, 3826 pelajar SMEA, dan 1473 pelajar
STM. Kita punya 3 petala dengan perbandingan SMA : SMEA : STM =2758:3826:1473
Jumlahnya 8057. Maka dari petala SMA diambil =
2758
x 169 pelajar = 58 pelajar, dari SMEA diambil =3826
x 169 pelajar =
8057 8057
80 pelajar
dan dari STM diambil = 1473 x 169 pelajar = 31 pelajar
8057
Dalam sampling klaster,
populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau klaster. Secara acak
klaster-klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Setiap
anggota yang berada didalam klaster-klaster yang diambil secara acak tadi
merupakan sampel yang diperlukan.
Selain samping-sampling diatas
ada lagi diantaranya:
a).
Sampling Sistematik, anggota sampel diambil dari populasi
pada jarak interval waktu, ruang atau urutan uniform. Jika populasi berukuran N
dan sampel beranggotakan n, maka jarak interval besarnya (N/n). Dengan demikian
didapat n buah interval dan dari tiap interval diambil sebuah anggota.
Pengambilan anggota pertama yang ada didalam interval pertama dilakukan secara
acak. Anggota-anggota selanjutnya diambil pada jarak setiap (N/n).
b).
Sampling Ganda, pada umumnya hanya sebuah sampel
berukuran tertentu dan diambil dengan cara tertentu pula yang biasa digunakan.
Sering ternyata sampling tunggal kurang efisien karena bisa terjadi terlalu
banyak anggota yang diambil dan karena menyebabkan penghamburn biaya dan waktu.
Untuk mengatasi hal ini, cara lain digunakan ialah yang dikenal dengan sampling
ganda. Dalam sampling ganda penelitian dilakukan dimulai dengan menggunakn sebuah sampel yang ukurannya relatif kecil.
c).
Sampling Multipel, perluasan dari sampling ganda adalah
sampling multiple, pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali dan tiap
kali digabungkan menjadi sebuah sampel. Pada tiap gabungan, anilisis dilakukan
lalu kesimpulan diadakan dan sampling berhenti apabila hasilnya sudah memenuhi
criteria yang telah direncanakan.
d).
Sampling Sekunsial, setiap anggota sampel diambil satu
demi satu dan setelah selesai mengambil anggota, analisis dilakukan lalu
berdasarkan ini kesimpulan diadakan: apakah sampling berhenti atau dilanjutkan.
6.
KEKELIRUAN SAMPLING DAN KEKELIRUAN NON SAMPLING
Ada dua macam kekeliruan yang biasa terjadi, yaitu
kekeliruan sampling dan kekeliruan non-sampling.
Kekeliruan non-sampling terjadi dalam setiap
penelitian, apakah itu berdasarkan sampling atau berdasarkan sensus. Penyebab
terjadinya kekeliruan non-sampling adalah:
a).
Populasi tidak didefinisikan
b).
Populasi yang menyimpang dari populasi yang seharusnya
dipelajari
c).
Kuesener tidak dirumuskan
d).
Istilah-istilah telah didefinisikan secara tidak tepat
atau telah digunakan tidak secara konsisten.
e).
Para responden tidak memberikan jawab yang akurat,
menolak untuk menjawab atau tidak ada ditempat ketika petugas dating untuk
melakukan wawancara.
Kekeliruan non-sampling bisa terjadi pada waktu
mencatat data, melakukan tabulasi dan melakukan perhitang-perhitungan.
Kekelirun ini dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan pada penelitian.
Kekeliruan sampling timbul karena adanya pemeriksaan
yang tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan
sampel. Bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari sebuah populasi dan
penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua populasi dilakukan dengan prosedur
yang sama, hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang
akan dicapai jika prosedur yang sama yang digunakan dalam smpling juga
digunakan dalam sensus dinamakan kekeliruan sampling.Cara untuk
mengawasi dapat melakukannya dengan jalan mengambil sampel berdasarkan sampling
acak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar