Kamis, 09 Januari 2014

PERKEMBANGAN SASTRA MENURUT ZAMAN


A. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT Drs. B. SIMORANGKIR S.

1. Kesusasteraan masa lama atau purba (sebelum datangnya pengaruh India)
Kesusateraan ini meliputi cerita tentang doa, mantra, silsilah, adat kebiasaan dan kepercayaan

2. Kesusasteraan Masa Hindu/Arab
Mulai dengan adanya pengaruh Hindu, dengan kedatangan agama Islam sampai kedatangan orang asing lain
Kesusasteraan ini meliputi cerita-cerita yang mengenai :
2.1. Asal-usul manusia
2.2. Alam
2.3. Agama
2.4. Pengajaran agama Islam
2.5. Keadaan negara asing
2.6. Cerita-cerita yang bersifat didaktis
2.7. Cerita-cerita yang bersifat penglipur lara
2.8. Silsilah raja-raja dan keluarganya

3. Kesusasteraaan Masa Baru
Terbagi atas :
3.1. Kesusasteraan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
3.2. Masa Balai Pustaka
3.3. Masa Pujangga Baru

4. Kesusasteraan Masa Mutakhir
Dari tahun 1942 hingga sekarang, meliputi :
4.1. Masa pendudukan Jepang
4.2. Masa revolusi
4.3. Masa kemerdekaan

B. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT USMAN EFFENDY

1. Kesusasteraan Lama ( ……. – 1920 )
2. Kesusasteraan Baru ( 1920 – 1945 )
3. Kesusasteraan Modern ( 1945 - …….. )

C. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT SABARUDDIN AHMAD

1. Kesusasteraan Lama
1.1. Dinamisme
1.2. Hinduisme
1.3. Islamisme

2. Kesusasteraan Baru
2.1. Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
2.2. Masa Balai Pustaka
2.3. Masa Pujangga Baru
2.4. Masa Angkatan ‘45

D. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT Drs. UMAR JUNUS
1. Sastra Pre Angkatan ’33 ( Pre Angkatan Pujangga Baru)
Yang dimaksud dengan Pre Angkatan ’33 ialah masa antara tahun 1928 (peresmian bahasa Indonesia oleh Sumpah Pemuda) sampai tahun 1933 (munculnya Pujangga Baru)
2. Sastra Angkatan ’33 (Angkatan Pujangga Baru)
3. Sastra Angkatan ‘45
4. dan seterusnya


E. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT Prof. Drs. SLAMET MULYANA
1. Sastra Melayu Klasik / Kuno : ……….. s.d. Abdullah
2. Sastra Melayu Modern / Baru : dari 1920 - 1945
3. Sastra Indonesia : mulai tahun 1945


F. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT H.B. JASSIN
1. Sastra Melayu Lama
2. Sastra Melayu Modern
2.1. Angkatan ‘20
2.2. Angkatan ’33 atau Pujangga Baru
2.3. Angkatan ‘45
2.4. Angkatan ‘66


G. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT AJIP ROSIDI
1. Masa Kelahiran atau Masa Kejadian (Awal abad XX – 1945)
1.1. Periode awal abad XX – 1933
1.2. Periode 1933 – 1942
1.3. Periode 1942 – 1945

2. Masa Perkembangan ( sejak 1945 – kini)
2.1. Periode 1945 – 1953
2.2. Periode 1953 – 1960
2.3. Periode 1960 – kini


H. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT NUGROHO NOTOSUSANTO
1. Sastra Melayu Lama
2. Sastra Indonesia Modern
2.1. Masa Kebangkitan
2.1.1. Periode ‘20
2.1.2. Periode ‘33
2.1.3. Periode ’42

2.2. Masa Perkembangan
2.2.1. Periode ‘45
2.2.2. Periode ‘50

I. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT J.S. BADUDU
1. Kesusasteraan Lama dengan Angkatan Lamanya :
1.1. Kesusasteraan Masa Purba
1.2. Kesusasteraan Masa Hindu – Islam

2. Kesusasteraan Peralihan dengan Angkatan Peralihannya:
2.1. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
2.2. Angkatan Balai Pustaka


J. PEMBAGIAN SASTRA MENURUT PERKEMBANGAN BAHASA
1. Sastra Masa Balai Pustaka
2. Sastra Masa Angkatan Pujangga Baru
3. Sastra Masa Angkatan ‘45
4. Sastra Masa sesudah Angkatan ‘45

SASTRA MELAYU PURBA

Sebelum tahun 1950 sastra Melayu berupa cerita lisan. Yang termasuk dalam sastra lisan ialah peribahasa, yaitu kata adat yang sudah berbentuk tetap. Semua itu menggambarkan tabiat, watak orang Melayu.
Demikian juga dengan pantun, dongeng anak-anak, legenda, cerita jenaka, penglipur lara.

A. KEPERCAYAAN BANGSA MELAYU

1. Pantang bahasa
Kata-kata menimbulkan tenaga atau kekuatan.
Kata celaka mendatangkan kecelakaan, sebaliknya kata selamat menimbulkan keselamatan.
Kata ular diganti dengan akar, harimau diganti dengan nenek.
2. Kepercayaan pada roh halus
3. Kepercayaan pada pawang.
Pawang dianggap sebagai orang keramat yang mempunyai kedudukan terhormat, dan pandai bercerita serta membacakan mantera.

B. CERITA MELAYU KLASIK
Cerita yang berkembang pada saat itu adalah :
1. Cerita Pak Kodok
Seorang yang baik hati memiliki maksud-maksud yang baik juga, tetapi karena kebodohannya maka malanglah nasibnya.

2. Si Kelambai
Kelambai adalah raksasa yang bodoh. Jika anak manusia ditegurnya akan menjadi batu dan batang pisang. Raksasa yang besar dapat dikalahkan oleh manusia karena kebodohannya.

3. Hikayat Si Miskin
Si Miskin berasal dari raja keinderaan yang dikutuk oleh Batara Indera, sehingga suami isteri itu hidup melarat.

4. Cerita Penglipur Lara
Contohnya :
a. Hikayat Malim Deman
b. Hikayat Raja Muda
c. Hikayat Raja Budiman

Sedangkan tokoh yang sering dan selalu muncul dalam cerita penglipur lara adalah :
1. Kembang Manusia atau Kembang Cina
Yaitu seorang puteri yang melayani anak raja itu sebelum bertemu dengan puteri yang diperkenankan kepadanya.
2. Nenek Kebayan
Nenek yang menjadi perantara antara anak raja dengan puteri yang dicintainya.
3. Bujang Selamat
Seorang bujang yang amat setia pada anak raja dan rela mengorbankan diri bagi majikannya.

KESUSASTERAAN ZAMAN HINDU

A. PENGARUH HINDU

Pengaruh Hindu pada kesusasteraan Melayu sangat besar, sehingga berurat berakar karena lamanya bangsa Hindu menetap di Indonesia.

Pengaruh Hindu terhadap sastra Melayu dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Cerita-cerita yang langsung masuk ke Indonesia
Contoh : Mahabarata dan Ramayana
2. Cerita-cerita yang datangnya melalui Persia dahulu
Contoh : Panca Tandera, Hitopadesya
3. Pengaruh Hindu tampak pada berbagai cerita sehingga dalam hikayat-hikayat Melaytu terdapat persamaan atau mirip dengan cerita-cerita Hindu, nama-nama dewa dan sebagainya.


B. MAHABARATA DAN RAMAYANA
Mahabarata dan Ramayana merupakan epos atau wiracarita terkenal, masing-masing disusun oleh oleh Wiyasa dan Walmiki.

1. MAHABARATA
Mahabarata terdiri dari 18 jilid atau parwa.
Bagi orang Hindu buku ini bukan hanya hikayat kepahlawanan tetapi juga sebuah buku agama.
Sebuah cerita sisitan atau episode yang terkenal dalam buku ini adalah “Bhagawat Gita” yang berisi percakapan antara “Kresna” sebagai guru dan “Arjuna” sebagai murid.

Pada pokoknya Mahabarata berisi :
a. Perebutan kerajaaan oleh keturunan Bharata yaitu Pandawa dan Kurawa.
b. Bermacam-macam hal, ajaran kaum Brahmana, keagamaan, adat istiadat.
c. Bermacam-macam sage yang berupa cerita sisipan atau episode.
Seperti : Bhagawat Gita, Nala dan Damayanti


2. RAMAYANA
Ramayana terdiri dari 8 jilid atau kanda.
Dalam bahasa Indonesia terkenal dengan “Hikayat Seri Rama”.
Hal ini dapat kita lihat dan saksikan seperti pada cerita-cerita yang terdapat pada pahatan di candi-candi, cerita Ramayana dapat pula kita saksikan di Candi Prambanan .
Dari pahatan di Prambanan terkenal dongeng “ Loro Jonggrang”

PENGARUH ISLAM DALAM PERKEMBANGAN SASTRA DI INDONESIA

A. MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Menurut sejarah, masuknya Islam ke Indonesia ialah pada abad ke-13, terbukti dari keterangan-keterangan pelancong antara lain :
1. Marcopolo sudah mendapatkan kaum Islam di Sumatera pada tahun 1292.
2. Dibuktikannya adanya tulisan yang tertera pada batu nisan Sultan Pasai yaitu Malikussaleh.

Pengaruah Islam dalam sastra Indonesia tidak langsung dari Arab, melainkan datang dari Persia dibawa oleh orang-orang Gujarat.

Hasil sastra pengaruh Arab Persi itu antara lain :
a. Hikayat Amir Hamzah
b. Hikayat Bkhtiar
c. Hikayat Kaidir
d. Hikayat Iskandar Zulkarnain
e. Hikayat Bayan Budiman
f. Hikayat Muhammad Ibnu Hanafiah
g. Hikayat 1001 malam
h. Kitab Seribu Masalah
i. Tajussalatin
j. Bustanussalatin

B. NAMA PENGARANG ISLAM
Pada zaman ini telah muncul beberapa pengarang Islam, antara lain :
1. Hamzah Fansuri
Karyanya :
a. Syair Perahu
b. Syair Si Burung Pingai

2. Buchari Al Jauhari
Karyanya :
Tajussalatin (Makota Segala Raja)

3. Nuruddin Ar Raniri
Karyanya :
Bustanussalatin ( Taman Segala Raja)

4. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (Pengarang Islam zaman Peralihan)
Karyanya :
a. Hikayat Panca Tandera (Saduran)
b. Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah

SASTRA PERALIHAN

A. MASA PERALIHAN

Yang dimaksud dengan masa peralihan adalah masa peralihan sastra lama ke sastra baru.
Oleh karena itu satu-satunya pengarang yang kenamaan pada masa itu adalah Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1796 – 1854), sehingga masa itu disebut zaman Abdullah.
Abdullah adalah seorang perintis sejarah kebudayaan Malaka khususnya dan tanah Melayu umumnya.
Sejaman dengan Abdullah ada dua orang pengarang Melayu yaitu Raja Ali Haji dan Sitti Saleha, tetapi keduanya masih berpegang pada tradisi bentuk puisi lama.


B. BUKU ABDULLAH YANG BERNILAI SASTRA
1. Syair Singapura Dimakan Api
2. Hikayat Abdullah
3. Hikayat Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
4. Hikayat Kailah dan Daminah (saduran)


C. PERBEDAAN KARANGAN ABDULLAH DENGAN SASTRA LAMA
1. Bentuk bahasanya baru, tidak memakai bahasa klise.
Tak banyak lagi dipakai kata-kata Arab secara berlebih-lebihan.
2. Isinya
a. Tidak bersifat istana sentries
b. .Mulai menceritakan orang kebanyakan
c. Tidak bersifat khayal

Dari kedua hal tersebut di atas, Abdullah dapat dipandang sebagai pembaru sastra Melayu. Sayang usaha Abdullah ini berhenti setelah ia meninggal dunia, karena tak ada penerusnya.
Sastra peralihan dimasukkan ke dalam kesusasteraan alam dengan nama zaman peralihan, yang tidak berlangsung lama.
Sehingga batas sastra lama dan baru dapat ditarik lebih kurang tahun 1900.

D. HIKAYAT ABDULLAH
Untuk membandingkannya dengan bentuk karangan atau bahasa sastra lama di bawah ini adalah kutipan dari Hikayat Abdullah :

TENTANG BAHASA MELAYU

Aku pun sehari-hari belajar daripada nahu bahasa Inggris pada tiap-tiap hari, sebab pada fikiranku aku hendak jadikan dia ke dalam bahasa Melayu, sebab kudapati terlalu banyak gunanya, karena perkara yang demikian tiada dalam bahasa Melayu, sebab itulah kebanyakan orang Melayu pergi belajar nahu bahasa Arab, ia tahu bukan barang-barang susahnya dalam seribu tiada orang yang mendapat dengan sempurnanya, dan lagi oleh sebab itu bukan bahasa dirinya.

PERKEMBANGAN KESUSASTERAAN INDONESIA

A. KESUSASTERAAN MELAYU KLASIK
Kesusasteraan lama dimulai semenjak adanya kesusasteraan di muka bumi Indonesia ini sampai kira-kira tahun 1800 atau masa kesusasteraan sebelum Abdullah bin Abdulkadir Munsyi yang hidup tahun 1706 – 1854.
Pada masa itulah bukan main besarnya peranan tukang cerita yang bernama pawing. Kesusasteraan pada masa itu berupa : puisi, mantera, pantun, dongeng dan juga pantun kilat.

B. CIRI KESUSASTERAAN LAMA
1. Bersifat Statis
2. Anonim ( tidak dikenal nama pengarangnya)
3. Tema atau pokok-pokok karangannya, baik prosa maupun puisi bercorak :
a. Khayal dan fantasi
b. Pendidikan dan pelajaran
c. Agama (religius)
d. Istana sentris (cerita berpusat pada cerita lingkungan kerajaan)
4. Bahasa yang digunakan atau dipakai adalah bahasa Melayu Kuno yang penuh dengan :
a. Pepatah
b. Kalimat majemuk yang panjang-panjang
c. Ungkapan-ungkapan klise
d. Dihiasi kata-kata asing
5. Menilik bentuknya kesusasteraan lama mempunyai ciri-ciri :
a. Puisinya sangat terikat oleh syarat-syarat mutlak yang konservatif dan tradisional, seperti :
- Jumlah baris dalam tiap-tiap bait
- Jumlah suku kata dalam tiap baris
- Sajak dan irama
b. Prosanya pun senantiasa menggunakan cara-cara yang tradisional, misalnya saja : pendahuluan yang panjang-panjang serta kearab-araban.


C. KESUSASTERAAN MASA PERALIHAN
1. KESUSASTERAAN SEMASA ABDULLAH
Abdullah selaku ahli bahasa dan pengarang yang produktif dibuktikan dengan jasa-jasanya :
Karangan yang berjudul “Hikayat Abdullah” yang berisikan biografi dirinya sendiri, biografi orang terkemuka pada masa itu serta lukisan keadaan orang-orang sekitarnya.
Puisi gubahannya adalah syair “Singapura Dimakan Api”
Menyajikan naskah kamus bahasa Melayu
Menyalin kitab suci Alquran
Mengadakan penyelidikan atas tata bahasa Melayu
Memberikan bantuan dalam penerbitan Sejarah Melayu
Sebuah kisah yang dikarangnya pada waktu naik haji adalah “Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah”

2. KESUSASTERAAN SESUDAH ABDULLAH
Sebenarnya sesudah Abdullah bin Abdulkadir Munsyi kesusasteraan Indonesia mengalami masa vakum selama lebih dari setengah abad (± 1920).
Memang ada juga ada pengarang pada masa itu, namun jumlahnya sedikit sekali dan mereka masih berpegang teguh kepada tradisi kesusasteraan Indonesia lama, artinya mereka tidak melanjutkan keseusasteraan yang telah dirintis oleh Abdullah.
Nama pengarang pada masa ini diantaranya adalah :
Raja Ali Haji
Haji Ibrahim Datuk Rangkajo


D. KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN
Sastra Indonesia modern yang merupakan sastra nasional terbagi atas beberapa masa, yaitu :
1. MASA KEBANGKITAN
BERDIRINYA BALAI PUSTAKA
Pada tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan lembaga bacaan rakyat yang bernama Volkslectuur dengan Dr.G.A.J. Hazeu sebagai ketuanya di kota Jakarta.
Lembaga ini bertugas memilih karangan-karangan yang kemudian menerbitkannya sebagai bacaan umum, untuk anak-anak dan orang dewasa, guna mengisi waktu senggang dan menambah pengetahuan.
Pada tahun 1917 Volkslectuur itu diubah namanya menjadi “Balai Pustaka” serta para redakturnya terdiri atas penulis dan ahli bahasa Melayu.

TUGAS BALAI PUSTAKA :
a. Mula-mula hanya menerbitkan naskah-naskah lama yang bila perlu dapat diubah dan disempurnakan.
b. Menerbitkan saduran dan terjemahan hasil karya pujangga-pujangga asing yang kenamaan seperti Shakespeare, Cervantes, Jules Verne, Ruyat Kipling, Tolstoi dan lain sebagainya.
c. Menerbitkan naskah-naskah pengarang muda bangsa Indonesia baik berupa puisi maupun prosa
d. Menerbitkan majalah-majalah antara lain :
- Panji Pustaka (bahasa Melayu)
- Sari Pustaka (bahasa Melayu)
- Kejawen (bahasa Jawa)
- Parahiangan (bahasa Sunda)

Selain itu ada kekangan terhadap naskah-naskah karangan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Karangan-karangan jangan mengandung unsur-unsur yang menentang pemerintah.
b. Karangan-karangan tidak boleh menyinggung perasaan-perasaan golongan tertentu dalam masyarakat.
c. Karangan-karangan hendaknya bebas dalam agama yakni jangan menyinggung seseorang, hati penganutnya serta hendaknya mengandung tuntunan perangai.

Walaupun Balai Pustaka ini sering menahan atau mengubah naskah-naskah, namun besarlah manfaatnya.

MANFAAT BALAI PUSTAKA :
a. Memberi kesempatan kepada pengarang-pengarang untuk mengembangkan bakatnya.
b. Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk dapat menikmati buku-buku bacaan, sehingga bertambah pengetahuannya serta mengisi waktu senggang.

Balai Pustaka hidup terus dan peranannya semakin besaar lebih-lebih pada masa sekarang.
Nama-nama Dr.D.A. Rinkes, Dr. G.A.J.Drewes dan K.A. Hiding pernah menjadi pemimpin Balai Pustaka.

Pada tahun 1922, membawa udara segar bagi atau dalam gelanggang seni sastra Indonesia dengan terbitnya 2 buah buku kesusasteraan yang telah meninggalkan tradisi sastra lama Indonesia, yaitu :
a. Tanah Air kumpulan puisi baru karya Mohammad Yamin
b. Siti Nurbaya, roman karya Marah Rusli

Dengan terbitnya buku “Siti Nurbaya” ini, maka dalam perkembangan sastra masa Balai Pustaka sering disebut Angkatan Siti Nurbaya.
Hal ini dikarenakan karya ini sangat mengagumkan dan menggemparkan pada masa itu.

CIRI-CIRI KESUSASTERAAN BALAI PUSTAKA (SITI NURBAYA)
1. Agak Dinamis
2. Bercorak pasif-romantik
3. Mempergunakan bahasa Melayu baru, tetapi tetap dihiasi ungkapan-ungkapan klise serta uraian yang panjang-panjang.
4. Menilik bentuknya kesusasteraan angkatan Balai Pustaka atau angkatan Siti Nurbaya itu mempunyai ciri-ciri :
4.1 Penyair masih banyak menggunakan bentuk-bentuk puisi lama, pantun dan syair
4.2 Bentuk puisi barat yang tidak terlalu terikat oleh syarat-syarat seperti puisi lama.
Tokohnya adalah Mohammad Yamin, dengan karanganya dalam bentuk Soneta.
4.3 Bentuk prosa yang memegang peranan masa kesusasteraan angkatan Siti Nurbaya atau angkatan Balai Pustaka adalah Roman.
Roman angkatan Siti Nurbaya ini bertema “Perjuangan atau perlawanan terhadap adat istiadat lama”

KESUSASTERAAN ANGKATAN PUJANGGA BARU
Pada masa ini dimulai dengan terbitnya majalah Pujangga Baru pada bulan Mei 1933.
Majalah inilah merupakan faktor penunjang atau sebagai terompet serta penyambung lidah para Pujangga Baru .
Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh “Tiga Serangkai Pujangga Baru” yaitu :
1. Amir Hamzah
2. Armyn Pane
3. Sutan Takdir Alisyahbana

Dalam Manifestasi Pujangga Baru dinyatakan :
“Fungsi kesusasteraan itu, selain melukiskan atau menggambarkan tinggi rendahnya suatu bangsa, juga mendorong bangsa tersebut ke arah kemajuan”

Pada masa ini, lahirlah seorang pujangga religius yang sangat terkenal yaitu “Amir Hamzah”, sehingga akhirnya dinobatkan sebagai “Raja Penyair Pujangga Baru”


CIRI-CIRI KESUSASTERAAN ANGKATAN PUJANGGA BARU
1. Dinamis
2. Bercorak Romantik- idealistis
3. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu yang lebih modern sudah banyak meninggalkan bahasa klise.
Mereka berusaha membuat ungkapan serta gaya bahasanya menurut kemauannya sendiri.
Pilihan kata, penggabungan ungkapan serta irama sangat dipentingkan sehingga terlalu dicari-cari.
4. Menilik bentuknya, kesusasteraan angkatan Pujangga Baru mempunyai ciri-ciri :
Bentuk puisi
Yang memegang peranan penting adalah Soneta.
Sajak, jumlah suku kata dan syarat-syarat puisi lainnya sudah tidak mengikat lagi.
Contoh : Hang Tuah karya Amir hamzah

Bentuk Prosa
Yang memegang peranan penting adalah Roman.
Temanya bukan lagi pertentangan faham muda dengan adat lama seperti angkatan Siti Nurbaya, melainkan perjuangan kemerdekaan dan pergerakan kebangsaan.
Contoh : Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana

Pujangga Baru juga mempergunakan drama yang bertema kesadaran nasional.
Bahannya adalah diambil dari sejarah, ada pula yang semata-mata fantasi pengarang sendiri yang menggambarkan jiwa dinamis.
KESUSASTERAAN MASA JEPANG
Pada masa ini, terdapat keretakan dalam kesusasteraan Indonesia.
Pada masa ini, terdapat 2 golongan dalam bidang kesusasteraan yaitu :
1. Yang resmi di bawah Pusat Kebudayaan (Keikin Bunka Shidosa) dengan sensornya yang keras.
2. Yang di luar kegiatan Pusat Kebudayaan


CIRI-CIRI KESUSASTERAAN MASA JEPANG
1. Bercorak romantik – idealisme
2. Simbolis

PENGARANG MASA KESUSASTERAAN JEPANG
1. Chairil Anwar
2. Rosihan Anwar
3. Usmar Ismail
4. Amal Hamzah
5. El-Hakim
6. Bakrie Siregar


2. MASA PERKEMBANGAN
KESUSASTERAAN ANGKATAN ‘45
Angkatan ’45 lahir pada saat bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pada saat ini, perkembangan bahasa dan sastra Indonesia semakin maju pesat karena Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda.

Sedangkan yang memberi nama Angkatan ’45 adalah Rosihan Anwar dalam majalah Siasat pada tanggal 9 Januari 1949.

Manifes Angkatan ’45 termuat dalam majalah Siasat pada tanggal 23 Oktober 1945 berupa Surat Kepercayaan Gelanggang tanggal 18 Februari 1950, yang dapat kita lihat patokan-patokan Angkatan ’45, yaitu :
1. Ujud pernyataan fikiran lebih dipentingkan
2. Kepribadian seseorang, hendaknya menjadi pegangan dan ukuran nilai mencipta
3. Nilai-nilai baru baru ditempatkan, setelah nilai-nilai lama dihancurkan. Jadi sungguh membentuk yang baru.
4. Pencipta-pencipta harus ada kebebasan penuh, untuk menghasilkan buah cipta.
5. Tekanan diletakkan pada kebudayaan dunia, yakni sifat universal kesenian Indonesia.



CIRI-CIRI ANGKATAN ‘45
1.Bercorak realistis
2.Bertemakan patriotisme, revolusi dan perlawanan terhadap penjajah
3.Bahasa dalam prosa menggunakan bahasa yang ekonomis, kata-katanya padat, dalam, kalimatnya pendek-pendek
4.Prosa menggunakan gaya bahasa menyoal baru

Angkatan ’45 oleh HB. Jassin diberi nama Angkatan Pendobrak.
Sedangkan tokoh-tokoh yang terkenal dalam Angkatan ’45 dalam bidangnya antara lain :
1. Chairil Anwar dalam bidang puisi
2. Idrus dalam bidang prosa


3. KESUSASTERAAN ANGKATAN ‘50
Pada tahun-tahun yang lalu belum ada penegasan tentang adanya Angkatan ’50.
HB. Jassin belum menyebutkan Angkatan ’50, sedang menurut Slamet Mulyono sastrawan Angkatan ’50 hanyalah pelanjut saja, karena dia hanya mengakui sastra Indonesia baru lahir tahun 1945.

Tinjauan yang mendalam dan menyeluruh membuktikan bahwa, masa ini menunjukkan wujud dan hidupnya, yaitu :
a. Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang diletakkan pada tahun 1945.
b. Masa ’50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai) nasional lebih jauh.

Jadi, ada beberapa penyaringan dengan beberapa ciri diantaranya :
a. Pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya dan makin meluas daerahnya hampir di seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta.
b. Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan daerah dalam menuju perwujudan sastra nasional Indonesia.
c. Penilaian keindahan dalam sastra, tidak lagi didasarkan kepada kekuasaan asing, akan tetapi kepada peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing dengan perasaan dan ukuran nasional.


SASTRAWAN ANGKATAN ‘50
1. Trisnoyuwono
2. Ayip Rosidi
3. Ramadhan KH
4. Nugroho Notosusanto
5. Toto Sudarto Bachtiar


4. KESUSASTERAAN ANGKATAN ‘66
Angkatan ’66 mula-mula diperkenalkan oleh H.B. Jassin dalam bukunya yang berjudul “Angkatan ‘66”, yang mendasarkan sifat politik yang mempengaruhi karya-karya sastra pada masa ini.

Pada atahun 1966 di tanah air kita terjadi peristiwa penting. Peristiwa yang melahirkan Angkatan ’66, yaitu :

“ Suatu generasi baru yang melakukan pendobrakan yang disebabkan oleh penyelewengan-penyelengan besar-besaran yang membawa negara ke jurang kehancuran”

Ada beberapa kumpulan puisi yang menarik perhatian selama demontrasi terhadap pemerintah dalam usaha mengembangkan revolusi terhadap rel Pancasila, yaitu :
1. Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail (dengan nama samaran Ibnu Fajar)
2. Mereka telah Bangkit karya Bur Raswanto
3. Perlawanan karya Mansur samin
4. Pembebasan karya Abdulwahid Situmeang
5. Kebangkitan oleh Lima Penyair Fakultas Syair UI

Menurut kritikus sastra Indonesia, H.B. Jassin, yang masuk Angkatan ’66 ini, tidak hanya mereka yang menulis sanjak-sanjak perlawanan pada permulaan tahun 1966, tetapi juga yang telah tampil beberapa tahun sebelumnya dengan kesadaran.
Penyair yang terkenal pada Angkatan ’66 adalah Taufik Ismail dengan buku karyanya yaitu “Tirani” (1966) dan “Benteng” (1963)

SASTRAWAN ANGKATAN ‘66
1. Ayip Rosidi
2. W.S. Rendra
3. Taufik Ismail
4. Hartono Andangjaya
5. Mansur Samin
6. Jusach Ananda
7. NH. Dini
8. Iwan Simatupang
9. Motinggo Busje
10. Sapardi Djoko Darmono

5. KARYA SASTRA KONTEMPORER
Sekitar tahun 70-an, muncul karya sastra yang lain dari karya sastra sebelumnya.
Kebanyakan isinya tidak menekankan pada makna kata.
Ada ahli sastra menggolongkan jenis karya sastra ini di dalam karya sastra kontemporer.
Kemunculan karya-karya semacam ini dipelopori oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar