Jumat, 10 Januari 2014

Analisis Novel Kidung Shalawat

BAB II LANDASAN TEORI
2.1.   Penggertian Sastra
Sastra hasil karya kreatif manusia yang menggunakan bahasa sebagai media ekspresinya baik lisan maupun tulisan (Kajian Prosa Fiksi dan Drama)
Sastra dalam bahasa Inggris disebut literatur, karya lisan ataupun tulisan yang memiliki ciri berbagai keunggulan seperti  keorisinalan, kreaifitasi, keindahan dalam ini dan ungkapannya(Ensiklopedia Indonesia)
2.3     Bentuk-bentuk Sastra
1.      Puisi
a.       Bentuk karya sastra yang diungkapkan dengan gaya cerita (Langkah Awal Menuju Apresiasi Sastra Indonesia
b.      Mengepresikan pemikiran yang membakitkan perasaan yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan berirama (pengakajian dan Apresiasi Puisi Indonesia, Yusida Gloriani, M.Pd)
c.       Puisi adalah karya sastra. Semua karya bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotif. Bahasanya lebih banyak memiliki kemungkinan makna. Hal itu disebabkan terjadinya pengkontrensiasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin juga padat. (Teori  apresiasi puisi, Herman j. Waluyo)
d.      Poetry dari bahasa inggris berasal dari kata Yunani poet. Dalam bahasa Yunani kata poet yang mempunyai arti orang yang tercipta melalui imajinasi. Ia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci sekaligus filsuf, guru, orang yang menebak kebenaran yang tersembunyi.
Puisi adalah ragam sastra yang pada awal perkembangan memperlihtakan ciri khusus, yaitu bahasa yang dipergunakan sangat terikat oleh irama, rima serta menyusunnya yang sangat terikat pada larik dan bait (Ensklopedia Sastra Indonesia)


2.      Prosa
a.       Karangan bebas, bentuk karangan yang tidak terikat oleh bait, banyak baris dalam satu bait, banyak suku kata dalam satu baris, dan tidak terikat oleh sajak (Ensklopedia Sastra Indonesia)
b.      Bentuk karya sastra yang diungkapkan dengan gaya dendang (Langkah Awal menuju sastra Indonesia)
c.       Tulisan yang sifatnya bebas meninggalkan kaidah puisi dan mungkin drama (Kajian prosa fiksi dan drama)

3.      Drama
a.       Bentuk karya sastra yang di ungkapkan dengan gaya dialog (Langkah Awal menuju sastra Indonesia)
b.      Kata drama berasal dari yunani ‘dromai’ yang berarti ‘berbuat’,’berlaku’, atau suatu perbuatan (Kajian Prosa Fiksi dan Drama)
c.        Komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidpan dan watak melalui tingkah laku (acting) atau dialog yang dipentaskan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
d.      Dalam bahasa inggris disebut drama, dan dalam bahasa prancis disebut piece de theatre. Kata drama berasal dari baahsa yunani  dram yang maknanya adalah berbuat. Pengertian drama adalah (1) karya tulis untuk teater; (2) setiap situasi yang mempunyai konflik dan penyelesaian cerita (resolution);(3)jenis sastra berbentuk dialog yang biasa untuk dipertunjukan diatas pentas. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disebutkan bahwa drama adalah suatu genre (jenis) sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan di pentaskan sebagai suatu seni pertunjukan.
2.3     Prosa Fiksi

2.4     Jenis-jenis Prosa Fiksi
1.      Prosa Fiksi atau cerita rekaan lama
a.       Dongeng: Mile, legenda. Sage, fabel, cerita jenaka
b.      Hikayat
c.       Cerita Sejarah

2.      Cerita Sejarah atau Cerkaan
a.       Novel atau Roman
b.      Novelet
c.       Cerpen
d.      Riwayat Hidup
e.       Kisah atau skema atau Lukisan

2.5      Novel
Novel berasala dari bahasa lain ‘novelis’ yang diturunkan dari kata ‘novies’ yang berarti ‘baru’ dikatakan baru sebab novel muncul belakangan dibandingkan dengan bentuk puisi dan drama. Yus Rusiana memunculkan pengertian novel sebagai cerita rekaan yang panjang dan mengisahkan peristiwa yang rasional. Unsur-unsur cerita tokoh, alur dan latar dipaparkan seolah-olah sesungguhnya terjadi.
(Kajian Prosa Fiksi dan Drama)
2.6       Unsur-unsur Novel
a.       Tema pokok persoalan atau ide pokok yang tertuang dalam cerita, tepat ma dalam rekaan tidak ditemukan secara eksplisit (Kajian Prosa Fiksi dan Drama. Aan Sugianto Mas)

b.      Alur Atau Plot
Peristiwa-peristiwa yang tersusun menjadi cerita tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan terjalin dalam suatu susunan  yang sambung-menyambung berdasarkan hukum sebab-akibat. (Kajian Prosa Fiksi dan Drama. Aan Sugianto Mas)

c.       Tokoh dan Perwatakan manusia yang ada dalam cerita rekaan disebut sebagai tokoh yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa
(Kajian Prosa Fiksi dan Drama. Aan Sugianto Mas)

d.      Latar atau Setting
Segala keterangan mengenai waktu, ruang suasana dan lingkungan sosial
(Kajian Prosa Fiksi dan Drama. Aan Sugianto Mas)

e.       Titik pengisahan atau Juru Cerita
Titik pengisahan disebut juga sudut pandang atau juru cerita adalah kedudukan pengarang dalam bercerita. (Kajian Prosa Fiksi dan Drama. Aan Sugianto Mas)

f.       Gaya
Gaya pengarang
Gaya pengarang dalam mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa yang disebut cerita adalah cara-cara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa, menggambar tema, menyusun plot, mengambarkan karakter atau watak menentukan settingan atau waktu.
           Gaya Bahasa
Gaya Bahasa adalah cara pengarang dalam mengungkapkan suatu pengertian dalam kata, kelompok kata atau kalimat.

g.      Amanat
Amanat dalam cerita rekaan dapat dilihat dari keseluruhan cerita.

3.1.   Sekilas Tentang Pengarang

Taufiqurahman Al-Azizy, lahir pada 9 Desember 1975. Asli orang Indonesia, tepatnya jawa tengah. Pernah nyantri di pesantren ilmu Al-Quran Hidayatul Quran yang diasuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M.A. pernah pula kuliah di institut ilmu al-Quran (IIQ) Jawa tengah.
            Namanya melejit setelah meluncurkan trilogi spritual Makrifat Cinta yang terdiri dari syahadat Cinta (DIVA press, 2006), Musafir Cinta (DIVA press, 2007) Munajat Cinta (DIVA press, 2007). Novelnya setelah trilogi tersebut adalah kitab Cinta Yusuf Zulaikha (DIVA press, 2007), Munajat cinta (DIVA press, 2009) Jangan biarkan Surau ini Roboh (DIVA press, 2009), dan Sahara Nainawa (DIVA pres 2009).

3.2.   Sinopsis Novel

Ada dua seorang Kiai yang saling bersahabat, yaitu Kiai Masduqi dan Kiai Ahmad mereka dahulu berjanji suatu saat bila mempunyai anak yang berbeda jenis kelamin maka akan di jodohkan, dan teryata istri dari Kiai Masduqi mempunyai anak laki-laki yang diberi nama Zaki sedangkan istri Kiai Ahmad mempunyai seorang anak perempuan yang di beri nama Zulfa. Kiai Masduqi mempunyai pesantren sederhana, santriwan dan santriwati disana ialah anak-anak yang putus sekolah, dana untuk membayar segala fasilitas pesantren itu dari berkebun milik kiai Masduqi, sedangkan Kiai Ahmad mempunyai pesantren nan mewah, santriwan dan santriwati disana merupakan anak pejabat dan orang kaya.
 Zaki dan Zulfa sudah diberi tahu sejak dahulu bahwa mereka akan di Jodohkan oleh orang tua mereka, tetapi keduanya belum pernah dipertemukan. Lalu seorang perempuan bernama Salma masuk ke keluarga Kiai Masduqi, ia adalah mantan pelacur yang ingin tobat, keluarga Zaki pun mengangkatnya sebagai anak angkat, Salma pun diajarkan ngaji dan Sholat. Zaki benar-benar penasaran dengan sosok Zulfa, wanita yang dijodohkan kedua orang tuanya, banyak yang mengatakan wajah Zulfa seperti Bidadari. Hari yang ditunggu pun tiba, ini adalah waktu Zaki dan Zulfa akan dipertemukan, keluarga Zulfa menunggu kedatangan keluarga Zaki, pejabat-pejabat pun diundang oleh Kiai Ahmad untuk menyaksikan acara pertunangan Zaki dan Zulfa. Di perjalanan menuju rumah Zulfa tiba-tiba warga datang mengadu ke Kiai Masduqi bahwa rumah-rumah mereka akan digusur karena tanah yang selama mereka tempati merupakan tanah milik pemerintah.
Zaki dan keluarganya akhirnya berusaha menenangkan warga dan Basri dan Juned diperintahkan Kiai Masduqi untuk memberi tahu kepada keluarga Zulfa bahwa ia tak jadi datang. Zaki merasa was-was karena takut keluarga Zulfa akan kecewa. Keesokan harinya Zulfa mengirimkan sepucuk surat untuk Zaki didalam surat itu tertulis bahwa dirinya sangat kecewa karena Zaki tak jadi menemuinya. Keluarga Kiai Ahmad merasa malu terhadap tamu undangan.  Zulfa bahkan mengatakan ia tak jadi ke jakarta untuk melakukan pemotretan dirinya. Zaki pun berniat membalas surat yang dikirimkan Zulfa tetapi Salma memberi saran bahwa lebih baik Zaki langsung datang saja menemui Kiai Ahmad untuk melakukan permintaan maaf. Zaki kemudian pun pergi ke Pesantren Kiai Ahmad dan bertemu dengan Kiai Ahmad sayangnya ia tak bisa bertemu Zulfa karena Zulfa sedang ke Jakarta dan ditemani oleh Dimas. Saat bertemu dengan Kiai Ahmad Zaki banyak di tes oleh Kiai Ahmad tentang pengetahuan agama Zaki, tetapi diakhir percakapan Kiai Ahmad mulai ragu untuk menjodohkan Zaki dengan Zulfa karena masalah kemarin. Di pesanten Kiai Ahmad Zaki bertemu dengan Mubarok, Zaki pun bertanya-tanya tentang Zulfa dan sosok laki-laki yang bernama Dimas, mubarok menceritakan bahwa Zulfa anak yang manja tetapi baik sedangkan Dimas ialah laki-laki yang suka Zulfa.
Hati Zaki pun diliputi rasa cemburu karena Zulfa sedang pergi bersama Dimas. ada agenda khusus yang dibuat oleh kedua pesantren tersebut, Zaki dan anak-anak pesatren Kiai Masduqi pergi ketempat ke pengajian dengan jalan kaki, sesampai disana acara sudah dimulai, padahal acara tersebut seharusnya baru dimulai sehabis isya tetapi Dimas senggaja memberi kesan anak-anak pesantren Kiai Masduqi tak bisa tepat waktu.
            Semua acara pun dilobi oleh anak-anak pesantren Kiai Ahmad.
Zulfa menitipkan pesan kepada Salma bahwa ia ingin bertemu Zaki di jembatan pada sore nanti, Zaki pun menemui Zulfa sore itu, tetapi Zulfa pergi menemuinya diantarkan oleh Dimas dan hal tersebut benar-benar membuat Zaki cemburu olehnya. Zulfa pn seprtinya cemburu dengan Salma ia terus saja menanyai kepada Zaki apa hubungannya dengan Salma. Kiai Masduqi berusah keras agar rumah warga tak digusur tetapi apa daya ia pun tak bisa karena tanah itu milik orang.dan belakangan ini Zaki tahu bahwa yang menggusur warga ialah ayah Dimas, bahkan pak Handoko ingin membeli pesantren milik Kiai Masduqi tetapi Kiai tolak. Warga tinggal di pesatren Kiai Masduqi dan membangun rumah seadanya dibelakang pesantren Kiai Masduqi.
Zaki ditawarkan oleh Zulfa untuk pergi ke Jakarta bersamanya, Bunda menasehati Zaki agar berhati-hati saat disana, Zaki pun pergi bersama Zulfa, Dimas dan Ivone. Sesampai di Jakarta Zaki ditempatkan kamar bersama supir, Dimas sepertinya sangat dendam terhadap Zaki. Zaki ditinggal sendiri di hotel sedangakn Zulfa pergi ntah kemana bersama Zaki, tiba-tiba pintu Zaki diketuk oleh teman Dimas ia memberi tahu bahwa Ivone di kamarnya sedang sakit, lalu Zaki pun pergi menegok Ivone tetapi sesampai di kamar Ivone dan tiba-tiba masuk Afgan teman Dimas membawa 2 bungkus nasi dan Zaki memakannya setelah memakannya Zaki terasa mual dan pusing dan membuat Zaki tak sadarkan diri. Saat terbangun Zaki terkejut karena ia dan Ivone tak mengenakan sehelai benang pun, kemudian Zulfa datang dan melihat tersebut dan masalah tersebut membuat Zaki dituduh memperkosa Ivone. Zaki tahu bahwa ini rencana Dimas untuk menjebaknya. Pengacara Zaki gagal memerjuangkan kebebasan Zaki karena kesulitan dengan bukti yang ada, semua bukti memberatkan Zaki. Kiai Masduqi meninggal dunia dan Zaki diijinkan pulang untuk menegok alm Ayahnya, Zaki pun tak bisa berhenti menangis, ia diberi saran agar menikah saja dengan Salma ia pun melamar
            Salma, tetapi proses hukum yang Zaki jalanin terus berlanjut.


2.2.1.      Tema
Tema dalam novel Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman Al-Azizy adalah tentang seseorang laki-laki yang difitnah karena cinta.
Hal ini dapat dibuktikan di bawah ini:
“.. Terima saja nasibmu bung, aku yang menang, engkau kalah.” Ucap Dimas kepada Zaki.

“ kemana keindahan Cinta Zulfa yang pernah diungkapkan melalui senyuman di bibirnya dan kerlingan matanya kepada mas Zaki hinnga dia tega bertunangan di saat mas Zaki mendekam di penjara”

“mereka menari-nari bahagia diatas tangisan air matamu. Cinta yang pernah tumbuh dihati Zulfa sekarang benar-benar berubah menjadi kedengkian”

2.2.2.      Alur dan Plot
2.2.2.1.            Susunan Alur
Susunan alur/plot dalam novel “ Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman Al-Azizy adalah sebagai berikut:
1.      Pengarang mulai melukiskan keadaan
Bunda sedang mengandung seorang bayi, seperti percakapan calon orang tua lainnya yang membicarakan jenis kelamin apa yang mereka inginkan. Antara keinginan sang ayah dan sang bunda pun berbeda, bunda ingin sekali dikaruniakan seorang anak perempuan dan ayah menginginkan seorang anak laki- laki, bahkan bunda agak kesal dengan ayah karena menginginkan bayi laki- laki bukannya bayi perempuan seperti yang dia inginkan, tetapi hari- hari demi hari bunda mendapatkan petunjuk lewat mimpinya bahwa ia akan melahirkan bayi laki-laki. Dan semenjak itu bunda tak mengingkan lagi bayi perempuan bunda yakin bahwa bayi laki-laki sudah menjadi takdir Allah.
            Ayah sudah mendapatkan nama untuk bayi laki-lakinya ia beri nama Zaki Ahmad Rayhan nama tersebut ia dapat dari sahabatnya di pesantren dulu bernama Kiai Ahmad Naqib, Ayah juga merupakan Kiai, ia bernama Kiai Masduqi. Kiai Ahmad yang merupakan sahabat Ayah mempunyai pesantren besar, yang datang ke pesantren kiai ahmad merupakan orang-orang besar dan kaya berbeda dengan ayah walaupun ia sama-sama memiliki pesantren tetapi pesantren ayah hanya di datangi oleh orang-orang miskin yang ingin menimba ilmu agama, Ayah tak meminta bayaran untuk masuk ke pesatrennya. Ayah dan Kiai Ahmad sejak dahulu mempunyai rencana untuk menjodohkan anaknya masing-masing. Kebetulan sekali teryata anak yang dikandung oleh istri kiai Ahmad merupakan anak perempuan. Bayi perempuan itu diberi nama Zulfa Khawra Zahra yang merupakan nama pemberian bunda Zaki. Sebenarnya nama itu bunda siapkan untuk Zaki kalau Zaki itu terlahir sebagai anak perempuan.
Setelah Zaki dewasa ia diberitahukan bahwa ia sudah di jodohkan dengan Zulfa, Zaki merupakan lelaki yang tampan dan sholeh sedangkan Zulfa wanita canti dan katanya dia memiliki hati seperti bidadari. Zaki benar-benar penasaran dengan sosok perempuan yang akan dijodohkannya, ia ingin segera betemu dengan wanita piihan orang tuanya.
2.      Peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak
            Bisri yang merupakan santri kiai masduqi sedang menghitung uang hasil ia memulung, tetapi tak lama kemudian ia didatangi oleh seorang perempuan cantik yang berpakain seksi. Ia menwarkan tubuhnya ke bisri asal bisri mau memberikan uang untuk membantu adiknya yang sedang sakit. Perempuan itu bernama Salma, dia merupakan pelacur. Dengan sombongnya dia menjelekan Bisri dan dengan Bisri berusaha menasehati dan menolak pemberian tubuh salma ke Bisri. Bahkan Bisri dengan ihklas memberikan uangnya untuk adik Salma yang sedang sakit padahal adknya butuh untuk uang sekolah. Dengan uang sedikit Salma membelikan adiknya obat, tapi ntah kenapa Adiknya sembuh dari penyakitnya padahal dulu Salma memberikan obat yang mahal tetapi adiknya tak kunjung sembuh, Salma mulai sadar teryata selama ini ia memberikan obat dari hasil melacur sehingga adiknya tak kunjung sembuh. Salma pun mememui Bisri dan ia pun di ajak ke pesantren Kiai Masduqi.
Di pesantren Salma dianggap Ayah dan Bunda sebagai anaknya, Salma dipakaian baju gamis panjang dan dipakaikan jilbab, Salama tak terlihat seperti perempuan yang menjual diri ia seperti perempuan yang diberi cahaya iaman. Zaki mulai tak sabar ingin bertemu Zulfa, akhirnya waktu yang ditunggu Zaki datang.
Malam itu Ayah, Bunda dan para santri- santri mengiringi Zaki ke pesantren Kiai Ahmad untuk melamar Zulfa. Saat menuju rumah Zulfa diperjalanan keluarga Zaki menemukan halangan. Para warga resah karena tanah yang mereka tempati akan digusur, warga bingung dan melaporkan hal tersebut ke Kiai Masduqi, karena hal tersebut Ayah Zaki membatalkan kedatangannya untuk melamar Zulfa. Keluarga Zulfa benar- benar kecewa karena keluarga Zaki tak jadi melamar.
Zaki menerima surat dari Zulfa, Zulfa menulis surat bagaimana dia kecewa karena Zaki tak datang malam itu, dia mulai merasa tak peduli dengan perjodohannnya dan Zaki masih bersabar untuk bertemu Zulfa, Zaki segera menulis surat balasan untuk surat Zulfa tapi ia urungkan niatnya setelah mendengarkan apa yang Salma katakan. Ia lebih memilih meminta maaf langsung ke keluarga Kiai Ahmad,sesampai di pesantern ia dapat kabar kalau Zulfa lagi ke jakarta. saat kedatangannya ia bertemu dengan Mubarok dia menjelaskan secara detail bagaimana Zulfa itu. Hatinya mulai diliputi rasa cemburu, karena Zulfa dekat dengan Dimas yang merupakan santri di pesantren Kiai Ahmad. Zaki menemui Kiai Ahmad ia langsung mengutarakan maksud tujuannya ia datang menemui Kiai Ahmad dan Kiai Ahmad mengutarakan kekecewaannya dan ia mulai tak peduli dengan alasan keluarga Zaki tak datang malam itu, ia menyuruh Zaki untuk ikhlas bila Zulfa anaknya tak mau dengan Zaki, Kiai Ahmad rasanya mulai ragu.
Ayah menasehati Zaki bahwa ia tak boleh menyinggung pearasaan Kiai Ahmad karena Kiai Ahmad merupakan orang besar yang tak mau direndahkan oleh anak muda seperti Zaki, Ayah juga menasehati Zaki agar ia tak terlena oleh perasaan cinta terhadap Zulfa karena itu bisa menyebabkan ia melupakan Allah. Ayah menyuruh Zaki membuat kegiatan dengan santri- santri Kiai Ahmad. Dan situlah akhirnya Zaki akan bertemu Zulfa.
            Para santi- santri Kiai Masduqi datang ke acara yang diadakan di pesatren Kiai Ahmad, Zaki benar- benar menunggu pertemuannya dengan Zulfa karena Mubarok mengatakan bahwa Zulfa akan ikut menghadari acara tersebut, dan demekian dengan Dimas ia juga akan hadir dalam acara tersebut, setelah memasuki masjid Zaki mencari sosok Zulfa karena ia tak pernah melihat Zulfa sekalipun, seorang laki-laki tiba-tiba memperkenalkan dirinya, laki-laki itu bernama Dimas, lelaki yang selama ini diceritakan Mubarok. Dimas terlihat sekali tak suka dengan Zaki, ia mencoba menyindir keterlambatan santri-santri Kiai Masduqi, saat Bisri sedang berbicara Dimas terus saja memotong pembicaraan dan membuat Bisri dan Juned kesal. Juned tiba- tiba membisikan Zaki, ia memberitahukan kalau gadis yang duduk disebelah Salma ialah Zulfa. Teryata benar apa yang dikatakan orang tentang Zulfa, bahwa Zulfa seperti bidadari kecantikannya, Zaki dan Zulfa saling berpandangan. Dimas benar-benar tak rela Zaki menjadi pengisi acara dia lebih memilih Zulfa yang mengisi acaranya karena Dimas merasa Pesantren Kiai Masduqi pesantren yang tak mewah. Zaki seolah tak peduli apa yang dikatakan Dimas, hati dan pikirannya hanya tertuju pada satu orang yaitu Zulfa. Dimas mencoba mendekati Zulfa dan membuat hati Zaki dipenuhi rasa cemburu kepadanya.

3.      Keadaan Mulai memuncak

            Salma menyampaikan pesan dari Zulfa, bahwa Zulfa ingin bertemu dengan Zaki. Zaki disuruh menemui Zulfa sehabis Ashar di Jembatan. Zaki akhirnya menemui Zulfa di jembatan, Zulfa datang ditemani Dimas, dan itu membuat hati Zaki tak karuan. Zulfa rupanya cemburu dengan Salma, ia bahkan tak percaya kalau Salma hanya adik angkat Zaki. Dia mulai menayakan hal macam-macam, bayangan Zaki tentang kencan Zaki dan Zulfa pun hancur karena kecemburuan keduanya.
            Rumah warga akan digusur, teryata teman Ayah tak bisa membantu karena tanah itu merupakan tanah milik seorang pengusaha, warga sebagian akan tinggal dipesantren Ayah dan yang lainya bisa membangun rumah seadanya dibelakan pesantren dan sisanya membangun rumah di tanah milik teman Ayah yang di hibahkan kepada warga. Seorang pengusaha ingin membeli juga tanah Ayah, tetapi Ayah menolaknya. Warga terus dipengaruhi oleh Pak Handoko untuk meninggalkan desa tersebut dan pindah ke kota, Pak Handoko menjanjikan warga akan mendapatkan rumah dan biaya sekolah anak-anaknya. Pak Handoko yang merupakan Ayah Dimas memang senggaja ingin menghancurkan pesantren Kiai Masduqi, janji-janji ke warga belum tentu ia tepat, tapi warga begitu percaya dan pergi meninggalkan pesantren kiai Masduqi
4.      Peristiwa mulai memucak
            Zulfa ingin pergi ke Jakarta bersama Dimas , Ivone dan Zulfa. Zulfa meminta Zaki untuk ikut menemaninya, Zaki merasa risau karena ia tak pernah meninggalkan rumah,  Zaki pun juga tak rela bila orang yang djodohkannya harus pergi bersama Dimas. Ia pun sudah diperingatan oleh Ibunya agar berhati-hati karena tak tahu banyak orang yang licik.  Ia pun akhirnya pergi ke Jakarta saat sampai di Jakarta Zaki ditinggal sendiri dikamar hotel dan Ivone dan tentunya berbeda kamar. Hati Zaki tak karuan membayangkan Zulfa berdua dengan Dimas, apa yang sedang mereka lakukan hingga Zaki tak diajak. Malam harinya pintu kamar Zaki diketuk oleh Afgan yang mengatakan ia temannya Ivone, Ia mengatakan Ivone sedang sakit, tetapi sesampainya Zaki di kamar Ivone, ia melihat Ivone sedang tertidur lalu Zaki dekati dan Afgan kemudian datang membawa bungkus makanan, kemudian Zaki memakan-makanan itu setelah makan nasi itu perut Zaki terasa mual dan pusing  lalu Zaki tak sadarkan diri, saat ia terbangun ia melihat dirinya dan Ivone tak menggunakan shelai benang pun, dan Zulfa pun menyaksikannya, ia pun marah.
 Seketika itu juga Zulfa kaget dan menyangka Zaki telah menghianatinya dan memperkosa Ivone temannya. Zaki pun akhirnya di masukan ke Penjara. Rencana ini sudah dirancang Dimas agar Zaki tak jadi menikah dengan Zulfa, Zaki sungguh kecewa dengan zulfa karena tak percaya olehnya. Berhari-hari Zaki mendekam di penjara karena fitnah Dimas dan Ivone terhadap dirinya
5.      Pengarang mulai memberikan pemecahan soal dan semua peristiwa
Pengacara pun dikirimkan untuk membantu Zaki, tapi pengacara tersebut menyerah ditengah jalan karena tak ada cukup bukti, malah pengacara tersebut malah menyarankan Zaki untuk pura-pura mengakuinya dan hal itu membuat Zaki tersinggung ia tak mau mengakaui hal yang tidak pernah ia lakuakan. Zaki merasa dirinya telah difitnah abis-abisan oleh keluarga Dimas, kasus Zaki tersebut banyak terdengar oleh pengacara-pengacara Islam, mereka bersedia membantu Zaki untuk memenangkan kasus ini dan Zaki bisa terbebas dari penjara.
Di penjara Zaki mendapatkan kabar bahwa Ayahnya meninggal dunia, Ayah menanggung beban yang berat karena ia ditinggal para santrinya dan juga anaknya berada di dalam penjara karena di fitnah oleh orang lain. Zaki diijinkan sementara keluar dari penjara untuk menengok Ayahnya untuk terakhir kali, sampai dirumah air matnaya tak bisa berhenti mengalir melihat Ayahnya meninggalkannya terlebih dahulu, Zaki disuruh Bundanya untu melamar Salma sebagai calon istrinya, Salma pun bersedia dilamar Zaki, tapi kasus hukum Zaki tetap masih berjalan.

3.2.2.2     Ketegangan atau suspence yang nampak dalam peristiwa-peristiwa cerita novel Kidung shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman AL-Azizy
1.      Apakah Salma akan taubat menjadi pelacur setelah bertemu Bisri?
2.      Apakah Zulfa kecewa saat Zaki tak datang di hari pertama pertemuan meraka?
3.      Apakah Kiai Ahmad mau memaafkan Zaki?
4.      Ada hubungan apa Zulfa dengan Dimas?
5.      Bagaimana nasib rumah warga yang digusur?
6.      Apa yang terjadi saat Zulfa melihat Zaki tidur berdua dengan Ivone tanpa sehelai benang?
7.      Bagaimana nasib Zaki di penjara?

3.2.2.3     Pandahaan pembayangan yang nampak dalam cerita novel tersebut atau foreshadowing yang nampak dalam perstiwa-peristiwa cerita novel



3.2.2.4     Gambaran susunan Alur/plot secara kualitatif
Secara kualitatif susunan alur/plot novel “kidung shlawat Zaki dan Zulfa” karya taufiqurahman Al-Azizy mempunyai alur yang longgar, bila pembaca melompati peristiwa-peristiwanya maka secara keseluruhan cerita masih akan tergambar, karena cerita yang disugguhkan dalam novel tersebut hampir persis dengan jalan cerita seperti di sinetron Indonesia, dua orang di jodohkan lalu ada orang ketiga yang merebut wanita itu kemudian dengan cara licik si tokoh utama di fitnah dan kemudian tokoh utama sengsara di penjara karena tokoh ke tiga yang ingin merebut wanita tersebut.
3.2.2.5       Gambaran Susunan Alur/plot secara Kuantitatif
Secara Kuantitatif susunan alur/plot “Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa” karya Taufiqurahman Al-Azizy mempunyai alur atau plot tunggal , karena ceritanya tersusun secara utuh dan padu ceritanya pun hanya menpunyai satu susunan secara sorot balik. Awal  cerita bagaimana kiai Masduqi dan Kiai Ahmad berteman dan berniat menjodohkan Anak-anaknya lalu setelah dewasa mereka bertemu dan ada permasalahan diantaranya, lalu Zaki difinah oleh Dimas karena Dimas ingin memiliki Zulfa, kemudian Zulfa memutuskan tunangan Zaki lalu bertunangan dengan Dimas, Zaki dipenjara karena fitnah Dimas, karena terlalu memikirkan Zaki, Ayah Zaki meninggal dunia.


3.2.3  Tokoh dan Perwatakan
3.2.3.1              Tokoh-tokoh cerita yang mendukung terjadinya cerita novel Kidung
       Shalawat Zaki dan Zulfa Karya Taufiqurahman Al-Azizy yaitu:

1.      Zaki sebagai Tokoh utama karena dia merupakan objek cerita, permasalahan dalam novel ini ada pada tokoh Zaki.
2.      Kiai Masduqi atau Ayah sebagai tokoh utama karena dalam setiap cerita sosok Ayah selalu dicontohkan untuk berbuat kebaikan
3.      Zulfa sebagai sebagai tokoh utama karena ia merupakan tokoh utama perempuan yang menjadi objek hubungan perjodohan Zaki dan Zulfa
4.      Ivone sebagai tokoh utama yang mendukung terjadinya konflik besar dan membuat Zaki difitnah.
5.      Dimas sebagai tokoh utama yang mendukung mengganggunya hubungan Zaki dan Zulfa
3.2.3.2              Penggambaran watak tokoh-tokoh yang mendukung cerita novel Kidung
Shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman Al-Azizy:

3.2.2  Tokoh dan perwatakan

Tokoh Kiai Masduqi (Ayah)
            Ayah adalah sosok seorang Ayah yang sangat mencintai keluarganya, ia dahulu pernah belajar di pesantren dan setelah lulus Ayah mendidirikan pesantren sendiri,  ia merupakan  pemimpin pondok pesantren yang bijaksana, ayah sangat baik hati dia suka menolong orang- orang miskin bahkan ia membuat pondok pesantren diperuntukan untuk orang- orang miskin yang ingin tetap belajar agama. Hatinya lembut dan sopan santun, pendiriannya teguh ia tak pernah tegiur dengan segala hal duniawi karena tujuan hidupnya untuk akhirat. Bahkan saat mendapatkan cobaan yang besar Ayah tak pernah berburuk sangka kepada Allah.
1)      Cara tak langsung/Dramatik   :

a)      Dengan menggambarkan jalan pikiran tokoh
“Jangan pernah menganggap sakit adalah musibah, sedang sehat adalah anugerah, pandanglah keduanya itu sebagai ujian dari Allah”
(berpikiran positif) (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : )

b)      Dengan mengambarkan perbuatan atau tingkah laku/ reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa

“Pesantren Ayah bukanlah pesantren besar seperti milik Kiai Ahmad. Para santri disini adalah anak- anak dari fakir miskin, serta anak- anak yatim dan kurang mampu…”
(Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:19)

“… dan melahirkan rasa syukur di siang harinya, Ayah mengundang anak- anak yatim untuk diberi makan” (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:19)

c)      Dengan mengambarkan dialog para tokoh           :

Tokoh Ayah dengan tokoh Zaki Rayhan
“ Jika kita memberi sedekah pada mereka, aku khawatir mereka akan selalu mengharapkan untuk diberi sedekah apa bila kita lewat dan bertemu mereka.”
“Ayah khawatir mendengar perkataanmu seperti itu, Rayhan. Pengetahuanmu sudah luas, tetapi hatimu sempit.(Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:

Tokoh ayah dengan bunda
“bisahkan kita punya anak kembar?”     
“Marilah kita berdoa, entah Allah akan kasih anak laki-laki ataupun perempuan, senangtiasa Allah menjaga kandunganmu, memberkahi kita, dan menganugerahi kita anak yang sholeh”(orang yang bersyukur dan bertaqwa)
(Taufiqurahman Al-Azizy:2010:15)
           
Tokoh Zaki dan Bunda
“Bunda sadar betul bahwa Ayah adalah orang yang penyabar, santun, lembut hatinya, baik pada semua orang, tak memiliki rasa dengki. Tetapi kukuh dalam mempertahankan prinsip kebenaran”(penyabar dan santun) (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:20)

Karakter Zaki:
            Zaki adalah anak Kiai Masduqi, tentu karakternya tak jauh dari Ayahnya. Walupun ia tak seutuhnya seperti Ayahnyaakarena umurnya yang masih muda, Zaki orang yang sopan dan ia amat bijak menghadapi masalahnya walaupun jiwa muda dan idealisnya terkadang membuat ia egois dan diliputi rasa iri hati, karena ia merasa memiliki Zulfa yang merupakan wanita pilihan orang tuanya. Tetapi setelah mendapatkan ujian dari Allah kesabaran Zaki diuji, dan membuat  Zaki jauh lebih baik.

  1. Cara tak langsung/Dramatik   :

a.       Dengan menggambarkan jalan pikiran tokoh        :
 “cintaku kepada mawar itu adalah buah dari ajaran cinta dari dia  yang sering bermunajat rindu. Dia bernama halimah halimatul sa’diyah yaitu Bundaku” (cinta tumbuhan)
(Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:14)

b.      Dengan menggambarkan tempat atau lingkungan tokoh:

“Inilah tamanku, taman ini telah ada sebelum aku lahir, dirangkai dengan tangan lembut Bunda. Ketika usia kandungan Bunda tujuh bulan, Ayah membuatkan kolam ikan hias yang mengalirkan air dari air terjun gunung”
                                    (Kelembutan hati) (Taufiqurahman Al-Azizy: 2010: 14)

c.       Dengan menggambarkan perbuatan tingkah laku/ perbuatan/ reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa      :
“Sejenak aku terigat kata-kata mubarok dan membuat dadaku bergetar, berguncang.  Hawa kecemburuan memenuhi rongga- rongga dadaku saat ini!”(mudah cemburu) ) (Taufiqurahman Al-Azizy: 2010:121)

Telah kupikirkan dan kupertimbangkan masalah ini dalam-dalam, aku tak kuasa melawan takdir”(ikhlas) (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:128)

“Kiai Ahmad mengulurkan tangan, dan aku terima uluran tangan beliau,aku cium punggung tangan beliau”(bersikap sopan) (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:121)
                       
                                    “Celakahlah orang yang membolak-balikan kebenaran”
 (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:

b.      Dengan mengambarkan dialog para tokoh:
a)      Tokoh Zaki dengan Ayah             :
1.      “Jadi kau menerima perjodohan ini sebab ia putri, Kiai? “ Bukankah agama harus lebih dipertimbangkan, daripada selainnya, Ayah?”(berfikir logis) (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:73)

2.      “kenapa Ayah merasa harus bertanggung jawab atas ulah pemerintah yang hendak menggusur warga?, “tanyakan itu kepada Allah” (Egois) (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:

b)      Tokoh Zaki dengan Bisri
1.      “ Aku tidak tergila-gila menjadi terdepan disini, entah siapapun yang memimpin, silakan.” (Bijak) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:

c)      Tokoh Zaki dan Salma      :
1.      “ Api cinta telah membakarmu, Mas.” “ Biarlah aku terbakar, bahkan hingga hangus menjadi debu”(dibutakan Cinta)
(Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:

d)      Tokoh Zaki dan Kiai Ahmad
1.      “Aku yakin Kiai bisa bersabar untuk tidak mengubah perjodohanku dengan Zulfa”. (berkeyakinan)
 (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:129)

e)      Dialog Zaki dengan Kiai Ahmad
“Apa saja yang mas Masduqi ajarkan padamu, Zaki?
“Ilmu ku masih terbatas, Aku belum mengerti apa-apa”
(Rendah Hati) (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :122)

Karakter Zulfa:
            Zulfa adalah anak yang manja, egois dan terkesan agak sombong karena ia didik oleh Ayahnya dengan kekayaan, dia juga tak seutuhnya menjadi wanita seperti di pesantren malah gayanya cenderung seperti orang kota. Hatinya seakan tertutup dengan kebenaran terebukti ia lebih memilih Dimas dibandingkan Zaki, dan ia tega memfitnah Zaki.


1.      Cara tak langsung/Dramatik         :

a)      Dengan menggambarkan jalan pikiran tokoh                    :

“Asal engkau tahu, seharusnya malam itu aku berada di Jakarta, karena esok harinya ada sesi pemotretan. Tetapi aku harus menerima kekecewan karena engkau tidak datang”(Egois) (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:110)

b)      Dengan menggambarkan perbuatan tingkah laku/ perbuatan/ reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa      :
“Neng Zulfa sudah tahu kedatangan Mas Zaki, tetapi neng Zulfa seakan tak peduli” (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:121)

c)      Dengan mengambarkan dialog para tokoh
Dialog Bunda dengan Zaki:
“Hatinya bagaikan hati bidadari,” ucap Bunda
“Hati siapakah itu? Tanya Zaki
“Hati Zulfa” (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:25)

Dialog Zaki dan Salma     :
      “ Bolehkah aku menyampaikan pendapatku tentang Zulfa, Mas?
      “ Tentu saja”
      “ Sepertinya dia gadis yang angkuh”
      (Angkuh) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:113)

Dailog Zaki dengan Mubarok
“ Zulfa itu periang, agak cerewet, kalau sedang ngambek keliatan dari raut wajahnya. Neng Zulfa itu manja karena putri satu-satunya pak Kiai”
(Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:134)

Dialog Zulfa dan Zaki
“Cepat datang!” Sifat kemanjaan Zulfa mulai tampak dari caranya ia berbicara” (Manja) (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :249)

Dialog Bisri Dan Mubarok
“... Seharusnya dia lebih mempertimbangkan jati dirinya sebagai anak puteri seorang          Kiai daripada menuruti sakit hatinya (Mudah sakit Hati)
(Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:366)

Karakter Salma         :
            Salma adalah mantan seorang pelacur, kesombongan Salma terhadap bisri yang hanya pemulung dan ia seakan tak mau mendengar apa yang Bisri ucapkan. Tetapi setelah adiknya sembuh karena uang yang di kasih Bisri Salma akhirnya mau meminta maaf dan mengakui keslahannya, dan ia akhirnya mau bertobat, Salma merupakan wanita yang mau terus belajar dan berubah. Bahkan dia adalah wanita yang tegar, saat orang lain mencoba mengusik kehidupannnya.
1.      Cara tak langsung/Dramatik       :

a)      Dengan menggambarkan jalan pikiran tokoh                    :
“Wajahku cantik dan masih muda, ini adalah karunia Tuhan dan aku berhak membelajakan karunia Tuhan ini dengan caraku.” (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:49)

“Tentunya aku malu menyeru-Mu, Padahal aku selalu mengulangi- dosa- dosaku. Tetapi pada siapa aku menyereru, padahal aku sudah tergelincir dengan dosa- dosa di setiap siang dan malamku” (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:55)


b)      Dengan menggambarkan perbuatan tingkah laku/ perbuatan/ reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa
“Gemetar tubuhku mengingat- ingat perkataan Bisri, dan didorong rasa ingin berterimakasih dan meminta maaf aku pun mencarinya”. (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:54)

“Salma melemparkan surat undangan pertunangan yang dulu dibawa Zulfa untuk Kiai dan Nyai Masduqi di depan wajah Zulfa” (tidak bisa mengendalikan emosi) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:397)

“Akiu meminta maaf kepada adikku, bapak dan Ibu, kubuka selendang kejujuran dan ku bentangkan aibku di depa mereka”. (Berkata jujur) (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:56)

“Saat itu juga aku berjanji akan selalu berkata jujur. Aku ingin kembali kepada Tuhan..” (Taufiqurahman:2010:57)

c)      Dengan mengambarkan dialog para tokoh           :
Dialog Tokoh Zaki dan Salma
“… karena Mas lebih baik menyampaikan permintaan maaf langsung, tanpa melalui surat”(Bijak) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:

Dialog Salma dan Bisri     :
“ Jadi mbak ini Melacur?” “Kenapa, Mas jangan Munalah. Beberapakali aku pake tukang rongsok seperti, Mas, kalau aku terpaksa”.Tidak perlulah menceramahiku, sebab aku sudah kenyang dengan ceramah agama”.
(Sombong) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:46)

Karakter Dimas        :
            Dimas merupakan santriwan di pesantren Kiai Ahmad, sifatnya pemalas dan iri hati. Dia merupakan orang ketiga yang membuat hancurnya hubungan Zulfa dan Zaki. Dia amat sombong saat tahu pesantren Kiai Masduqi yang akan memimpin acara tersebut, dia juga orang yang licik dan bermuka dua.

1)      Cara tak langsung/Dramatik   :

a)      Dengan menggambarkan jalan pikiran tokoh                    :
“pesantren Kiai Ahmad dengan pesantren Kiai Masduqi tak bisa dibandingkan, karena pesantren Kiai Ahmad pesantren elit”(Sombong)
 (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:188)


c)      Dengan menggambarkan perbuatan tingkah laku/ perbuatan/ reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa

“ Dimas dan teman- teman datang sesudah magrib dan meminta acara segera dimulai, padahal acara sehabis Ba’da Isya. Ia sengaja membuat Zaki terkesan terlambat”(Licik) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:184)

c.       Dengan mengambarkan dialog para tokoh
Dialog Dimas ke Zaki       :
“.. Terima saja nasibmu bung, aku yang menang, engkau kalah.”
(Licik) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:

“Apa kabar Gus? Dimas bertanya sangat ramah, Ramah sekali berbeda dengan sikapnya yang tadi malam”. (bermuka Dua)
Dialog Zaki dan Mubarok : (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :212)

      “Bagaimana sifat dimas, yang kamu ketahui?”
“Dia adalah santri pemalas diantara santri yang malas-malas”
(pemalas) (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:
                                   
                                    “Dimas menginginkan agar ia dan Zulfa agar cepat bertunangan dengan                                       caranya yang sangat halus membujuk Zulfa” (Licik)
 (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:365)

“aku khawatir apabila Mas Zaki hanya diam dan merawat cinta, dimas akan menjadi rumput liar dalam ladang cinta neng Zulfa”
3.2.4   Latar atau Setting

1.       Latar Tempat          
a.       Di taman belakang rumah
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti di bawah ini:
“ Setiap pagi Bunda menyiraminya, disekelilingnya Bunda meletakan pot-pot bunga sebagi temannya, seakan ingin menambahkan keindahan ayah membuat sebuah kolam ikann hias dan mengalirkan air dari air terjun di pegunungan” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : 14)

b.       Pesantren Kiai Ahmad
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti:
“Para santriwan dan dan santriwati pesantren Kiai Ahmad tampak saling mengintip dari jendela-jendela kaca biliknya”.
 (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : 29)

c.       Taman Kota
Hal tersebut dapat dibuktikan dibawah ini:
“Ia tengah menghitung uang hasil menjual rongsokan di taman kota”.
(Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : 44)

d.      Pesantren Kiai Masduqi
“ketika masuk, dia melihat laki-laki sholeh tengah berdiri diatas mimbar, dan disekelilingnya terlihat orang mendengarkan smbil menangis”. (Taufiqurahman Al-Azizy:2010:50)

“Kuikuti sampai di Pesantren. Langkah kakiku tak sanggup memasuki pesantren”(Taufiqurahman Al-Azizy:2010:56)
“Entah siapa yang memulai, para santriwan dan santriwati berbaris disepanjang halaman pesantren.

e.       Tempat Pemakaman
“Hari kamis lalu, aku tersentak banyak orang yang datang ke kuburan”
(Taufiqurahman Al-Azizy:2010:56)

f.       Penjara
“Aku tak bisa menahan air mataku saat Bisri, Juned dan Mubarok Membesukku” (Taufiqurahmman Al-Azizy:2010:332)

“..Kami yakin sebentar lagi kau akan bebas dari tempat ini, engkau tidak sepantasnya di penjara”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :391)

g.      Jawa Timur
Kita teryata mendapat simati juga, beberapa Kiai dari Jawa Timur datang datang kepada Kiai” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : 390)

h.      Masjid
“ Tak kami kira, Masjid komplek perumahan ini begitu besar dan begitu mewah”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :

“Kenapa Ayah harus membaca syair-syair itu diserambi mesjid ini”.
(Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :

“Bertapa terkejutnya aku melihat Bisri tengah menyimak bacaan ayat suci, Aku terjatuh lunglai”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :

“Lalu benak mengajakku pulang dan tidak perlu bertemu Zulfa, apalagi bertemu di Jembatan seperti ini?” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :

“Di rumah Allah, Ayah mengumpulkan para warga”

i.        Rumah Zaki
“Kutemukan diriku sendiri terus melangkah dihadapan pesantrenku, menuju ke rumah. Kubuka pintu rumah dengan perlahan” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :

“Maka aku pun masuk ke dalam rumah, kulihat salma, bunda dan ayah”
(Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :198)

“Aku masuk ke dalam rumah, aku duduk dihadapan Ayah yang tengah membaca surat dari Kiai Ahmad”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :254)

j.        Dapur
Dibantu beberapa Ibu dan santriwati, Bunda dan Salma sibuk memasak nasi, membuat lauk pauk dan sayur.


2.      Latar Waktu
a.       Malam hari
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
“Malam hari Ayah dan Bunda berjalan kaki ke tempat Kiai Ahmad, maklum kami tidak memiliki kendaraan. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : 26)

“Waktu terus berjalan. Selimut malam semakin erat memeluk langit”.
(Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :93)

“.. Tetapi malam ini, seakan-akan aku sedang menapaki jalan sepi”.
(Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :84)

“langit malam terbentang indah, bintang-bintang bagaikan mata bidadari yang berkelip-kelip” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :

“Selubung malam semakin kelam karena wajah-wajah sendu dan kesedihan warga”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :232)

“Terkadang, saat udara malam menusuk tulang saat aku dan temn-teman asik berbincang serambi mesjid”

b.      Sore hari
Hal tersebut dapat dibuktikan dibawah ini:

“Ketika sedang mensyukuri rezeki itulah, seorang gadis mendekatiya. Keadaan taman sore itu begitu sepi”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : 44)

c.       Magrib
“Aku segra menuju ke tempat wudhu lalu bergabung bersama jamaah untuk menegrjakan sholat magrib” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :220)

i.        Jam 4
Waktu telah menunjukan angka empat lebih seperempat”
(Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :211)

3.       Latar Sosial

4.      Latar Suasana
a.       Menegangkan
Hal tersebut dapat dibuktikan dibawah ini:
“Tidak perlulah kau menceramahiku, sebab aku sudah kenyang dengan ceramah agama”.
“Hai perempuan! Syahwana lebih baik daripada kau! Syahwana punya hati sedangkan hatimu sendiri kau cabut dari tempatnya”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 : 49)

                                    “ Buldoser-buldoser itu sudah siap mencabik-cabik dinding-dinding rum-
                                    ah warga , pemandangan selanjutnya membuat jantungku berdegup ken-
                                    cang .Ibu-ibu mulai menjerit, sedang anak mereka menangis ketakutan.
                                    Para warga melemparkan batu kecil, katu dan benda apa saja yang ada di                                     dekat mereka kearah satpol dan dibalas dengan pentungan satpol ke
                                    Badan para warga” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :226)
                                                                       
b.      Gelisah
“Adakah hati telah bergeser dari cinta-Mu, ya Rabb-ku hingga aku gelisah seperti ini”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :149)

“saat kami kembali ke pesantren, meraka masih terus duduk-duduk dengan wajah yang cemas dan gelisah(Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :101)

c.       Kesedihan
“Aku tak bisa menahan air mataku saat Bisri, Juned dan Mubarok Membesukku. Jiwaku seakan lumpuh begitu mendengar cerita mereka tentang keadaan Ayah dan Bunda” (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :332)

“Selubung malam semakin kelam karena wajah-wajah sendu dan kesedihan warga”. (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :232)

j.        Kecewa
Haruskah kami kecewa dengan pengaduan para warga? (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :101)

                            “Tolong katakan pada mas Zaki, hari aku sunguh kecewa”.
 (Taufiqurahman Al-Azizy. 2010 :99)
3.2.6.      Titik Pengisahan
            Dalam Novel Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman Al-Azizy titik pengisahan yang dipergunakan oleh Taufiqurahman Al-Azizy adalah sebagai Tokoh yaitu dengan titik pengisahan pengarang sebagai tokoh protogonis. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa bukti di bawah ini:
1.      “Kisahku bukti betapa besar cinta kasih Ayah dan Bunda”
2.      “Sejak bulan pertama Bunda mengandungku, Bunda dan Ayah sering kali membicarakan kemungkinan jenis kelaminku”
3.      “Sumpah atas nama Pencipta langit dan bumi, rasa-rasanya aku tak kuat melangkahkan  kakiku , rasa-rasanya lidahku kelu dan kata-kataku lenyap..”
4.      “Mendengarkan hal itu hatiku terbakar”
5.      “Dan mataku tertuju padanya dan matanya pun juga dan mata kami saling bertabrakan”
3.2.5.      Gaya Pengarang
a.       Gaya pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita
Gaya pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah dengan menggunakan pendeskripsian melalui kata-kata yang mendetail tentang suatu objek, pengambaran karakter tokoh utama sangatlah islami karena latar tempat yang diceritakan betempat di pesantren, nasehat-nasehat agama sangat ditonjolkan dari novel ini.
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

1.      “Taman ini telah ada sebelum aku ada. Dirangkai dengan tangan-tangan lembut Bunda, lihatlah daun-daunnya merimbun dan batan-batangnya bercabang, disekelilingnya bunda meletakan pot-pot bunga sebagai temnnya. Melati, lili, pakis klul dan krokot merah tumbuh bersam-sama”.

2.      “Lebih baik kita bermohon kepada-Nya, agar mengaruniai keselamatan kandunganmu”.

3.      “ Kurasa rumah ini tiba-tiba begitu indah atas karunia petunjuk yaang di berikan oleh Allah pada gadis ini melalui Bisri, Cahaya Tuhan memancar dhati Salma”

4.      Apa yang seseungguhnya yang dicari dalam diri wanita sebagai pendaping hidup? Bukankah agama mengajarkan untuk mempertimabangakan terlebih dahulu agamanaya.

b.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang banyak dituangkan pengarang dalam memperkuat cerita novel Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman Al-Azizy adalah sebagai berikut:
1.      Gaya bahasa Personifikasi
“Bila tasbih sekuntum mawar terdengar, ia akan memuji kebesaran-Nya”

“Benda-benda langit seakan riuh bertasbih”

“Selimut malam semakin erat memeluk langit”


2.      Gaya Bahasa Metafora
“Orang yang besar sering kali didatangi pejabat-pejabat besar ya”

3.      Klimaks
“Kiai Ahmad sekarangsudah menjadi Kiai yang besar, memiliki
pesantren yang besar dan ribuan santri.

4.      Hiperbola
“Aku bersaksi bahwa persendianku seakan lumpuh”

“Aku belum pernah bertemu denganya, tetapi nama itu telah merobek-robek malamku dan mencabik-cabik siangku”

“Hampir saja air mataku tumpah setelah mendengar kisah Salma”

“Hal yang membuat hatiku bergetar hebat, jiwanya berguncang dasyat adalah peristiwa malam itu”.

“Angin ribut telah menguncang Jiwaku”

“Perasaan cinta telah mengerus hatiku segerus-gerusnya”.

“Dadaku telah berdetak kencang, degup jangtungku seakan berlari kencang”.

“Hanya Dimas yang memadukan cemburu dan iri yang memukul-mukul jantung hatiku”.

“Aku mual mendengar dimas dan zulfa bercakap-cakap, seakan mereka senggaja untuk membakar jiwaku, menghanguskan perasaan”


5.      Simile

                                      “Bila ingin melihat jauhnya jarak langit dan kedalaman sumur, maka
                                        Liatlah perbedaan anatara pesantren Ayah dan pesantren Kiai Ahmad”
           
“Warnanya seumpama pipi gadis jelita yang merah merona dihadapan wajah sang kekasih”

“Kidung Shalawat yang sering dilantunkan Ayah seumpama semilir Angin yang menyejukan”

“Hatinya bagikan hati bidadari”.

“Jiwaku seakan-akan terbang melayang”

“kepada dia yang bibirnya seumpama batu rubi”
6.      Paradoks
“Megah dan besarnya pesantren ini, belum tentu semegah hati Kiai kita”.

3.2.7.      Amanat
a.       Amanat Umum
Amanat umum yang dapat diambil dari novel Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman Al-Azizy adalah sebagai berikut:
a)      Jangan mudah percaya sama perkataan orang lain.
Zaki dijebak karena ia begitu mudahnya percaya dengan temannya Dimas, bahwa Ivone sakit dan disanalah karena kecerobohannya dia terjebak dan difitnah.

b)      Anak Kiai belum tentu sikapnya baik.
Tanpa pikir panjang Zulfa menuduh Zaki memperkosa tanpa ada melihat bukti-bukti terlebih dahulu. Dan malah tega bertunangan dengan laki-laki lain saat Zaki di penjara, bahkan ia tak sopan saat dengan Bunda Zaki saat mengantarkan undangan pertunangannya dengan Dimas.

c)      Selalu bersangka baik terhadap Allah
Walaupun masalah yang bertubi-tubi datang ke diri Zaki ia berusaha tetap sabar dan tetap percaya bahwa Allah akan selalu membantunya.

b.      Amanat Khusus
Amanat Khusus yang dapat diambil dari novel Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa karya Taufiqurahman Al-Azizy adalah sebagai berikut:
1.      Tentang Moral
Hal tersebut nampak dari bukti kutipan dibawah ini
a)      “Ayah khawatir mendengar perkataanmu seperti itu, Rayhan. Pengetahuanmu sudah luas, tetapi hatimu sempit.

b)      “Zaki mencium punggung tangan Kiai Ahmad”

c)      “Seharusnya dia lebih mempertimbangkan jati dirinya sebagai puteri Kiai daripada menuruti sakit hatinya”

d)      Jika hal yang sepele saja diremehkan, bagaimana dengan hal besar? Datang saja terlambat. Bagaiaman akan mngurusiurusan-urusan umat?”

e)      Kecemburuanmu bukanlah kecemburuan yang suci jika engkau begitu, sesungguhnya yang ada pada dirimu bukanlah perasaan cemburu melainkan iri hati

f)        Cemburu adalah ketika engakau menyaksikan seorang ahli yang berilmu

2.      Tentang Agama
a)      “ Tuhan yang tadi kau sertakan padaku dalam sumpahmu, pakailah uang itu dan berjanjilah kamu tidak akan menjual diri dan jangan membawa Tuhan dalam urusan maksiatmu”

b)      “Adikku sembuh dari uang yang kudapatkan bukan dari hasil menjual diri..., ini kan keajaiban Tuhan?”

c)      “ Yakinlah bahwa Allah  tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya kehausan, kelaparan dan sakit tanpa aja jalan keluar”.

d)      “Sesunnguhnya kata adalah Dosa dan setiap ucapan menjadi cermin bagi jiwa yang berkata”

e)      “Kesedihan adalah obat bagi hati yang merindukan kebenaran”

f)        “Akannkah kita bersenang-senangnya dengan amanah ini, sementara api Jahanam berkobar-kobar menanti amanah ini bila kita lengah”

g)      “Ayah berpesan agar kami semua bertakwa kepada Allah, Agar kami selalu berusaha dekat dengan Allah”.

h)      “Ajaklah mereka mendekati Tuhan”

i)        “Hati-hatilah dengan kecantikan wajah, mubarok, sebab hatinya bisa terjerat dan nafsu yang rendah bisa merusakmu”

j)        “Sakit adalah kesempatan yang diberikan sehat sebagai Anugerah Tuhan untuk mengurasi dosa”


k)      “Hati-hatilah dengan tipu daya setan karena bisa jadi seta menampilkan kebaikan-kebaikan di hadapan kita, menyuguhkan keindahan dihadapan kita, walaupun itu tipu dayanya menghancurkan kita”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar