Tanda
Tanya ?
1. Tanda
tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim
dalam tulisan ilmiah.
2. Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
Tanda Seru
(!)
Tanda seru dipakai sesudah
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Contoh:
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!
Oleh karena itu,
penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau
ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau
transkripsi drama.
Tanda
Kurung ((...))
1. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh:
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang
dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat
Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
Pembalap itu berasal dari (kota)
Medan.
4. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari
penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda
kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Contoh:
Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c.
1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin
Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c.
1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin
Ukraina
Tanda
Kurung Siku ([...])
1. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
Tanda
Petik ("...")
1. Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
Contoh:
Contoh:
"Saya belum siap," kata
Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi,
"Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2. Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Contoh:
Bacalah "Bola Lampu" dalam
buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang
berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat
pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Contoh:
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara
"coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan
remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4. Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat
julukan "Si Hitam".
Bang Komar sering disebut
"pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Tanda Petik
Tunggal ('...')
1. Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Contoh:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi
'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan,
kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika,"
ujar Pak Hamdan.
2. Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
Contoh: feed-back 'balikan'
Contoh: feed-back 'balikan'
Tanda
Garis Miring (/)
1. Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau
sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar (harganya
Rp125,00 tiap lembar)
kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20
meter per detik)
7/8 atau 7⁄8
xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak
dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda
bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih
rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
Contoh: .
Contoh: .
3. Tanda
garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
Tanda
Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk
ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar