Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................. 2
Bab II Landasan Teori
2.1 Pengertian
sastra .................................................................................................... 3
2.2 Bentuk-bentuk
sastra.............................................................................................. 3
2.3 Prosa fiksi............................................................................................................... 3
2.4 Jenis-jenis
prosa fiksi ............................................................................................. 3
2.5 Novel ................................................................................................................... 10
2.6 Unsur-unsur
novel ................................................................................................. 11
Bab III Analisis Unsur Intrinsik Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata
3.1 Sekilas
tentang pengarang .................................................................................... 12
3.2 Sinopsis novel
Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono........................... 12
3.3 Tema ..................................................................................................................... 14
3.4 Alur/plot ............................................................................................................... 14
3.5 Tokoh dan
perwatakan.......................................................................................... 18
3.6 Latar/Setting.......................................................................................................... 28
3.7 Gaya pengarang..................................................................................................... 32
3.8 Titik
pengisahan..................................................................................................... 34
3.9 Amanat ................................................................................................................. 34
Bab IV Simpulan
4.1
Kesimpulan ..................................................................................................... 36
Daftar
Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Anatomi
adalah ilmu yang mempelajari tentang letak dan hubungan bagian-bagian tubuh
manusia, namuh pada permasalahan ini yang di maksud Anatomi yaitu yang
mempelajari bagian-bagian atau yang berhubungan dengan karya sastra, terutama
dalam bentuk karya sastra novel. Prosa adalah wacana dalam bentuknya yang
bebas, tidak terikat oleh ketentuan yang berlaku pada sajak atau puisi. Fiksi
adalah khayalan rekaan, cerita yang ditulis berdasarkan rekaan atau hasil daya
khayal pengarang, missal novel, cerpen. Jadi Anatomi Prosa Fiksi adalah Ilmu
yang mempelajari tentang bagian-bagian yang terdapat pada karya sastra, dengan
bentuk wacana yang bebas atau tidak terikat oleh ketentuan yang berlaku pada
sajak atau puisi, serta dalam karya sastra tersebut mempunyai daya khayal oleh
pengarang tersebut yang di tuangkan kedalam bentuk karya sastra, salah satunya
yakni karya sastra yang berupa novel.
Dalam
dunia sastra sendiri terdapat pula bentuk karya sastra yaitu, Puisi, Prosa
Fiksi, dan Drama. Dan yang terdapat pada makalah ini yaitu tentang permasalahan
yang berkaitan dengan prosa fiksi atau lebih di khususkan tentang novel. Dalam
novel tersebut terdapat unsur ntrinsic atau lebih dikenal unsur yang terdapat
di dalam novel tersebut yakni yang mengkaji tentang isi atau yang terdapat di
dalam novel tersebut, misalnya Tema novel, Alur/Plot, Tokoh dan Perwatakan,
Latar/Setting, Gaya, Titik Pengisahan, dan Amanat, serta unsur ekstrinsik
seperti mengenai tentang Pendidikan, Keagamaan, Soaial Budaya, Politik, Adat
Istiadat dan hal itu semua yang terdapat atau yang mendukung bahwa pada novel
tersebut selain mempunyai ide pokok dimana bahwa novel tersebut mempunyai
nilai-nilai yang bisa menjadi ciri khas pada novel tersebut.
Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis hanya akan membuat atau menganalisis tentang unsur
ntrinsic yang terdapat pada novel yang berjudul “Sepatu Emas Untukmu “ karya
Maria A Sardjono.
1
1.2 Perumusan
Masalah
Dalam menganalisis
novel yang berjudul Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono, maka timbul
beberapa pertanyaan yang di jadikan sebagai perumusan masalah, seperti :
1) Apa
Tema yang terdapat pada Novel tersebut ?
2) Bagaimana
Alur/Plot pada novel tersebut ?
3) Siapa
Tokoh yang terdapat pada novel tersebut ? dan Bagaimana Perwatakan Tokoh
tersebut ?
4) Dimana
Latar/Setting yang terdapat pada novel tersebut ?
5) Gaya
apa yang di gunakan oleh pengarang dalam novel tersebut ?
6) Bagaimana
Titik Pengisahannya yang terdapat pada novel tersebut ?
7) Apa
Amanat/Pesan yang disampaikan oleh pengarang yang terdapat pada novel tersebut
?
1.3 Tujuan
Penelitian
Dalam menganalisis novel
ini penulis mempunyai tujuan penelitian, di antaranya :
1) Ingin
mengetahui Unsur Intrinsik yang terdapat pada Novel tersebut, seperti :
Tema
atau pokok permasalahan yang terdapat pada cerita tersebut, Bagaimana Alur/Plot
dari cerita tersebut, Siapa Tokoh dan Bagaimana Perwatakan dari Tokoh yang ada
pada cerita, Dimana Latar/Setting yang di ceritakan oleh pengarang melalui
Tokoh tersebut, Gaya apa yang di gunakan oleh Pengarang tersebut dalam
ceritanya, Bagaimana Titik Pengisahannya yang terdapat pada novel tersebut, dan
Apa Amanat/Pesan yang terdapat pada cerita/novel dari si pengarang tersebut.
2) Ingin
mengetahui nilai apa yang terkandung pada novel tersebut di dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Ingin
mengetahui Biografi dari Pengarang tersebut ?
1.4 Manfaat
Penelitian
Dari analisis novel
tersebut mempunyai manfaat khususnya untuk penulis yaitu bisa lebih mengetahui
unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada novel tersebut, sehingga pada saat
membaca novel bisa menguasai atau bisa mengetahui lebih tentang apa yang
terdapat pada novel tersebut. Serta manfaat lainnya yaitu dapat berupa sebagai
alat pembantu dalam membaca novel dan bisa mengetahui sekilas tentang biografi
dari pengarang, dengan di lakukannya penelitian itu semua bisa menjadi lebih
memudahkan kepada si pembaca mengenai unsur-unsur intrinsik novel serta bisa
juga menambah wawasan kita dalam membaca bentuk dari karya sastra tersebut,
salah satunya yaitu novel.
2
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Sastra
Perlu kembali diingat bahwa pengertian sastra adalah hasil
karya kreatif manusia yang menggunakan bahasa sebagai media ekspresinya baik
lisan maupun tulisan. Atau bisa di sederhanakan menjadi karya seni yang
menggunakan bahasa sebagai medianya baik lisan maupun lisan. Ada kata seni di
sana, artinya ada faktor-faktor estetika yang sangat diperhitungkan dalam
proses penciptaannya, dan faktor yang menonjol dalam perhitungan estetika tentu
saja imajinasi. Ada Pengertian lain dari Sastra yaitu Bahasa dalam karya tulis
yang mampu menggetarkan jiwa, indah, tulisan/huruf (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Masa Kini).
2.2 Bentuk-bentuk Karya
Sastra
Dalam Sastra terdapat pula bentuk-bentuk dari karya sastra itu
sendiri yaitu ada tiga penggolongan yang menjadi bentuk dari karya sastra yaitu
Pertama Puisi, Kedua Prosa Fiksi, dan Ketiga Drama.
Puisi adalah bentuk
karya sastra yang diungkapkan dengan gaya dendang.
Prosa adalah bentuk
karya sastra yang diungkapkan dengan gaya cerita
Drama adalah bentik
karya sastra yang diungkapkan dengan cara dialog.
2.3 Prosa Fiksi
Prosa Fiksi bisa disebut juga Cerita Rekaan/Cerkan yang
mempunyai pengertian yaitu prosa atau karangan bebas yang dimuati imajinasi di
dalamnya. Seperti yang di tulis Panuti Sudjiman dalam ‘Kamus Istilah Sastra’
misalnya, ia membuat pengertian cerkan sebagai cerita yang mempunyai tokoh, dan
alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa (Panuti
Sudjiman: 1984 :16).
2.4 Jenis-jenis Prosa
Fiksi
Prosa fiksi dapat di
golongkan kedalam beberapa jenis, dasar penggolongan dapat dilakukan
berdasarkan kurun waktu, gaya ungkap, isinya dan unsur-unsur yang menonjol.
A.
Penggolongan berdasarkan
kurun
waktu
atau jaman
Dilihat dari kurun waktu atau jaman, prosa fiksi atau cerkan dapat
digolongkan pada proses fiksi lama dan fiksi baru.
3
Prosa fiksi atau cerkan lama
Cerkan lama masih terbagi lagi pada jenis-jenis cerkan sebagai
berikut :
1)
Dongeng
Dongeng yang sering disebut juga foklore merupakan cerita
rekaan yang pendek pada umumnya mengisahkan peristiwa dengan memasukan hal-hal
keajaiban dan tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Dongeng hidup dalam
masyarakat secara turun temurun. Dilihat dari isinya dongeng terbagi lagi pada
beberapa jenis yaitu :
a.
Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan
(MITE)
Mite atau mitos berasal
dari bahasa yunani yaitu mythos yang artinya cerita dewata tentang bumi dan
segala isinya. Mite sangat berhubungan dengan kepercayaan suatu masyarakat setelah
melihat kejadian alam.
b.
Dongeng yang dihubungkan dengan kenyataan alam
(LEGENDA)
Dongeng ini hasil rekaan
yang dicari-cari setelah melihat keadaan alam yang menyerupai sesuatu, misalnya
gunung yang menyerupai perahu terbalik, batu karang yang menyerupai kapal dan
lain-lain.
c.
Dongeng yang berhubungan dengan kepahlawana
(SAGE)
Sage merupakan cerita
yang bersandar pada fakta sejarah, walaupun tidak menjamin bahwa itu sejarah.
Doneng ini sering menceritakan asal-usul sesuatu yang ada dalam sejarah. Misalnya
dongeng Loro Jongrang dan Ken Arok.
d.
Dongeng yang berhubungan dengan kehidupan
binatang (FABEL)
Fabel adalah cerita
tentang binatang yang seakan-akan berlaku sebagai manusia. Tokoh-tokoh dalam
cerita itu adalah binatang tapi karakter seperti kecerdikan, kemalasan dan
sebagainya adalah gambarab simbolik tentang manusia. Dongeng tersebut misalnya
kancil dan buaya.
e.
Dongeng jenaka
Dongeng jenaka sering
diebut juga dongeng pelipur lara. Meski begitu dongeng ini mengandung juga
unsur-unsur didaktis yang berupa sindiran halus bagi orang-orang tertentu,
tentang orang malas. Misalnya disetiap daerah biasanya mempunyai tokoh-tokoh
jenaka seperti Si Kabayan dan Pak Belalang.
4
2)
Hikayat
Hikayat merupakan cerita
rekaan lama yang panjang dan mengisahkan peristiwa dengan memasukkan unsur
keajaiban seperti dongeng. Cerita ini biasanya berpusat pada kehidupan
raja-raja, keluarga dan pembantu dekatnya
Ciri-ciri hikayat yang universal antara lain :
a.
Adanya tokoh pusat yang dikelilingi oleh tokoh
sampingan yang keseluruhannya mewakili sejumlah kelompok tertentu
b.
Dalam segala situasi tokoh pusat selalu menonjol
dalam hal kebaikan dan keunggulan.
c.
Perlawanan terus menerus antara dua pihak, yaitu
pihak yang baik dan hendak memantapkan kembali keserasian hukum alam semesta
yang terancam oleh pihak jahat.
d.
Perlawanan antara kebaikan dan kejahatan
mengakibatkan peperangan stereotip yang tidak pernah berhenti.
e.
Pada umumnya berbentuk tulisan tangan dan
diperbanyak dengan cara menyalinnya.
Hikayat dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a.
Cerita-cerita melayu
b.
Cerita-cerita panji dari Jawa
c.
Cerita-cerita bersumber Epos Hindu
d.
Certa-cerita dari dunia islam
e.
Cerita-cerita pantun sunda
f.
Cerita wawacana
3)
Cerita Sejarah
Ceita sejarah adalah
cerita tentang raja-raja atau kepala negeri yang biasanya bersndar pada
kenyataan sejarah, namun tidak seluruhnya merupakan fakta sejarah.
Pengelompokkan ini lebih cenderung melihat dari isi cerita yang dilihat sangat
nampak unsur rekaan sejarah. Beberapa diantara cerita yang tergolong cerita
sejarah ini adalah Hikayat Raja-raja Pasai dan Silsilah Raja-raja di Tanah
Jawa.
A.
Penggolongan berdasarkan
gaya
ungkap
atau tipenya
Berdasarkan
penggolongan ini cerkan dapat terbagi pada narasi, deskripsi dan semi dramatik.
5
a.
Narasi
Narasi adalah tipe cerita
rekaan yang gaya ungkapnya menuturkan. Cerkan tipe ini biasanya memberikan
kesan lancar dari awal, tengah sampai akhir. Kesan yang timbul adalah kesan
kuantitatif, banyak meski Cuma sepintas-sepitas saja.
b.
Deskripsi
Deskripsi adalah tipe
certita rekaan yang gaya ungkapnya melukiskan atau menggambarkan secara rinci.
Cerkan tipe ini biasanya memberikan kesan kualitatif, sedikit tapi dalam dan detail.
c.
Semi Dramatik
Semi dramatik adalah tipe
cerita rekaan yang gaya ungkapnya bercakap-cakap, baik berupa dialog atau
monolog. Sedangkan dalam gaya ungkap dialog terdapat percakapan antara tokoh
satu dengan tokoh lainnya.
Pembagian tersebut hanya merupakan dasar teoriti
saja, kalau pun cerkan dapat dikatakan cerkan narasi misalnya, hal itu karena
ungkapan narasi nampak mendominasi ungkapan lainnya, demikian juga untuk tipe
lainnya seperti deskripsi dan semi dramatik.
B.
Penggolongan berdasarkan
isi
Cerita rekaan dapat
digolongkan pula berdasarkan isi dan struktur ceritanya. Tetapi penggolongan
ini lebih cenderung diperuntunkan pada novel atau roman. Berdasarkan sumber
yang ada, maka penggolongan berdasarkan isi ini cukup dengan contoh-contoh dari
roman atau novel. Tetapi tentu saja ini sekedar contoh, artinya proses pandang
mengenai hal ini harus dilebarkan pada jenis cerkan yang lainnya.
a.
Roman atau Novel Bertendens
Tendens berarti tujuan,
artinya novel bertendens adalah novel bertujuan. Hal ini nampak dari cerita
yang diungkapkan menunjukkan keganjilan-keganjilan dan kepincangan-kepincangan
dalam kehidupan suatau masyarakat dengan tujuan untuk memperbaikinya.
Kepincangan atau keganjilan dapat meliputi wilayah permasalahan sosial, politik
atau religius yang pada akhirnya akan membangkitan pandangan-pandangan tertentu seperti ajaran semangat, dan pendapat (Panuti Sudiman : 1984
: 65 ). Untuk novel seperti ini sering dicontohkan “Harimau-harimau”.
6
b.
Roman atau Novel Sejarah
Roman atau novel sejarah
ini melukiskan kehidupan tokoh-tokoh cerita dalam suatu masa sejarah, atau bersender
pada kenyataan sejarah. Tokoh yang ada di dalamnya bisa jadi adalah tokoh
historis ditambah tokoh rekaan, atau bahkan rekaan seluruhnya.
c.
Roman atau Novel Psikologi
Roman atau novel
psikologi merupakan cerita yang terpusat pada ehidupan emosional para tokohnya
dan yang menjajaki tingkatan kegiatan mentalnya yang berbeda-beda. Novel ini
lebih mementingkan alasan dan tujuan tindakan itu sendiri.
d.
Roman atau Novel Perjuangan
Roman atau novel
perjuangan merupakan cerita perjuangan yang dialami tokoh-tokohnya dalam
mencapai cita-cita atau memepertahankan kemerdekaan bangsanya. Cerita seperti
ini nampak dalam ‘Jalan Tak Ada Ujung’ karya Muchtar Lubis.
e.
Roman atau Novel Sosial
Roman atau novel sosial
juga sering disebut novel masyarakat. Novel ini menceritakan suka duka
kehidupan tertentu dalam lapisn sosial tertentu. Biasanya menceritakan
kepincangan-kepincangan sosial akibat hubungan buruk antara manusia dengan
manusia lainnya.
f.
Roman atau Novel Detektif
Roman atau novel detektif
merupakan cerita yang penuh rahasia dalam penyelidikan yang cukup mendebarkan
serta penuh ketegangan yang bertahap. Urutan kejadian atau plot sangat
merangsang padahan atau bayangan mengenai kejadian selanjutnya. Alasannya
pembaca seakan diajak memikirkan penyelesaian masalah yang ada dalam cerita
g.
Roman atau Novel Anak
Roman atau novel anak
merupakan cerita kehidupan anak-anak dengan segala suka dukanya. Novel ini ada
diperuntunkan kepada orang tua sebagai bahan didikan anaknya, ada pula yang
khusus diciptakan dengan perhitungan sebagai bahan bacaan anak-anak.
h.
Roman atau Novel Adat
Roman atau novel adat
merupakan cerita tentang persoalan adat istiadat yang dianggap perlu
diperhitungkan dalam kehidupan manusia. Cerita ini biasanya mempersoalkan adat
yang telah dianggap kuno bagi kemajuan jaman pada maa novel ditulis.
7
i.
Roman atau Novel Keagamaan
Roman atau novel ini
merupakan cerita yang berhubungan dengan keagamaan. Cerita dalam novel ini
merupakan nasehat keagamaan dengan memberikan contoh-contoh kongkrit sebab
akibat yang diderita oleh para tokohnya.
j.
Roman atau Novel Percintaan
Roman atau novel
percintaan merupakan cerita yang disusun berdasarkan pokok persoalan cinta.
Cerita cinta biasa berkembang dalam kehidupan remaja, dewasa dan keluarga.
Novel seperti ini banyak sekali digemari oleh para pembaca terutama para
remaja.
C.
Penggolongan
Berdasarkan Pada Pola Umum Yang Telah Amat
Popular
Roman atau novel dapat
pula dibagi berdasarkan penggolongan pola umum kepopulerannya. Berdasarkan
penggolongan ini hanya ada dua jenis yaitu Roman atau Novel Populer dan Roman
atau Novel Serius.
1)
Roman atau Novel Populer
Roman atau novel populer
atau sering disebut novel pop merupakan karya sastra yang dikategorikan sebagai
satra hiburan dan komersial. Kategori hiburan dan komersial ini menyangkut
selera orang banyak yang terlalu diperitungkan oleh penciptanya sehingga
kualitas sastra menjadi sedikit terabaikan. Tema yang diangkat biasanya
persoalan yang biasa saja alias tema kebanyakan yang telah banyak diketahui orang.
Yang termasuk ke dalam novel populer ini antara
lain :
a.
Roman atau novel detektif
b.
Roman atau novel picisan
c.
Roman atau novel western
d.
Roman atau novel silat
e.
Roman atau novel percintaan
Roman atau novel populer di Indonesia biasnya mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Umumnya bertema cint tanpa persoala serius yang
peristiwanya terjadi pada tokoh-tokoh laki-laki atau wanita muda yang ganteng
dan cantik. Dalam pemilihan tema tidak terlalu banya penjelajahan bai
kemungkinan-kemungkinan pengembangan pokok persoalan dan pengembangan karakter
dari tokoh yang disajikan.
8
b.
Alur terasa datar saja dan sering mengabaikan
variasi karakterisasi tokoh sehingga terasa dangkal.
c.
Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya
bercerita yang sentimental. Bahasa
Indonesia digunakan secara konvensional yang banyak memasukan jargon-jaron pada
masa dibuat.
d.
Bertujuan hiburan sehingga cerita disuguhkan
dengan cara mengasyikan, ringan, namun tetap memiliki ketegangan. Kesederhanaan watak para tokoh
diorientasikan untuk pemenuhan selera populer.
e.
Punya pembaca masl karena sifatnya yang
komersial.
2)
Roman atau Novel Serius
Roman atau novel serius
disebut juga novel literer merupakan novel bermutu sastra. Disebut novel serius
karena keseriusannya dalm menjangkau masalah kehidupan manusia yang diungkapkan
pengaangnya. Novel ini menyajikan persoalan-persoalan hidup manusia dengan daya
tilik yang teliti dan serius, penuh perenungan hakiki manusia yang dalam. Oleh
sebabitu jenis novel ini biasanya langgeng dan bemanfaat bagi penyempurnaan
kearifan hidup manusia, disamping hiburan pesona yang nikmat.
Roman atau
novel serius ini di Indonesia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Tema mengetengahkan pokok persoalan hidup manusia
yang universal dan aktualisasinya abadi.
b.
Peggarapan cerita tidak sesuai dipermukaan saja
tetapi menjarah jauh pada hakiki kehidupan.
c.
Isi cerita penh inovasi, segar dan baru. Penuh
penafsiran hidup yang jitu, merekam alam dan menyajikannya kembali dengan
berbagai kemungkinan.
d.
Bahasanya standar dan terpelihara serta memuat gaya-gaya bahasa yang
telah diperhitungkan sedemikian rupa.
e.
Karakterisasi tokoh sangat diperhitungkan
sehingga yang muncul adalah tokoh-tokoh yang unik dan jarang terjangkau dalam
kehidupan seari-hari.
f.
Novel ini kurang punya pembaca masal, tetapi bagi
pembacanya akan menambah pengalaman hidup baru, sehingga pembaca akan semakin
arif dalam menjalani hidup ini.
D.
Penggolongan berdasakan unsurnya yang menonjol
Roman atau novel dapat juga digolongkan
berdasarkan unsurnya yang menonjol. Penggolongan ini memunculkan jenis nvel
plot, novel watak dan novel tematis.
9
1.
Roman atau Novel Plot
Roman atau novel jenis
ini menekankan pada susunan plot sebagai unsur yang paling ditonjolkan. Dalam
nvel ini susunan peistiwa dirangkai dengan seksama sehingga mampu menarik
perhatian pembacanya.
2.
Roman atau Novel Watak
Roman atau novel waak
menekankan pada variasi dan penonjolan karakter pada tokohnya. Yang menjadi
perhatian pengarangnya adalah manusia-manusia yang berkarakter menonjol,
sehingga dalam ovel ini unsur yang lain seperti plot, setting, tema, dan
lainnya tidak perlu diperhitungkan.
3.
Roman atau Novel Tematis
Roman atau novel ini
sangat mengutamakan ide atau gagasan–gagasan baru sebagai tema. Biasanya pokok-pokok persoalan
yang oleh orang lain tidak pernah terpikirkan muncul kepemukaan cerita. Tema
yang ada sangat unik sehingga mampu menyedot perhatian pembaca dibandingkan
unsur lainnya.
2.5 Novel
Istilah novel masuk ke
Indonesia setelah masa kemerdekaan, pada masa penjajahan Belanda istilah yang
lebih dikenal adalah roman. Abrams mengemukakan bahwa istilah novel
berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah berarti sebuah
barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam
bentuk prosa (Nurgiyantoro, 1995 : 9). Namun istilah novella mengalami
pergeseran dalam kesusastraan Indonesia, istilah novella sering
disamakan dengan novelet yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukupan, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
Pengertian novel menurut Zaidan, dkk. adalah sejenis
prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar, rekaan yang menggelarkan
kehidupan manusia atas dasar sudut pandang dan mengandung nilai hidup, diolah
dengan teknik kisahan dan ragam yang menjadi dasar konvensi penulisan.
Sedangkan menurut Yasin novel diartikan sebagai penceritaan kejadian yang luar
biasa dari kehidupan yang luar biasa karena dari kejadian ini terlahir suatu
konflik, suatu pertikaian yang mengalihkan jurusan nasib mereka (Kusmawi, 2005
: 14).
10
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah prosa imajinatif yang
dibangun oleh unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang mengisahkan kehidupan dengan
berbagai konflik di dalamnya.
2.6 Unsur-Unsur Novel
Unsur novel terbagi
menjai dua yaitu unsur intrinsik yaitu unsur yang membentuk cerkan dari dalam, dan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang turut
membentuk dari luar. Unsur ekstrinsik adalah segala unsur luar yang dominan dan
turut mempengaruhi proses terciptanya cerita rekaan. Unsur ini biasanya melekat
dengan diri pengarang pada hidupnya, seperti agama, adat istiadat, psikologi,
ekonomi, sejarah, pendidikan dan lain-lain.
Sedangkan unsur intrinsik adalah unsur dari dalam
sastra itu sendiri, dan merupakan stu organiasasi yang terjalin satu sama lain
yang secara bersama-sama membentuk cerita. Unsur tersebut meliputu tema, alur
atau plot, tokoh dan perwatakan, lattar atau setting, titik pengisahan atau
juru cerita, gaya pengarang dan amanat.
Di bawah ini ada penjelasannya dari
unsur-unsur intrinsik yaitu :
- Tema
Cerita
rekaan tercipta setelah pengarang memperoleh pengalaman. Dari pengalaman itulah
akan di peroleh persoalan-persoalan yang beraneka ragam yang lantas di jadikan
sumber ide. Pokok persoalan yang menarik bagi pengarang cerkan selalu persoalan
manusia karena hidup manusia memang selalu penuh dengan benturan-benturan atau
konflik. Konflik itu mungkin konflik manusia dengan manusia lainnya, manusia
dengan dirirnya sendiri, manusia dengan kepercayaan. Manusia dengan alam, dan
lain sebagainya. Tema dalam cerita rekaan tidak dapat di temukan secara
eksplisit. Pembaca akan mendapatkannya setelah membaca seluruh isi cerita
rekaa. Penentuan sebuah tema dihasilkan dari pengambilan kesimpulan atas segala
paparan peristiwa dari awal sampai akhir cerita.
- Alur atau Plot
Peristiwa-peristiwa
yang tersusun menjadi cerita tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan terjalin
dalam suatu susunan yang sambung menyambung berdasarkan hukum sebab akibat. Ini
berarti setiap peristiwa yang tertuang akan mempunyai sebab mengapa peristiwa
itu terjadi. Peristiwa itu pun akan berakibat pula pada peristiwa berikutnya.
Begitu seterusnya berlanjut dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya,
11
hingga
kumpulan peristiwa itu menjadi cerita yang panjang dan akhirnya selesai.
Peristiwa-peristiwa yang tersusun menjadi sebuah cerita dari awal hingga akhir
yang tersambung berdasarkan hukum sebab akibat itulah yang kemudian di sebut
sebagai alur atau plot.
- Tokoh dan Perwatakan
Manusia
yang berada dalam cerita rekaan tersebut di sebut sebagai tokoh. Semua tokoh
dalam cerita rekaan adalah tokoh rekaan, artinya tidak akan ada dalam dunia nyata.
Bisa jadi akan ada kemiripan sifat-sifat yang sama dengan seseorang dalam hidup
yang nyata.
Ada
beberapa jenis tokoh yang mungkin terdapat dalam sebuah cerita rekaan yaitu
tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh-tokoh tersebut akan menampilkan wayak atau
karakternya, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
tingkah lakunya. Pengarang yang berpengalaman tentu akan mampu menggambarkan
watak tokohnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan cerita menjadi menarik.
- Latar atau setting
Latar
atau setting adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, suasana, dan
lingkungan sosial yang terdapat dalam cerita. Latar berguna untuk memperkuat
tema, plot, watak tokoh, dan membangun suasana cerita. Dengan begitu akan lebih
memudahkan bagi para pembaca untuk memahami jalan cerita. Dalam latar di sini
terdapat beberapa latar, diantaranya seperti latar tempat, latar waktu, latar
social, dan latar suasana.
- Titik Pengisahan
Titik
pengisahan di sebut juga sudut pandang atau juru cerita ( point of view )
adalah kedudukan pengarang dalam bercerita. Hal ini bukan berarti pengarang
menceritakan kehidupan pribadinya, tetapi pengarang menceritakan cerita
rekaannya dalam posisi sebagai juru cerita. Ada beberapa cara yang di lakukan
penarang dalam posisinya sebagai juru cerita. Dia bisa berada di luar cerita
dan bertindak sebagai orang lain yang menceritakan dengan bebas tokoh-tokoh
ciptaannya, atau dia seolah-olah terlibat dalam cerita yang bertindak sebagai
salah satu tokoh cerita.
12
- Gaya
Gaya
pengarang dalam bercerita dan gaya bahasa yang dipakai dalam cerita adalah
salah satu unsur cerita rekaan yang penting untuk diperhatikan.
Gaya
pengarang dalam mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa yang di sebut
cerita adalah cara-cara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa,
menggambarkan tema, menyususn plot, menggambarkan karakter atau watak,
menentukan setting, dan memberikan amanat.
- Amanat
Dalam
sebuah cerita rekaan dapat di pastikan berisi muatan-muatan pikiran
pengarangnya. Pikiran-pikiran itu tersembunyi dan, merupakan renungan tentang
kehidupan manusia yang telah dikristalkan dalam bentuk cerita. Muatan-muatan
itulah yang di sebut dengan amanat.
Amanat
dalam cerita rekaan dapat di lihat dari keseluruhan cerita. Artinya ada dalam
cara-cara pengarang melontarkan konflik bagi tokoh-tokohnya, mengembangkannya
dan menyelesaikannya. Dari sana pembaca bisa mengetahui bagaimana sikap hidup
pengarang dalam menjalani hidup ini. Tidak mustahil pembaca akan menemukan satu
amanat yang sama sekali jauh dari pengalaman hidupnya. Atau sebaliknya pembaca
akan menemukan amanat-amanta yang justru melenceng dari ajaran moral yang ada.
Amanat
dapat pula dilihat dari kalimat-kalimat yang langsung diungkapkan oleh
pengarang baik berupa narasi, deskripsi, atau dialog tokoh. Amanat semacam ini
biasanya tidak selalu berkaitan dengan tema dan karakter tersebar di dalam
setiap peristiwa.
13
BAB
III
ANALISIS
UNSUR INTRINSIK
NOVEL
SEPATU EMAS UNTUKMU KARYA MARIA A SARDJONO
3.1
Sekilas tentang pengarang
Maria
A Sardjono sudah menulis sejak remaja tetapi baru di publikasikan mulai tahun
1974, hingga kini karyanya 180 buku. Sebagian di muat sebagai cerita bersambung
terlebih dahulu, 150 cerpen, belasan cerita anak-anak, beberapa naskah sandiwara
radio, satu buku ilmiah dan puluhan artikel tentang berbagai macam topik. Ia
adalah sarjana filsafat social budaya dan master di bidang filsafat humaniora.
Ia menikah dengan A. J. Sardjono dan di anugerahi empat orang putera yang
semuanya sudah beranjak dewasa.
3.2
Sinopsis Novel (Judul-Karya)
Pengarang
Maria A Sardjono menceritakan novel Sepatu Emas Untukmu, di awali dari kisah
masa kecil Suci Melati nama lengkapnya, namun ia terbiasa di panggil Uci. Masa
kecil Uci sangat pahit, dimana ia tidak pernah kenal siapa ayah kandungnya,
ibunya Uci di anggap anak hilang oleh keluarganya, karena pada waktu itu ibunya
uci menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang pada saat itu masih kuliah
di IKIP, dan menurut keluarga Uci laki-laki itu atau ayah kandung uci tidak
mempunyai masa depan yang cerah hanya karena masih kuliah, sehingga hubungan
antara ibu uci dan ayah uci yang pada saat itu putus di tengah jalan, namun
dari hubungan yang tidak mendapat restu tersebut akhirnya ibu uci mengandung
uci/suci melati dari laki-laki yang sudah pergi meninggalkan ibu uci entah
kemana, namun setelah kejadian itu, awal dimana hidup dari ibu uci yang seperti
tidak mempunyai tujuan dan semangat hidup, dan pada akhirnya ibu meninggal
dunia, dan pada saat itu ibu uci sudah menikah dengan seorang laki-laki, dia
adalah seorang pengusaha yang mempunyai perusahaan sepatu di kawasan kota
Jakarta. Kini uci tinggal bersama ayah tirinya tersebut, Pak Suryadi namanya.
Beliau sangat mencintai uci seperti halnya anak kandung sendiri, sampai-sampai
perusahaan yang di milikinya rela pak suryadi berikan kepada uci untuk di
kelolanya, pak suryadi melakukan hal tersebut karena beralasan uci berhak
menerimanya karena sebelumnya juga pak suryadi telah menyekolahkan dan
memasukkan uci kursus di luar negeri, sehingga dia layak untuk mengelola
perusahaan sepatu tersebut.
14
Pada
saat uci sudah mulai bekerja di perusahaan tersebut, sebelumnya pak suryadi
juga sudah mempunyai orang kepercayaan di perusahaannya, karena di samping usia
pak suryadi sudah lanjut usia, kini ia berikan perusahaannya itu kepada uci dan
bramanto. Tidak terasa antara bramanto dan uci timbul perasaan saling suka,
ingin memiliki satu sama lain, karena mereka sudah sangat dewasa untuk menjalin
hubungan ke arah masa depan mereka, namun ada di satu pihak yakni berbeda
dengan uci malah tetap pada pendiriannya, uci hanya menganggap bramanto sebatas
rekan kerja, tapi seiring waktu berjalan uci pun akhirnya luluh dan dapat
menjalin hubungan dengan bramanto, sampai ke tahap pertunangan, hubungan mereka
sangat serasi atau cocok, karena uci mempunyai penampilan yang cantik, anggun,
menarik, dan bersikap dewasa, bijak, dan tegas dalam bekerja sehingga bramanto
merasa sangat pantas jika ia akan menjadikan uci sebagai isterinya kelak,
sesuai dengan yang di inginkan oleh ibu uci sebelum ibu uci meninggal dunia, ia
ingin melihat puterinya yaitu uci hidup bahagia bersama bramanto, seorang
lelaki yang tampan, mapan, penyayang, dan bertanggung jawab. Namun satu tahun
sudah pertunangan uci dan bramanto terjalin, namun tiba-tiba ada sesosok lelaki
lain yang muncul yang sebelumnya sudah di ceritakan bahwa lelaki itu adalah
anak kandung pak suryadi, ganang rindarko namanya. Lalu uci pun merasa sangat
kaget, ia tidak menyangka bahwa ayah tirinya mempunyai anak kandung laki-laki
dan setelah itu posisi uci sebagai pengurus perusahaan pak suryadi kini merasa
terancam karena hadirnya ganang sebagai anak kandung pak suryadi, lalu ketika
mereka berdua uci dan ganang satu kantor, dari sikap ganang mulai menimbulkan
ketidaksukaan sikap atau kebijakan yang uci terapkan di perusahaan sepatu
tersebut, lalu kemudian uci tiba-tiba keluar dari perusahaan sepatu tersebut
dan mencoba untuk menenangkan dirinya dengan cara berlibur ke bali, dan sebelum
uci pergi ke bali uci pun dalam pertunangannya dengan bramanto kini telah
kandas, karena uci dari awal hanya menganggap bramanto hanya sebatas rekan
kerja saja atau lebih kepada sebatas antara kakak dan adik saja. Hari demi hari
telah terlewati, ganang akhirnya menyesal dan segera menyusul uci ke bali,
antara uci dan ganang juga tanpa di sadari timbul adanya perasaan cinta, serta
berniat juga untuk meminta maaf kepada uci atas sikap ketidaksukaannya tersebut
sehingga membuat uci pergi, ganang kemudian memberikan sebuah liontin yang
berbandul atau yang berbentuk sepatu dan terbuat dari emas yang di berikan
kepada uci, dan akhirnya mereka menyatu, karena dari sikap atau rasa benci
ketidaksukaan tersebut maka suatu saat bisa berubah menjadi suka atau cinta.
14
3.3
Tema
Tema
dalam novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono adalah Percintaan.
Karena
pada cerita tersebut menceritakan tentang seorang perempuan yang bernama Uci di
akhir cerita menjalin hubungan percintaan dengan seorang lelaki yang bernama
Ganang.
Pernyataan
tersebut dapat di buktikan dengan kutipan :
Kalau
cinta sudah berbicara, rasanya tidaklah mengherankan lagi apabila segala
persoalan yang tertinggal di Jakarta akan terselesaikan dengan baik. Benar,
bukan ?
3.4
Alur/Plot
Susunan Alur/Plot dalam novel
Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono, sebagai berikut :
1) Pengarang
mulai melukiskan keadaan
Awalnya perempuan yang
bernama Uci menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang bernama Bramanto,
mereka berdua adalah selain sepasang kekasih tapi mereka berdua juga merupakan
rekan dalam satu pekerjaan yakni di sebuah perusahaan sepatu di kawasan kota
Jakarta, mereka berdua mengelola perusahaan milik Pak Suryadi, Beliau adalah
ayah tiri Uci, dan Pak Suryadi telah memberikan kepercayaan kepada mereka
berdua untuk mengelola perusahaan sepatu tersebut, dan di suatu hari kemudian
hadir sesosok lelaki yang bernama Ganang, ternyata Ganang adalah anak kandung
dari Pak Suryadi yang pada saat itu juga Beliau menjadi ayah tiri Uci, sampai-sampai Uci tidak menyangka atas
pengakuan Ganang yang menjadi Anak Kandung Pak Suryadi, dan itu berarti posisi
Uci yang sebagai anak tiri Pak Suryadi menjadi terancam di perusahannya
tersebut karena sekarang sudah ada Ganang anak kandung Pak Suryadi. Hari demi
hari terlewati sikap Ganang mulai muncul dengan tidak menyukai kebijakan yang
uci terapkan di perusahaan sepatu itu, dan kemudian Uci pun sudah tidak tahan
atas sikap atau hadirnya Ganang pada saat itu pun Uci keluar dari perusahaan
sepatu tersebut, dan akibatnya setelah keluar dari perusahaan hubungan antara
Uci dan Bramanto pun menjadi putus di tengah jalan.
15
Dan akhirnya Uci pergi
ke Bali untuk menenangkan diri, kemudian setelah kejadian itu Ganang pun
akhirnya menyesal atas sikap yang ia tunjukkan kepada Uci, sehingga Ganang pun
berniat meminta maaf dan segera menyusul Uci ke Bali, disanalah awal Uci dan
Ganang menjalin hubungan sama-sama suka, serta selain itu pun atas minta
maafnya dari Ganang memberikan sebuah liontin yang berbandul sepatu emas yang
dia berikan untuk Uci, sesosok perempuan yang Ganang cintai.
2) Peristiwa
yang bersangkut paut mulai bergerak
Dalam cerita ini uci
mempunyai perasaan curiga terhadap ganang, dalam mengurusi sebuah perusahaan
sepatu, dimana ganang yang mulai seperti ingin mengambil alih perusahaan
tersebut, bisa seperti itu karena ganang selain sudah menjadi anak kandung pak
suryadi yang punya perusahaan tersebut, dengan hadirnya ganang merasa dari
sikap uci sepeerti terganggu dalam hubungannnya dengan bramanto juga, hal itu
semua awal dimana permasalahan antara uci dan ganang terjadi di perusahaan
sepatu tersebut.
3) Keadaan
atau peristiwa mulai memuncak
Adanya kehadiran ganang
yang membuat uci merasa terganggu baik dalam mengurusi sebuah perusahaan di
kantornya dan dalam hubungannya bersama bramanto, dan ketika pada saat di
kantornya sedang di adakan rapat dengan pegawai yang lainnya, tiba-tiba ganang
menunjukan sikap ketidaksukaan atas kebijakan yang uci terapkan di
perusahaannya tersebut ganang yang mungkin dari awal memang sudah tidak bisa
mempunyai satu tujuan dengan uci untuk memajukan perusahaan itu, uci juga yang
mungkin sudah habis kesabarannya ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan
sepatu tersebut, karena ia tidak tahan atas sikap dari ganang yang tidak menyukai
suatu kebijakkan yang uci terapkan, selain itu juga hubungan dengan bramanto
pun kandas/putus, karena dari awal uci hanya menganggap bramanto sebagai rekan
kerja dan sekarang menganggap bramanto sebagai kakak saja.
4) Klimaks
Setelah uci keluar dari
perusahaan sepatu tersebut, dan putus hubungan dengan bramanto, uci memutuskan
untuk berencana untuk menenangkan diri dengan cara berlibur ke bali dengan di
temani oleh seorang pembantu yang dari rumah pak suryadi, di temaninya uci oleh
pembantu tersebut atas keinginan pak suryadi yang
16
selaku ayah tiri uci
meskipun hanya sebagai ayah tiri, pak suryadi tetap merasa khawatir jika ia
pergi hanya seorang diri untuk itu uci di temani oleh pembantu yang bernama
mbok minah, ayah tiri uci akan tetap merasa sayang kepada uci selayaknya
seorang anak kandung.
5) Deneumeunt
( Pengarang menyelesaikan cerita )
Akhirnya dari cerita ini, dimana
pada akhirnya ganang setelah kepergian uci ke bali, ganangpun merasa menyesal
atas sikapnya yang menunjukkan ketidaksukaan atas kebijakan yang uci terapkan
di perusahaan sepatu tersebut, sehingga menimbulkan uci keluar dari
pekerjaannya, dan kini uci berada di bali demi menenangkan diri dari masalah
bersama ganang, setelah kejadian itu ganang menyusul uci ke bali, di sanalah
ganang selain datang ke bali untuk meminta maaf kepada uci, ganang juga
akhirnya menjelaskan sejujur-jujurnya sikap ketidaksukaannya itu karena
mempunyai alasan, dimana selain sikap itu ternyata ganangpun yang pada akhirnya
mengungkapkan perasaan yang selama ini uci tidak menyangka bahwa ganang
ternyata menyukai uci, ganang ingin uci kembali mengurus perusahaan sepatu
tersebut bersama dia, karena ganang yakin di tangan uci perusahaan itu bisa
maju atas kebijakan yang uci terapkan, serta selain itu tidak di duga-duga uci pun
merespon ganang dengan cara yang sama uci pun menyukai ganang, serta ganangpun
memberi uci sebuah liontin yang berbandul berbentuk sepatu emas, dan uci pun
memakainya. Di bali lah uci dan ganang menjalin hubungan dalam ikatan cinta,
karena mereka berawal dari rasa tidak suka bisa menjadi suka.
Jadi berdasarkan uraian di atas, susunan
alur/plot novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono, dapat di katakan
sebagai plot konvensional, namun pada cerita ini juga terdapat Degresi.
3.4.1
Ketegangan atau suspence yang nampak dalam peristiwa-peristiwa cerita novel
Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono
1.
“Astaga, aku mencurigaimu mas” Alis di dahi uci yang bentuknya indah seperti
bulan sabit itu terangkat naik. “ mengapa aku harus mencurigaimu? waah…wah,
daya khayalmu bukan main hebatnya sampai-sampai bisa melontarkan dugaan sejauh
itu terhadapku!” ku rasa, wajar kalau aku menduga seperti itu dari sikapmu.
16
Aku
melihat suatu tekad untuk tidak membolehkan aku ikut mengurusi perusahaan ini. “terserah
apa pun hal-hal yang mungkin dan tak mungkin di kepalamu itu, mas” uci memotong
bicara ganang dengan geraham. Ah, ternyata emosinya masih bisa kacau hanya oleh
beberapa kalimat yang yang keluar dari mulut ganang.
Uraian
penjelasannya :
2.
Ganang menunjukkan sikap yang membuat
uci menjadi emosi, hanya karena ganang menuduh uci bahwa dia tidak ingin ganang
ikut campur dalam mengurusi perusahaannya, bahkan uci pun seakan tidak percaya pada
kebolehan atau kemampuan ganang untuk mengurusi perusahaan tersebut, hingga
akhirnya ganang menuduh uci dengan cara melontarkan pernyataan bahwa ganang
mencurigai uci, uci yang seperti tidak ingin di ikut campurkan dalam mengurusi
perusahaan yang saat ini uci kelola.
3.4.2 Padahan pembayangan yang nampak dalam cerita
novel tersebut atau foreshadowing yang tampak dalam peristiwa-peristiwa cerita
novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono
1.
“Mas, jujurlah. Aku yakin, kedatanganmu kemari bukan khusus karena suatu niat
tulus untuk melihat-lihat manajemen di perusahaan ini,” uci menukas dengan
terang-terangan.
Ganang
mengetatkan gerahamnya. Memang tidak mudah menghadapi uci tanpa persiapan yang
matang. Gadis itu bukan termasuk orang yang begitu saja mau menyerah.
Uraian
penjelasannya :
2.
Dengan kedatangan ganang, uci merasa
saat ia mengurusi perusahaan sepatu tersebut, uci mempunyai perasaan bahwa
ganang akan merebut dari tangan uci untuk supaya bisa agar ganang menjadi
pengelola di perusahaan tersebut.
3. Uci selain mempunyai perasaan bahwa ganang
akan merebut perusahaan sepatu tersebut dari tangan uci, uci juga mencurigai
jika nanti memang benar ganang yang akan mengurusi perusahaan sepatu itu, di
tangan gananglah maka perusahaan itu akan menjadi bangkrut atau tidak maju,
tidak seperti ketika di kelola oleh uci perusahaan itu malah semakin kesini
semakin maju.
17
3.4.3
Gambaran susunan Alur/Plot secara kuantitatif
Secara
kuantitatif susunan alur/plot novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono,
adalah alur/plot ganda, karena pada novel ini menceritakan ada dua cerita dimana
salah satu ceritanya datangnya dari kisah dari tokoh uci yang dalam cerita
tersebut dengan hadirnya ganang ke dalam kehidupan uci, uci merasa terusik atau
terganggu, bahkan dalam pekerjaan di perusahaan sepatu pun uci merasa ganang
akan merebut perusahaan itu dari tangan uci, karena ganang bisa seperti itu
mempunyai sikap ketidaksukaan atas kebijakan yang uci terapkan di perusahaan
sepatu tersebut, yang pada akhirnya uci keluar, serta setalah keluar dari
perusahaan ganangpun menyesal atas sikapnya dulu terhadap uci, dan ganang
meminta maaf dengan memberinya uci sebuah liontin yang berbandul sepatu emas,
uci pun menerimanya dan mereka terjalin dalam hubungan percintaan.
Dalam
cerita pada novel ini juga terdapat degresinya, yaitu
Masa
kecil Uci sangat pahit, dimana ia tidak pernah kenal siapa ayah kandungnya,
ibunya Uci di anggap anak hilang oleh keluarganya, karena pada waktu itu ibunya
uci menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang pada saat itu masih kuliah
di IKIP, dan menurut keluarga Uci laki-laki itu atau ayah kandung uci tidak
mempunyai masa depan yang cerah hanya karena masih kuliah, sehingga hubungan
antara ibu uci dan ayah uci yang pada saat itu putus di tengah jalan, namun
dari hubungan yang tidak mendapat restu tersebut akhirnya ibu uci mengandung
uci/suci melati dari laki-laki yang sudah pergi meninggalkan ibu uci entah
kemana, namun setelah kejadian itu, awal dimana hidup dari ibu uci yang seperti
tidak mempunyai tujuan dan semangat hidup, dan pada akhirnya ibu meninggal
dunia, dan pada saat itu ibu uci sudah menikah dengan seorang laki-laki, dia
adalah seorang pengusaha yang mempunyai perusahaan sepatu di kawasan kota
Jakarta.
3.5 Tokoh dan Perwatakan
3.5.1 Tokoh-tokoh cerita yang mendukung terjalinnya
cerita novel Sepatu Emas Untukmu karya
Maria A Sardjono, yaitu:
1)
Suci Melati, biasa di panggil Uci
sebagai tokoh utama karena Uci tersebut merupakan tokoh terpenting dalam cerita
pada novel tersebut, dan tokoh tersebut selalu ada dalam setiap peristiwa.
18
2)
Bramanto, sebagai tokoh utama
karena tokoh tersebut mendampingi tokoh uci, tetapi pada tokoh bramanto
tersebut tidak selalu hadir di setiap peristiwa, namun di peristiwa yang
lainnya di butuhkan.
3)
Ganang Rindarko, sebagai tokoh
utama karena tokoh tersebut di bagian tengah cerita kehadirannya bisa mendukung
tokoh uci dalam setiap peristiwanya, dan adanya tokoh ganang tersebut dimana
awal adanya konflik antara uci dan ganang,
4)
Pak Suryadi, sebagai tokoh utama
karena kehadiran tokoh pak suryadi tersebut, berperan sebagai ayah tirinya uci,
dan pak suryadi lah yang atas kehadirannya dalam cerita tersebut bisa
mendampingi uci dalam kehidupannya yang ketika uci mendapat masalah, karena
selama ini uci tinggal di rumah pak suryadi.
5)
Ibu Kandung Uci, sebagai tokoh bawahan,
karena pada tokoh ibu uci tersebut kehadiran dalam cerita ini hanya sebentar,
itupun ibu uci hanya ada pada degresi atau cerita masa kecil uci yang di masa
lalunya itu ibu uci merasakan kehidupan yang teramat pilu di karenakan hubungan
antara penuda pilihan ibu uci yang kini menjadi ayah kandung uci tidakdi restui
oleh keluarga uci.
6)
Ayah Kandung Uci, sebagai tokoh
bawahan karena kehadiranya dalam cerita ini hanya ada di saat masa lalu ketika
masih berhubungan dengan ibu kandung uci, dan setalah itu hubungan ayah kandung
dan ibu kandung uci tidak di restui oleh keluarga uci, hanya karena pada saat
itu, ayah kandung uci di saat menjalani hubungan dengan ibu kandung uci masih
kuliah di IKIP yang menurut keluarga uci laki-laki atau ayah kandung uci
tersebut tidak akan mempunyai masa depan yang cerah, sehingga setelah kejadian itu
ayah uci pergi meninggalkan ibu uci, dan meninggalkan ibu ucu dan uci yang
sebagai anak kandung dari pemuda kuliah di IKIP tersebut.
7)
Lisa, sebagai tokoh bawahan karena
pada tokoh lisa ini hanya hadir pada saat uci sedang berada di kantor atau
perusahaan sepatu, dan lisa juga merupakan sekretaris bramanto di perusahaan
yang dia bekerja di satu perusahaan dengan uci.
8)
Mbok Minah, sebagai tokoh bawahan
karena kehadiran mbok minah hanya ada ketika uci sedang berada di rumah pak
suryadi, mbok minah sendiri merupakan seorang pembantu di rumah pak suryadi.
19
9)
Pak Suhadiman, Pak Broto, Pak
Hamid, Pak Mahfud, mereka semua sebagai tokoh bawahan karena mereka itu sebagai
rekan satu kantor di perusahaan sepatu yang uci kelola, dan kehadiran mereka
pun hanya ada pada saat uci sedang berada di perusahaan atau di kantornya.
10)
Seorang lelaki yang bekerja sebagai Pengusaha,
sebagai tokoh bawahan karena seseorang tersebut hadir karena di cerita
sebelumnya ibu uci telah menikah dengan pengusaha itu, lalu kemudian ibu uci
dan pengusaha itu tidak lama dalam berumah tangga, dan akhirnya ibu uci bertemu
dengan Pak Suryadi, kemudian ibu uci dan pak suryadi menikah, pak suryadi
tersebut dia adalah yang kini menjadi ayah tiri uci.
3.5.2
Penggambaran watak tokoh-tokoh yang
mendukung cerita novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono
1) Tokoh Uci
Tokoh
Uci mempunyai watak yang tegas, bersikap dewasa, mandiri, namun soal yang
berhubungan dengan seorang laki-laki atau terhadap lawan jenis, tokoh uci
tersebut bersikap dingin, atau bisa lebih di katakan acuh tak acuh, meskipun
saat ini usia uci tersebut sudah bisa di bilang dewasa untuk memikirkan masalah
masa depannya bersama laki-laki lain, namun hal itu semua tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada pada diri uci, tokoh uci tersebut bisa seperti itu karena
dalam pikirannya masih teringat tentang masa lalu ibu uci yang berakhir dengan
tidak di restui oleh keluarganya, sehingga kehidupan percintaan ibu uci bisa di
katakan teramat pilu, untuk itu meskipun saat ini uci belum terlalu memikirkan
ke arah untuk berumah tangga, uci sesekali berpikir agar pada dirinya supaya
tidak mengalami persoalan yang sama seperti ibunya, sehingga saat ini uci pun
lebih pokus terhadap pekerjaan di perusahaan yang uci terima dari ayah tirinya
itu.
Pernyataan
di atas dapat di buktikan dengan adanya kutipan dari si pengarang yang kemudian
lebih di jelaskan kepada tokoh lain, yaitu melalui perkataan dari tokoh
bramanto yang tak lain bramanto sebagai rekan kerja uci di perusahaan sepatu
yang mereka kelola bersama.
1. Uci
bukan saja cantik tetapi juga memiliki kepribadian yang baik, matang, dan
terpecaya karena tanggung jawabnya yang luar biasa.
(
Maria A Sardjono, 1999:45 )
20
2. Melalui
dialog : “ gadis secantik dirimu belum pernah didekati pria?” bramanto bertanya
dengan suara heran yang nyata terdengar.
“
kalau hanya didekati… yaah, cukup sering juga sih, Mas. Tetapi mereka tak
berani melangkah lebih jauh begitu melihat sikapku yang medadak berubah menjadi
dingin dan mengambil jarak!”
(
Maria A Sardjono, 1999:41)
3. Melalui
dialog : Dik Uci, Bramanto bertanya dengan penuh rasa ingin tahu yang kental. “
sedangkan kau sudah bisa di katakan mandiri. Studimu selesai dan kau mempunyai
penghasilan yang lumayan. Dan usiamu pun cukup pula untuk mulai memikirkan ke
arah masa depanmu bersama seseorang”.
(
Maria A Sardjono, 1999:42)
2)
Tokoh Bramanto
Tokoh
Bramanto mempunyai watak yang dalam bersikap bramanto menunjukkan sikap yang
pekerja keras, tanggung jawab, ada dua sikap tersebut selalu bramanto tunjukkan
ketika bramanto sedang berada di tempat kerja atau di perusahaan sepatu yang ia
kelola bersama uci, namun sebelumnya bramanto juga telah menjadi tangan kanan
atau orang kepercayaannya pak suryadi, yang saat ini bramanto bekerja di
perusahaan sepatu tersebut bramanto juga yang bertugas untuk mendampingi uci
dalam mengelola perusahaan sepatu tersebut.
Pernyataan
di atas dapat di buktikan dengan adanya kutipan dari si pengarang yang kemudian
lebih di jelaskan kepada tokoh lain, yaitu melalui perkataan dari tokoh pak
suryadi yang tak lain pak suryadi adalah
sebagai pemilik perusahaan sepatu yang saat ini telah pak suryadi berikan
kepada uci, uci yang sebagai anak tiri pak suryadi. Dan bramanto yang tak lain
bekerja satu perusahaan dengan uci.
Melalui
dialog : “ justru karena itulah Bapak lalu memutuskan mundur sedikit demi
sedikit dari perusahaa. Lebih-lebih setelah Nak Bramanto, yang semula duduk
sebgai wakilku, ikut aktif secara total demi melihat kiprahmu. Kalian berdua
merupakan pasangan pekerja yang menakjubkan, memang. Tenaga muda yang berbakat
dan terampil”.
(
Maria A Sardjono, 1999:119 ).
21
1. Melalui
pernyataan si pengarang : ayah tirinya meletakkan jabatannya sebagai pemimpin,
dan menyerahkan seluruh pengelolaan perusahaan sepatu itu kepada uci dan kepada
bramanto yang selama ini menjadi tangan kanannya.
( Maria A Sardjono, 1999:27 )
3) Tokoh Ganang
Tokoh
Ganang mempunyai watak yang sama seperti pada tokoh uci, yaitu sama-sama
mempunyai watak yang tegas, baik itu dalam hal pekerjaan, ataupun ketika sedang
berdialog dengan tokoh uci, ganang bisa seperti itu karena mungkin awal
kehadirannya bagi uci telah membuat seorang gadis itu tau uci tepatnya merasa
terganggu, terutama ketika saat di tempat kerja atau di perusahaan sepatu
tersebut, uci merasa setelah adanya atau hadirnya ganang dalam hidup uci, uci
merasa ganang akan merebut perusahaan sepatu yang uci terima dari ayah tirinya
itu, selain juga uci merasa dalam kebijakan di kantornya itu oleh ganang
seperti tidak menyukai kinerja uci tersebut, ganang juga tidak menyukai sikap
yang selama ini uci tunjukkan saat uci bekerja di kantor ataupun ketika uci
berada satu rumah dengan ganang. Serta selain itu juga dari diri ganang telihat
pula orangnya yang seperti sombong atau angkuh, meskipun begitu namun ganang
berpenampilan rapi, dan mempunyai wajah yang tampan.
Pernyataan
di atas dapat di buktikan dengan adanya kutipan yang langsung di jelaskan oleh
si pengarang terhadap tokoh ganang tersebut.
Melalui
pernyataan oleh si pengarang : Orang itu memang masih muda, itu betul. Tetapi
keseluruhan penampilannya mengesankan sesuatu yang sungguh di luar dugaan.
Orangnya tampak angker, sombong, berpakaian rapi yang terbuat dari bahan-bahan
pilihan dengan berselera tinggi. Sudah begitu orangnya tinggi, gagah, dan
berwajah lumayan, nyarsis sempurna.
(
Maria A Sardjono, 1999:83 )
4)
Tokoh Pak Suryadi
Tokoh
Pak Suryadi mempunyai watak ramah, sangat sayang terhadap seseorang yang ada di
dekatnya, hal itu terjadi di kehidupan pak suryadi yang kini satu rumah bersama
uci yang tak lain uci merupakan anak tirinya, pak suryadi begitu sangat
menyayangi uci selayaknya anak kandung, sebelum ibu meninggalpun perasaan sayang
terhadap uci pun sama
22
bahkan
pak suryadi rela menyekolahkan uci ke luar negeri, supaya anak tirinya itu bisa
mendapatkan ilmu guna untuk masa depannya nanti, selain itu juga pak suryadi
memasukkan uci ke sekolah keterampilan, dan menyekolahkan ke luar negerinya itu
uci di suruh oleh pak suryadi mengambil jurusan managemen, sehingga saat ini
setelah uci di tinggalkan oleh ibunya yang telah meninggal itu, uci tinggal
bersama pak suryadi ayah tirinya itu, serta setelah lulus sekolah atau kuliah
di luar negeri ucipun di beri amanat oleh pak suryadi guna untuk mengelola
perusahaan sepatu. Pak Suryadi merupakan sesosok ayah yang baik dan sesosok
ayah yang periang dimata uci.
Pernyataan
tersebut dapat di buktikan dengan di jelaskannya secara langsung oleh si
pengarang melalui pemikiran tokoh lain, yaitu tokoh uci dan ibu kandung uci.
Melalui
pernyataan dari si pengarang yang di hadirkan kedalam pemikiran tokoh uci dan
ibu kandung uci : Pak Suryadi merupakan tokoh idola seorang ayah yang selalu
hidup dalam angan-angannya sejak ia masih seorang bocah. Ramah, hangat,
pemurah, dan bersifat kebapakan. Kalau bicara, matanya selalu berseri, maka
tanpa ragu-ragu lagi, Uci langsung menyetujui pilihan hati ibunya. Dan enam
tahun lebih yang lalu resmilah ibunya menjadi Nyonya Suryadi. Sejak saat itu
pulalah kehidupan mereka menjadi jauh lebih baik. Dalam segala hal. Bahkan
boleh di katakan mereka semua hidup dalam limpahan kebahagiaan.
(
Maria A Sardjono, 1999:26 )
Melalui
dialog antara Pak Suryadi dengan Uci :
“
Uci tidak terpikirkankah olehmu bahwa bagi Bapak, kau adalah satu-satunya
peninggalan ibumu?” suara Pak Suryadi yang terdengar kembali ke telinga Uci
merenggut kembali ingatan gadis itu dari masa lalunya bersama sang ibu yang
kini telah almarhumah itu.
“
iya Pak…,” sahutnya tergesa, menyeret kembali dirinya dari lamunan.
“
Uci, seandainya kau tidak ada, entah apa yang masih bisa menghibur duka hati
Bapak ini…” suara Pak Suryadi yang terdengar lagi itu mulai serak. “ Bapak
merasa amat kehilangan sesudah tahun-tahun yang penuh dengan kebahagiaan
bersama ibumu.”
Mendengar
kata-kata yang disuarakan dengan penuh perasaan itu, hati uci tergetar. Ia
merasa amat terharu.
23
“
Pak, Bapak juga jangan terlalu bersedih….,” sahutnya dengan suara melembut. “
Nanti Bapak sakit dan kalau Bapak sakit, yang susah uci lokh Pak… ”
Mendengar
ucapan seperti itu, Pak Suryadi mencoba tersenyum.
(
Maria A Sardjono, 1999:28)
5)
Tokoh Ibu Kandung Uci
Tokoh
Ibu Kandung Uci mempunyai watak setia, terbukti ketika ibu uci mencintai
seorang pria, meskipun dalam hubungannya itu tidak direstui, namun ibu uci
tetap setia tetap mempertahankan hubungan dengan pria itu yang masih menjadi
seorang mahasiswa IKIP, selain itu ada watak lain yang terdapat pada ibu uci
yakni jika dalam bertutur kata selalu sopan dan halus terhadap siapapun itu,
ibu uci merupakan sesosok perempuan yang lembut, baik hati, dan bagi uci ibu
kandungnya itu adalah sandaran hatinya, ibu uci yang teramat menyayangi anak
gadisnya itu, membuat uci semakin merasakan kenyamanan atas ketulusan, dan
banyak kasih sayang yang di berikan oleh ibu kandungnya itu, karena mungkin
mereka merupakan dua perempuan yang kontak bathinnya sudah tidak bisa di pisahkan
lagi antara ibu kandung dan anak kandungnya yaitu uci atau lebih jelasnya Suci
Melati. Selain itu juga di kehidupannya dulu ketika ibu uci masih ada, ibu uci
mempunyai sifat penyabar dalam melewati masalah, seperti misalnya ketika
berhubungan dengan ayah uci yang tidak di restui oleh keluarganya, ibu uci
lebih memilih sabar, dan tetap pada pendiriannya, dan setalh kejadian itu,
mungkin buah hasil kesabaran ibu uci pun akhirnya bertemu dengan seorang
pengusaha sepatu yang baik pula hatinyam yang mana dia adalah pak suryadi, atau
saat ini telah menjadi ayah tiri uci. Meskipun setelah itu ibu uci akhirnya
pada waktunya meninggal dunia, separuh hidup uci terasa hilang terbawa
kepergiannya ibu uci, namun di sisi lain uci masih beruntung karena uci masih
mempunyai ayah tiri yang begitu saying kepada uci, dimana yang tak lain ayah
tiri uci itu atau pak suryadi merupakan lelaki yang di pilih oleh ibu kandung
uci.
Pernyataan
di atas dapat di buktikan dengan di jelaskan oleh si pengarang melalui ingatan
tokoh lain yaitu tokoh uci, dimana tokoh uci ini adalah anak kandungnya ibu
uci.
Melalui
ingatan dari tokoh uci: ibunya adalah seorang perempuan yang teramat lembut dan
baik. Terhadap orang, ia selalu bertutur kata dengan sopan dan halus. Siapapun
orangnya.
24
Dan
terhadap uci, ibunya selalu penuh kasih sayang dan sabar meskipun kehidupan
mereka berdua teramat berat sebelum bertemu dengan Pak Suryadi yang kini
menjadi ayah tirinya.
( Maria A Sardjono,
1999:6 )
Berikut
ini ada bukti kesetiaan ibu uci dalam menjalin hubungannya bersama pria yang di
cintai oleh ibu uci dan alasan tidak di restuinya hubungan ibu uci bersama ayah
kandung uci itu atau pria yang masih mahasiswa di IKIP, yaitu di jelaskan langsung
oleh si pengarang sendiri.
Melalui
pernyataan dari si pengarang : Ibu Uci memiliki watak yang setia itu hanya
mencintai seorang lelaki saja, yaitu ayah uci. Sayangnya, percintaan mereka
tidak mendapat restu dari orang tuanya ibu uci. Pemuda yang masih mahasiswa
IKIP itu dinilai oleh mereka sebagai lelaki bermasa depan tak cerah. Apalagi
jika di bandingkan dengan lelaki pengusaha besar yang juga mengincar ibu uci.
Lelaki kaya itu ingin menjadikan ibu uci sebagai isterinya. Orang tua ibu uci
sangat senang mengetahui hal itu. Pertama, lelaki itu kaya raya. Kedua, lelaki
itu adalah pemilik perusahaan tempat kakek uci bekerja. Dan ketiga, sepanjang
pengenalan orangtua ibu uci, lelaki itu seorang lelaki yang baik. Namun apapun
saran dan pandangan yang diberikan oleh orangtuanya mengenai
kelebihan-kelebihan pengusaha itu, hati ibu uci tak pernah tergerak sedikitpun.
Seluruh cinta dan hidupnya telah di serahkannya kepada mahasiswa IKIP itu. Dan
dia bersikeras untuk berbuat apa pun demi mempertahankan hubungan percintaannya
dengan pemuda itu.
(
Maria A Sardjono, 1999:17 )
6)
Tokoh Ayah Kandung Uci
Tokoh Ayah
Kandung Uci mempunyai watak yang bisa di katakan seperti seorang pengecut,
karena ayah kandung pergi meninggalkan ibu kandung uci di saat masih menjalin
hubungan bersama ibu uci, akibatnya setelah ayah kandung uci pergi begitu saja
entah kemana dan tanpa di sadari ibu ucipun mengandung uci dari hubungannya
bersama ayah kandung uci itu, sebelum pergi bahkan ayah kandung uci memberikan
secarik kertas yang mana isinya seolah-olah bahwa laki-laki itu yang ibu uci
cintai telah tiada, dan takan memasuki kehidupan ibu uci lagi. Kenyataan itu
semua tak terduga oleh ibu uci, dimana seorang laki-laki itu yang tak lain
adalah ayah kandung uci, ternyata bisa melakukan hal seperti itu, sungguh
teramat menyakitkan bagi hati ibu kandung uci.
25
Pernyataan
tersebut dapat di buktikan dengan adanya penjelasan oleh si pengarang yang
melalui tokoh ayah kandung uci tersebut, hal ini juga bisa di katakan sebagai
bukti bahwa sebelum pergi ayah kandung uci memberi secarik kertas untuk ibu
kandung uci
yaitu : Anggaplah aku telah tiada di dunia ini,
sebab aku akan pergi jauh dan tak akan lagi memasuki kehidupan pribadimu.
Terimalah lamaran pengusaha itu demi masa depanmu, demi keselamatan semua
pihak, termasuk diriku dan keluargaku. Dari jauh aku akan selalu berdoa untuk
kebahagiaanmu. Dan patut kau ukir dalam hatimu, bahwa percayalah, apa pun yang
terjadi, aku akan selalu dan selalu mencintaimu!
( Maria A Sardjono,
1999:18 )
7)
Tokoh Lisa
Tokoh Lisa
mempunyai watak yang dalam berpikirnya cerdas. Selain itu lisa juga ternyata
seorang sekretaris bramanto di perusahaan sepatu tersebut. Lisa yang mempunyai
wajah yang cantik, manis, cekatan pula dalam bersikap, orangnya tidak banyak
menimbulkan masalah, sehingga dia di percaya oleh pak suryadi untuk menjadi
sekretarisnya bramanto. Karena itu semua bisa terjadi karena lisa yang telah
menunjukkan baik dalam sikap yang tidak banyak suka menimbulkan masalah dan
mempunyai sifat yang baik di mata orang dimana lisa bekerja saat ini.
Pernyataan
tersebut dapat di buktikan dengan adanya kutipan yang melalui dialog dari tokoh
lain, yaitu dari tokoh uci dan tokoh bramanto.
Melalui
dialog dari tokoh lain :
kalau
hanya karena itu alasannya, bukankah masih ada Dik Lisa yang telah banyak
membantumu, Mas?” Bramanto tersenyum.
“
ia seorang sekretaris yang cekatan, cerdas, dan tak banyak menimbulkan masalah,
kelakuannya sangat manis. Tetapi untuk meningkatkan hubungan manis ke arah yang
bersifat pribadi nanti dulu.”
“kenapa?
Bukankah ia cantik dan menarik?”
“
Aduh, Dik Uci, kalau aku tidak kenal dirimu pasti aku akan menyangka bahwa kau
sedang cemburu dan mengajuk perasaanku untuk mengetahui seberapa jauh gadis itu
menempati
26
hatiku”
seringai Bramanto. ( Maria A Sardjono, 1999:61 )
Melalui
dialog antara Lisa dan Uci :
“
Selamat pagi, Mbak Uci!” kata gadis itu dengan suaranya yang lembut.
“
Oh selamat pagi, Dik Lisa….,” sahut uci. “wah, pagi hari yang cerah ini kalah
oleh kecantikanmu lho, Dik. Gaun baru yang kau pakai itu.”
“Ah,
gaun lama kok, Mbak. Tetapi baru kali ini ku pakai kekantor…” uci melihat gadis
itu agak tersipu. Pipinya merah oleh pujiannya.
(
Maria A Sardjono, 1999:205 )
8)
Tokoh Mbok Minah
Tokoh
Mbok Minah ini mempunyai watak yang dalam bersikap sangat sopan dan santun,
sikap itu selalu mbok minah tunjukkan terhadap pak suryadi dan uci, karena mbok
minah adalah merupakan seorang pembantu di rumah pak suryadi. Mbok minah yang
sudah sangat paham dengan sikap dan sifat majikannya itu baik dari tokoh pak
suryadi atau tokoh uci, sehingga mbok minah di rumah pak suryadi itu telah
merasa suatu kenyamanan, karena mbok minah juga mendapat perlakuan yang baik
dari pak suryadi dan uci. Mbok Minah juga biasa di panggil Mbok Mi oleh
majikannya itu.
Pernyataan tersebut
dapat di buktikan dengan adanya kutipan atau di jelaskan secara langsung oleh
pengarang yang melalui perkataan dari tokoh ibu uci :
Perempuan
itu sudah terlanjur menebar benang-benang kasih kepada ibu dan anak itu. Ia
tidak mempunyai keluarga dan suaminya telah menikah lagi sejak mbok mi tidak
bisa mempunyai anak. Sementara itu sejak bekerja di rumah pengusaha kaya yang
jadi suami ibu uci itu, ia di perlakukan dengan sangat baik oleh nyonya rumah.
Ketika datang dulu mbok mi hanya mempunyai beberapa lembar pakaian saja,
sesudah menjadi pembantu rumah tangga ibu uci, ia mempunyai sekopor penuh
pakaian.
(
Maria A Sardjono, 1999:21 )
9)
Pak Suhadiman, Pak Broto, Pak Hamid, Pak
Mahfud, mereka berempat adalah orang-orang yang bekerja di perusahaan sepatu
yang kini di kelola oleh uci.
27
Mereka
masing-masing mempunyai watak yang dalam bersikap sama-sama sangat taat, patuh,
bersikap sopan, dan sangat menghargai kinerja dari seorang uci yang saat ini
menjadi pimpinan di perusahaan sepatu, dimana tempat itu tempat mereka bekerja.
10)
Tokoh Pengusaha atau sebagai suami ibu
uci sebelu bertemu dengan pak suryadi.
Tokoh pengusaha
tersebut mempunyai watak kejam, dan bersikap seenaknya saja, terlebih sikap itu
pernah ia tunjukkan kepada ibu uci saat dulu pernah hidup secara bersama
walaupun pada akhirnya ibu uci memutuskan untuk berpisah dengan pengusaha itu
karena ibu uci menilai bahwa seorang pengusaha itu seperti tidak mempunyai
kasih sayang baik terhadap dirinya dan terhadap anaknya uci.
Pernyataan
tersebut dapat di buktikan dengan adanya kutipan langsung di jelaskan oleh si
pengarang.
Melalui
pernyataan dari si pengarang :
Tidak
seperti dulu, kini pengusaha itu benar-benar menginginkan supaya uci di
serahkan kepada kedua orangtua ibu uci atau kepada keluarga lainnya. Asal tidak
di dalam rumahnya. Pengusaha itu tidak peduli uci mau di bawa kemana. Bahkan di
masukkan ke rumah yatim-piatu sekali pun ia tak ambil pusing.
(
Maria A Sardjono, 1999:20 )
3.6
Latar atau Setting
1.
Latar Tempat
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti di bawah ini :
a.
Di Indonesia, tepatnya di daerah kota
Jakarta.
-
Tempat yang waktu itu selalu
mengingatkannya akan salah satu sudut kota Jakarta dengan deretan warung yang
tampak sederhana namun masakan lautnya tak kalah lezatnya dengan rumah makan
besar.
( Maria A Sardjono,
1999:34 )
-
Uci berniat pergi dari rumah selama
seharian, agar jangan sampai berjumpa dengan ganang. Entah ke mana nanti, ia
belum memastikannya. Mungkin jalan-jalan sendirian di seluruh pelosok kota
Jakarta.
( Maria A Sardjono, 1999:197 )
28
b.
Di Rumah Pak Suryadi
-
Uci tertawa perlahan meski matanya masih
basah. Dan lalu di angkatnya tas kantor untuk kemudian berdiri dan masuk ke
rumah.
( Maria A Sardjono, 1999: 121)
-
Sejak ganang pindah ke rumah pak
suryadi, uci merasakan bahwa kehidupan di rumah itu terasa sangat berbeda.
-
Rumah pak suryadi termasuk rumah yang
sangat besar dengan beberapa kamar tidur yang antara satu dengan yang lainnya
terletak di tempat yang berjauhan.
(
Maria A Sardjono, 1999:133 )
c.
Di kantor atau di perusahaan sepatu
-
Terdengar suara ketukan di pintu ruang
kerja uci. Gadis itu menarik napas panjang. Ia sedang membaca laporan keuangan
dan tidak ingin di ganggu, sebenarnya.
(
Maria A Sardjono, 1999:66 )
-
Kalau begitu, Pak, maaf, tidak ada
lowongan di sini. Sejak saya ikut menangani perusahaan ini, saya hapuskan
sisitem kekeluargaan dalam hal penempatan tenaga kerja di sini.
(
Maria A Sardjono, 1999:74 )
d.
Di Bali atau lebih tepatnya di sanur
-
Pada hari kesembilan uci tinggal di
Bali, ayah tirinya menanyakan kapan uci pulang ketika ia meneleponnya.
-
“Kau ini dimana, Nduk?”
“di Sanur lagi, Pak.”
“besok?”
“mungkin masih di
sini.” (maria;1999:279)
2.
Latar Waktu
a. Malam
Hal tersebut dapat di lihat dari bukti
di bawah ini :
29
1. Memang,
secara keseluruhan, perjalanan mereka sejak pagi hingga malam ini singgah di
singapura terasa menyenangkan.
2. Semalam,
ketika dengan terpaksa Uci makan malam bersama Ganang dan Paka Suryadi, gadis
itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, sehingga Pak Suryadi merasa heran menanyainya.
3. Dan
para penjaga perusahaan sudah terbiasa melihat lelaki itu datang ke kantor malam-malam
untuk mengerjakan sesuatu yang membutuhkan ketenangan.
b. Pagi
Hal tersebut dapat di
lihat dari bukti di bawah ini :
1. “Selamat
pagi, Pak.”
Pak suryadi
menyingkirkan Koran yang terkembang di hadapannya itu, menatap uci sebentar,
kemudian tersenyum .
“Selamat pagi” sahutnya
c. Siang
1. Seolah
seperti sudah ada yang mengatur, menjelang jam istirahat makan siang, Pak
Suryadi datang ke kantor.
2. Siang
harinya menjelang jam istirahat, keresahan yang membuat Uci tak bisa
berkonsenterasi penuh pada pekerjaan terhibur oleh suara Bramanto lewat telepon
di mejanya.
3. “
Nah, apa rencanamu untuk mengisi istirahat siang ini nanti?”
3.
Latar Lingkungan Sosial
a. Lingkungan
Sosial Pendidikan Tinggi
Hal tersebut dari
cerita novel ini dimana tokoh utama mempunyai lingkungan social yang rata-rata
atau sama mempunyai berpendidikan tinggi
Dapat di buktikan
dengan adanya kutipan, yaitu sebagai berikut :
Tokoh Uci :
-
ketika kuliahnya selesai, perhatian Uci
semakin terpikat pada perusahaan itu. Sehingga atas dorongan Pak Suryadi, ia
pergi ke Singapura untuk memperdalam studi mengenai marketing dan manajemen.
( Maria A Sardjono, 1999:27)
-
“ mungkin saja. Tetapi sungguh baikjuga
kau mencari pengalaman sekolah di luar negeri, berkenal dengan orang dari
negeri lain”.
30
“ Ya Assosiation Woman
Bussines & Life itu memang banyak memberikan pengalaman batin pada diri
uci, yang uci pakai sebagai bekal untuk lebih jauh dan berani menangani
perusahaan kita. Tetapi sebenarnya yang paling pokok sehingga perusahaan ini
menjadi berkembang seperti sekarang adalah karena kepercayaan bapak yang di
berikan kepada uci secara sungguh-sungguh. Tanpa itu, saya tidak yakin apakah
perusahaan sepatu kita bisa semaju sekarang.”
( Maria A Sardjono, 1999:119-120 )
Tokoh Bramanto :
-
Bramanto memang lelaki yang baik dan
memiliki masa depan yang cerah pula. Ia seorang sarjana teknik industri yang
lulus dengan pujian.
( Maria A Sardjono. 1999: 11-12 )
Tokoh Ganang :
-
“ aku tahu. Keahlian sebagaimana yang
kau miliki dan gelar MBA yang kau sandang menjadi incaran perusahaan-perusahaan
yang berani mengontrak pakar-pakar sepertimu dengan imbalan jasa yang
menakjubkan….” Suara uci yang menyela kata-kata ganang, terhenti.
( Maria A Sardjono, 1999: 170 )
4.
Latar Suasana
a. Suasana
mencekam
Hal tersebut nampak
pada cerita di bawah ini yang di buktikan dengan kutipan :
-
“ Mas di sini pun kau akan berhadapan
denganku. Sebab seperti dirimu, aku juga tak mau di setir orang. Maka bagiku
kau hendak menerapkan suatu kebijaksanaan baru yang tidak ku setujui, akulah
orang pertama yang akan menentangmu!” ganang tertegun beberapa saat lamanya.
Kemudian tiba-tiba ia mengembangkan senyumnya dan menatap mata uci dengan
tatapan tajam, mengandung suatu tantangan. “ akan kita lihat nanti….,”
gumamnya.
( Maria A Sardjono,
1999: 177 )
-
“ tetapi siapa yang tidak merasa jengkel
kepadamu, kalau sejak awal mula perjumpaan kita dan sejak awal pembicaraan
kita, selalu penuh debat sengit yang landasannya hanya karena kau tak suka
melihat seorang perempuan yang sukses dan membawahi sekian ratus anak buah, dan
mempunyai pula wewenang untuk memutuskan suatu perkara!” (Maria A Sardjono,
1999: 191)
31
-
Memang, uci sadar bahwa untuk memancing
ikan besar diperlukan umpan yang besar pula. Tetapi saat untuk itu, sekarang
ini belum waktunya. Sayangnya, ganang begitu nafsu untuk segera terjun dan
membuktikan keberhasilannya. Bahkan tak segan-segan pula ia ingin membeli separuh
milik uci demi melaksanakan sistem kerja yang sama sekali baru. Harga diri uci
terluka karenanya. Dua kali ganang mengatakan hal yang sama, seolah memberi
kesan bahwa uci bisa dibeli. Atau setidaknya, ia mau menunjukkan diri sebagai
anak tunggal pak suryadi, sang pemilik perusahaan.
-
Berpikir seperti itu, uci menepuk meja
di depannya, sesudah beberapa lamanya berkutat dengan pikirannya.
“ baik kau boleh membelinya.” Katanya dengan
suara lantang. Hanya bramanto yang tahu bahwa di balik kata-katanya yang
lantang dan air mukanya yang memerah karena marah itu, terdapat tangis dan luka
hati. “ tetapi saat ini, perusahaan ini sepenuhnya masih milik bapak. Jadi, kau
boleh membayarnya kelak kalau perusahaan ini sesudah sepenuhnya di berikan
kepada kita sebagai pemilik yang sah. Maka dengan ini, saya menyatakan diri
untuk keluar dari perusahaan ini. Surat pengunduran diri akan saya buat hari
ini juga. Dan kau boleh melaksanakan semua aturan-aturan atau sistem kerja baru
sesuai dengan kemauanmu, silakan!”
( Maria A Sardjono,
1999: 262-263 )
b. Suasana
Menyedihkan
-
Uci harus mengumpulkan seluruh
keberanian dan kemampuannya, agar jangan sampai air matanya ikut runtuh apabila
ia melaporkan semua itu kepada ayah tirinya. Dan lebih-lebih, ia harus
memperlihatkan sikap yang mantap apabila nanti ia juga harus menyampaikan
berita putusnya pertunangannya dengan Bramanto. Semua itu tidak mudah baginya.
Darah masih menggenang di dadanya. Selama dua mala mini, bantalnya selalu
basah. Kepedihan dan rasa kehilangan masih teramat berat mengimpit jiwanya.
( Maria A Sardjono,
1999:271 )
3.7
Gaya Pengarang
a. Gaya
Pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita
Gaya Pengarang dalam
mengungkapkan seluruh cerita adalah gaya spontan. Baik itu dalam menentukan
tema, atau unsur-unsur intrinsik yang lainnya.
32
Hal tersebut dapat
dilihat dari bukti di bawah ini :
1. Dalam
menentukan tema : kalau cinta sudah berbicara, rasanya tidaklah mengherankan
lagi apabila segala persoalan yang tertinggal di Jakarta akan terselesaikan
dengan baik. Benar, bukan?
2. Dalam
menentukan alur/plot : pada cerita ini menceritakan dari awal cerita sampai
akhir cerita. Meskipun pada cerita ini juga terdapat degresinya, namun dari
kata-katanya yang spontan itu dan sangat jelas sehingga menjadi mudah untuk
mengetahui alur tersebut.
3. Dalam
menentukan watak tokoh : dimana nampak jelas dengan menggunakan gaya spontan,
sehingga watak dari setiap tokoh mudah untuk di ketahui.
4. Dalam
menentukan setting : pengarang juga menggunakan gaya yang spontan, sehingga
pembaca mudah untuk mengetahui keberadaan tempat dari si tokoh tersebut.
5. Dalam
menentukan Amanat : pengarangpun menggunakan gaya yang spontan, sehingga
setelah membaca cerita dari novel tersebut, amanat yang tersampaikannya pun
nampak jelas.
b. Gaya
Bahasa
Gaya Bahasa yang banyak di tuangkan
pengarang dalam memperkuat cerita novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A
Sardjono adalah sebagai berikut :
Hiperbola
Hiperbola
adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarekan
sesuatu hal. Hasil analisis dalam novel Sepatu Emas Untukmu terdapat gaya bahasa
hiperbola, yaitu sebagai berikut.
1.
Ia mengintai ke atas langit dengan mata yang berlapis duka itu.
2.
Seorang musafir kehausan di padang pasir bertemu oase yang sangat
subur dan berlimpah airnya.
3.
Melihat itu, Pak Suryadi, ayah tirinya, mengulurkan tangannya, dan
telapak tangannya terbuka lebar ke arahnya.
4.
Hati uci seperti di sayat-sayat.
5.
Iklaskan agar lapang jalannya, tanpa bebas yang masih ada
sangkutanya dengan dunia.
33
3.8
Titik Pengisahan
Dalam novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A
Sardjono titik pengisahan yang di pergunakan oleh pengarang ( Maria A Sardjono
) adalah sebagai pengamat, yaitu dengan cara titik pengisahan peninjau, dimana
pengarang hanya memilih satu tokoh dan menjelaskan secara detail mengenai
tindakannya dan perasaannya tokoh tersebut, tokoh yang di maksud yaitu terdapat
pada tokoh uci.
Hal
tersebut dapat dilihat dari beberapa bukti di bawah ini :
1. Uci
bahkan menyadari bahwa menjalin hubungan cinta dengan seorang lelaki bukanlah
hanya sekedar diisi dengan nonton film, jalan-jalan, dan saling mengirim surat
berisi puisi cinta, tetapi ada banyak hal lain. Membicarakan masa depan,
misalnya. Membangkitkan semangat berjuang melayari kehidupan.
2. Uci
harus mengumpulkan seluruh keberanian dan kemampuannya, agar jangan sampai air
matanya ikut runtuh apabila ia melaporkan semua itu kepada ayah tirinya. Dan
lebih-lebih, ia harus memperlihatkan sikap yang mantap apabila nanti ia juga
harus menyampaikan berita putusnya pertunangannya dengan Bramanto. Semua itu
tidak mudah baginya. Darah masih menggenang di dadanya. Selama dua mala mini,
bantalnya selalu basah. Kepedihan dan rasa kehilangan masih teramat berat
mengimpit jiwanya.
3. Tak
seorang pu di antara rombongan, yang sedang mengayunkan langkah, menanggapi
gumamnya. Tidak juga uci, gadis cantik bergaun hitam itu. Namun demikian,
diam-diam melalui kerimbunan rambutnya, ia mengintai ke atas langit dengan mata
yang berlapis duka itu. Seluruh pikiran dan perasaannya tertuju kepada ibunya.
Dalam batinnya ia bertanya-tanya sendiri, apakah arwah ibunya ada di atas
awan-awan yang berarak-arak itu, dan dengan penuh kasih menatap ke bawah,
kepada anak kandung satu-satunya ini.
3.9
Amanat
a. Amanat
umum
Amanat umum yang di
ambil dari novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono adalah sebagai
berikut :
1. Berhati-hatilah
dalam bersikap karena, satu sikap saja yang kita tunjukkan kepada orang lain
baik itu kepada lawan jenis atau sesama jenis, misalnya adanya sikap
ketidaksukaan atau bisa di katakan benci, maka suatu saat ini entah itu kapan
waktunya, maka lama kelamaan rasa ketidaksukaan atau rasa
34
benci itu bisa berubah menjadi
sebaliknya atau bisa menyukai.
Pernyataan
di atas terbukti dalam cerita ini yang datangnya dari tokoh uci dan tokoh ganang.
2. Jika
kita akan bertindak dalam menghadapi suatu permasalahan maka harus berani atau
menerimanya dengan lapang dada dan bertanggung jawab, maka itu semua berarti
kita telah berbuat suatu keberanian atas diri kita sendiri.
3. Jika
kita mempunyai suatu keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang kita
inginkan atau harapkan maka keinginan
itu di usahakan bukan karena untuk orang lain, melainkan harus dari diri kita
sendiri.
b. Amanat
Khusus
Amanat Khusus yang
tersebar dalam novel Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono, sebagai
berikut :
1. Tentang
Moral
Hal tersebut nampak
dari bukti kutipan di bawah ini :
a. Yang
kata orang berpendapat bahwa seorang lelaki lebih banyak memakai rasio, saat
itu lebih banyak memakai emosi.
b. Aku
ingin sekali menundukkan kekerasanmu. Kekalahan membuatku lupa segalanya.
c. Seruluh
keangkuhan ganang punah. Pelan-pelan ia duduk di bagian kaki Uci. Wajahnya
tampak lembut, sesuatu yang belum pernah di lihat Uci sebelumnya.
d. Ganang
tidak menyukai seorang wanita yang memiliki otoritas, dan mampu mendominasi suatu
pekerjaan besar.
35
BAB
IV
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pada Analisis novel
ini dapat di simpulkan bahwa Tema yang terdapat pada Novel yang berjudul Sepatu
Emas Untukmu karya Maria A Sardjono, nampak jelas menceritakan tentang
percintaan, dimana pada cerita ini ada tiga tokoh, tokoh utama yaitu perempuan
yang bernama Suci Melati atau biasa di panggil Uci, dan tokoh laki-laki yang
bernama Bramanto, serta ada satu tokoh lain laki-laki yang bernama Ganang dalam
tokoh utama namun sebagai tokoh penentang antara tokoh Uci dan Bramanto. Mereka
bertiga terlibat untuk mendapatkan hati Uci, di awal cerita Uci menjalin
hubungan cinta bersama Bramanto, namun tiba-tiba di tengah jalan hubungan
mereka kandas karena hadirnya sesosok Ganang yang di akhir cerita ini Ganang
menjalin hubungan dan mendapatkan cinta dari Uci dengan memberinya pula Liontin
yang berbandul atau yang bentuknya seperti sepatu emas. Alur yang terdapat pada
cerita ini yaitu alur/plot konvensional, karena cerita ini menceritakan dari
awal sampai akhir cerita, namun pada cerita ini juga terdapat degresinya, yaitu
tentang kehidupan ibu uci di masa lalu yang teramat pilu karena sewaktu
hubungan bersama lelaki atau tidak lain lelaki itu sebagai ayah kandung uci,
namun hubungannya itu tidak di restui oleh keluarga uci, dan akhirnya pun
lelaki itu atau ayah kandung uci pergi entah kemana. Latar setting atau tempat
pada cerita ini terjadi di daerah kota Jakarta. Dan amanat yang yang terkandung
pada cerita nocel yang berjudul Sepatu Emas Untukmu karya Maria A Sardjono
yaitu mempunyai amanat bahwa dimana kita harus lebih berhati-hati pada ucapan
baik itu yang baik atau buruk maka suatu hari nanti dari ucapan itu akan
menimpa pada kita, karena ucapan bisa termasuk doa, sehingga di kemudian hari
akan menimpa pada diri kita, ya di sebabkan dari suatu ucapan tersebut.
36
DAFTAR
PUSTAKA
Sardjono Maria A. (1999).
Sepatu Emas Untukmu. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugianto Mas Aan. (2012).
Kajian Prosa Fiksi dan Drama. Kuningan : Program Studi Bahasa dan Sastra
Universitas Kuningan.
Sugianto Mas Aan. (2011).
Langkah Awal Menuju Apresiasi Sastra Indonesia. Kuningan: Program Studi Bahasa
dan Sastra Universitas Kuningan.
Sugianto Mas Aan. (2010).
Langkah Awal Menuju Apresiasi Sastra Indonesia. Kuningan: Program Studi Bahasa
dan Sastra Universitas Kuningan.
Sugianto Mas Aan. (1998).
Kajian Prosa Fiksi. Kuningan : Program Studi Bahasa dan Sastra Universitas
Kuningan.
Marjihanto Bambang. (1999). Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia Masa kini. Surabaya. Terbit Terang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar