1. Pengertian
Sintaksis
Pengertian Secara Etimologi
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang
berarti ’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi,
secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok
kata atau kalimat. Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga berasal dari
bahasa Belanda yaitu syntaxis.
Sintaksis juga berasal dari bahasa Inggris yaitu syntax. Istilah sintaksis (Belanda,
Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan tentang
seluk beluk wacana , kaliamat, prase dan
klausa.
Pengertian Sintaksis dari Berbagai Ahli,
a. Menurut
Gleason (1955) “Syntax maybe roughly
defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large
constructions of various kinds.” Artinya adalah sintaksis mungkin dikaitkan
dari definisi prinsip aransemen konstruksi (kata) ke dalam konstruksi besar
dari bermacam-macam variasi.
b. Robert
(1964:1) yang berpendapat bahawa sintaksis adalah bidang tata bahasa yang
menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun
kata-kata.Verhaar mengatakan bahwa
sintaksis adalah terdiri dari susunan
subjek (s) predikat(p) objek (o) dan keterangan yang merupakan tempat – tempat kosong yang tidak mempunyai
arti apa – apa.
c. Prof.Drs.M.Ramlan
mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa (linguistik) yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
d. Prof.Dr.Suparman
Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis merupakan studi tentang hubungan antara
kata yang satu dengan kata yang lain.
2. Frasa
A. Pengertian Frasa
Seorang pakar bernama Prof. M.
Ramlan,memaparkan frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau
lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan. Frase lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yangbersifat
non predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat, Jadi, dengan kata lain frasa merupakan
gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu batas fungsi. Fungsi
tersebut merupakan jabatan berupa subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan.
Contoh frasa adalah sebagai berikut,
1) gedung bertingkat itu,
Jika contoh tersebut diletakkan dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu
jabatan saja. Misalnya. - Gedung bertingkat itu(S) ambruk(P).
B. Jenis Frasa
Didalam frasa, digolongkan
menjadi dua jenis yaitu:
1). Berdasarkan persamaan distribusi
dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris
dan Frasa Eksosentris.
a)Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat
digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam
fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa
endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contohnya: Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Frasa Endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1. Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua
unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya
terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
(a) rumah pekarangan
(b) kakek nenek
(c) adik kakak
(d) menyanyi atau menari.
2. Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang memiliki unsur
pusat dan mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa
yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bersangkutan.
Contoh:
(a) rumah besar
(b) pensil baru
(c) anak itu
(d) siang ini
(e) sedang menyanyi
(f) sangat sedih
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atas seperti adalah
unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
3. Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya
adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu
sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ridho, anak Pak Roma, sedang menyanyi.
Ridho, …….sedang menyanyi.
……….anak Pak Roma sedang menyanyi.
Unsur ‘Ridho’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Roma’
merupakan aposisi.
Contoh lain:
(a) Solo, kota budaya
(b) Indonesia, tanah airku
(c) Bapak Sutarno, ayahku
(d) Bangkit, sahabatku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm
frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan
ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang
lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi
atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang
kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif.
4. Frasa eksosentris adalah
frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini
tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai UP.
Contoh: Sejumlah mahasiswa di
teras.
Menurut Imam Frase Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
1. Frase
Eksosentrik yang Direktif, komponen pertamanya berupa preposisi, seperti “di,
ke dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori
nomina.
Contoh:
di rumah
di rumah
dari pohon mahoni
demi kesejahteraan
2.
Frase Eksosentrik yang Nondirektif, komponen pertamanya berupa artikulus,
seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan komponen
keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh: si kaya, para remaja kampung
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi
enam.
a). Frasa nomina, frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk
kategori nomina. Unsur pusat frasa nomina itu berupa:
(1) nomina sebenarnya
contoh: batu itu untuk membangun rumah.
(2) pronomina
contoh: mereka itu teman saya.
(3) nama
contoh: Wisnu itu baik.
(4) kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi
nomina
contoh:
dia malas → malas itu merugikan
anaknya tiga ekor → tiga itu sedikit
dia menari→ menari itu menyenangkan
kata malas pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva,
begitupula dengan tiga ekor awalnya frasa numeralia, dan kata menari yang
awalnya adalah frasa verba.
b). Frasa Verba, frasa yang unsurpusatnya berupa kata verba. Secara
morfologis, unsur pusat frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba.
Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ’sedang’ untuk verba
aktif, dan kata ’sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi
kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara
sintaktis dapat diberi kata ’sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
5. Frasa Ajektifa, frasa yang unsur pusatnya berupa kata ajektifa.
Unsur pusatnya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak,
alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Gedungnya tinggi
.
6. Frasa Numeralia, frasa yang unsur pusatnya berupa kata numeralia. Yaitu
kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam
frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan
lain-lain.
Contoh:
lima buah
tujuh ekor
satu biji
lima belas orang.
7. Frasa Preposisi, frasa yang
ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau
kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata)
di rumah
ke depan rumah
dari kantor
untuk kami
8. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung
sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa
adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
C. POLA FRASE
Seperti
yang telah diketahui bahwa frase merupakan kelompok kata. Sebagai kelompok kata
frase mungkin terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsure pembentuknya
bahkan mungkin sekali merupakan gabungan frase dengan kata. Dengan kata lain,
frase tidak selamanya berstruktur kata ditambah kata, mungkin berupa kata
tambahan frase.
Secara umum pola
struktur frase dalam bahasa Indonesia kemungkinana ada lima (suparno dan oka,
I..N, 1994)
1. Frase
berbentuk dari kata tambahan kata atau F = K+K
Cotoh : baju mini =
baju + mini
Pohon itu = pohon + itu
Cantik sekali = cantik + sekali
Sangat cepat =
sangat + cepat
2. Frase
terbentuk dari kata ditambah frase atau F = K+F
Contoh : baju adik saya
= baju
+ adik saya
Dua mahasiswa
baru = dua + mahasiswa baru
Lima buku gambar =
lima + buku gambar
Di rumah adik
= di + rumah adik
3. Frase
terbentuk dari frase ditambah kata atau F =F + K
Contoh : anak kecil itu
= anak kecil + itu
Koran baru saya = Koran baru + saya
Wanita muda itu = wanita muda +itu
Kawan lamamu = kawan lama + -mu
4. Frase
terbentuk dari frase ditambahan frase atau F=F+F
Contoh : rapat kita
hari ini = rapat
kita + hari ini
Perusahaan baru
kakak saya = perusahaan
baru+kakak saya
Kenangan indah
cinta kita = kenangan indah + cinta kita
Lima orang
mahasiswa baru = lima
orang + mahasiswa baru
5. Frase
terbentuk dari kata ditambah klausa atau F = K+ KL
Contoh : ketika dia
datang = ketika + dia datang
Jika bapak pergi = jika
+ bapak pergi
Frasa terdiri dari unsur-unsur
yang anggota-anggotanya dapat dipisahkan oleh unsur lain dan dapat disisipi
apapun di antara komponennya. Komponen-komponen frasa masing-masing atau salah
satunya dapat difiksasikan atau dimodifikasikan (mengalami proses morfologis).
Komponen-komponen frasa dapat dipertukarkan.
3. Klausa
A. Pengertian Klausa
Klausa ialah unsur kalimat,
karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa Unsur inti klausa
adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam
kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa,
Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima
dasar itu adalah
1. Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir
tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa
yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu
hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya kalimat.
Berikut hasil klasifikasinya:
a) Klausa
Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
(1)Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh : Kondisinya
masih kritis.
(2)Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh : Masih kritis kondisinya.
b) Klausa Tidak
Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir.
Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur
inti yang lain dihilangkan.
2. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan.
a) Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang
ditandai tidak adanya unsur negasi yang
menegatifkan P.
Contoh :
Mereka pergi ke toko.
b) Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang
ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh :
Anak itu belum mengerjakan PR
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi
secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang
secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia
tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P
dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu
apapun’, maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia
tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori
frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat
diklasifikasikan menjadi :
a). Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung itu.
Bapak itu dosen linguistik.
b). Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Klausa ini dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
1.
Klausa Transitif adalah klausa yang predikatnya berupa verba transitif.
Misal: Adik menulis surat.
2.
Klausa Refleksif adalah klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.
Misal: Kakak sedang berdandan.
3.
Klausa Resiprokal adalah klausa yang
predikatnya berupa verba resiprokal.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c) Klausa Adjektiva
Klausa
adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva. Contoh :
Paman sangat
kurus.
Rumah itu
sudah tua.
Ibu guru
sangat baik.
d) Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori numeralia.
Contoh :
Mahasiswanya sembilan orang.
e) Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa
preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Surabaya.
f) Klausa Pronomial
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi
ponomial.
Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya
untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat
dibedakan atas :
a) Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga
berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang
berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa
tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat
yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari
rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu
kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
b) Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi
kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya
tidak lengkap. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam,
judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
5
Klasifikasi klausa berdasarkan
kriteria tatarannya dalam kalimat.
Menurut Oscar Rusmaji Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat
dibedakan atas :
a) Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki fungsi sintaksis dari
klausa yang lain. Contoh :.
Meskipun sedikit, saya tahu tentang hal itu.
b) Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi
unsur dari klausa yang lain.
Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
B. Analisis Klausa
Klasifikasi dapat dianalisis klausa berdasarkan tiga dasar, yaitu
berdasarkan fungsi unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau frase yang
menjadi unsurnya, dan berdasarkan makna
unsur-unsurnya.
1) Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O,
pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa.
Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
2) Analisis Klausa Berdasarkan Kategori
Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi
unsur-unsur klausa disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas
dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
3) Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi
unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket
C. POLA KLAUSA
Berdasakan
kategori unsure pengisi dan dengan memperhatikan tipe struktur klausanya
dapatlah disusun pola klausanya sebagai berikut
1. KL
= FB + FB
Contoh : dia guru
Mereka mahasiswa baru
Buku itu bahasa Indonesia
Orang itu karyawan perusahaan
2. Kl
= fb+fk
Contoh : ibu memasak
Adik belajar
Mereka sedang berjalan-jalan
Anak itu sedang menangis
3. Kl
= fb + fs
Contoh :
sepatu itu rusak
Anak itu nakal
Adik perempuannya cantik
Batu itu sangat keras
4. Kl
= fb +fd
Conoh : Mereka diruang
tengah
Ayah ke kantor
Ani ke kampus
Gadis itu dari tegal
5. Kl
= fb +fbil
Contoh : Kelerengnya 6
buah
Burungnya empat ekor
Jumlah buku itu tujuh buah
Keluarganya tujuh orang
6. Kl
= fb + fk
Contoh : Adik mengambil
buku
Dia menarik bajuku
Erni sedang menyiram tanaman
Kambing itu sedang makan rumput
7. Kl
= fb+fk+fb+fb
Contoh : Kakak
mengambilkan adik baju
Paman mencarikan saya rumah kontrakan
Anton memberikan kekasihnya bunga anggrek
Ani membelikan pacarnya saputangan
baru
3. Kalimat
A. Pengertian Frasa
Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek
(S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsure subjek dan unsure predikat
penyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat
disebut sebagai frasa. Inilah yang
membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran
yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dank
eras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!). kalau dilihat dari hal
predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yaitu :
a. Kalimat-kalimat
yang berpredikat kata kerja dan
b. Kalimat-kalimat
yang berpredikat bukan kata kerja
Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari
kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang
berpredikat bukan kata kerja. Oleh sebab itu, kalau ada kata kerja dalam suatu
untaian kalimat, kata kerja itu dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
Contoh:
Tugas itu
dikerjakan oleh para mahasiswa.
Kata kerja dalam kalimat ini
ialah dikerjakan. Kata dikerjakan
adalah predikat dalam kalimat ini.
Setelah ditemukan predikat
dalam kalimat itu, subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan
predikat, sebagai berikut.
Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa?
Jawaban pertanyaan itu ialah tugas itu. Kata tugas itu merupakan
subjek kalimat. Kalau tidak ada kata yang dapat dijadikan jawaban pertanyaan
itu, hal itu berarti bahwa subjek tidak ada. Dengan demikian, pernyataan dalam
bentuk deretan kata-kata itu bukanlah kalimat.
Kalau dalam suatu pernyataan
tidak terdapat kata kerja, kata yang dapat kita cadangkan sebagai predikat
ialah kata sifat. Di samping itu, kata bilangan dan kata benda pun dapat
dijadikan sebagai predikat. Predikat itu dapat pula berupa frasa depan.
Tadi sudah dikatakan bahwa
mencari subjek sebuah kalimat adalah dengan cara bertanya melalui predikat
dengan pertanyaan
Siapa yang atau apa yang + . . . predikat.
Bagaimana halnya dengan objek?
Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat yang berpredikat kata
kerja. Namun, tidak semua kalimat yang berpredikat kata kerja harus mempunyai
objek. Objek itu hanya muncul pada kalimat yang berpredikat kata kerja
transitif. Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan objek
merupakan suatu kesatuan.
Dengan demikian, objek itu
adalah kata benda yang terletak di belakang predikat yang berawalan meng- dan kata benda itu dapat menjadi
subjek dalam kalimat pasif. Jika dilihat dari segi makna kalimat, objek
merupakan unsure yang harus hadir setelah predikat yang berupa verba transitif.
Ekspor nonmigas mendatangkan.
Frasa ekspor nonmigas merupakan
subjek kalimat, sedangkan kata mendatangkan adalah unsure predikat yang berupa
verba transitif. Kalimat ini belum memberikan informasi yang lengkap sebab
belum ada kejelasan tentang mendatangkan itu. Oleh sebab itu, agar kalimat itu
dapat memberikan informasi yang jelas, predikatnya harus dilengkapi dengan
objek kalimatt di bawah ini.
Ekspor nonmigas mendatangkan keuntungan.
S P O
Andaikata suatu kalimat sudah
mengandung kelengkapan makna dengan hanya memiliki subjek dan predikat yang
berupa verba intransitive, objek tidak diperlukan lagi. Kalimat di bawah ini
tidak memerlukan objek.
Penanaman modal asing berkembang
S P
Kalimat itu sudah lengkap dan
jelas. Jadi, unsure subjeknya adalah penanaman modal asing dan unsure
predikatnya adalah berkembang. Kalimat itu telah memberikan informasi yang
jelas. Kalimat itu tidak perlu dilengkapi lagi. Andaikata di belakang unsur
berkembang ditambah dengan sebuah kata atau beberapa kata, unsure tambahan itu
bukan objek, melainkan keterangan. Misalnya:
Penanaman modal asing berkembang saat ini
S P K
2. Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar
dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1) KB
+ KK : Mahasiswa
berdiskusi.
2) KB
+ KS : Dosen itu
ramah.
3) KB
+ KBil :
Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah.
4) KB1
+ KK + KB2 : Mereka
menonton film.
5) KB1
+ KK + KB2 + KB3 : Paman
mencarikan saya pekerjaan.
6) KB1
+ KB2 :
Rustam peneliti.
Keenam pola kalimat
dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola
dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
3. Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat
berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat
bersifat setara (oordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran
(koordinatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat
tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
a.
Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal terdiri
atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari
unsure-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia
dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat
tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri
pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat
dasar.
1) mahasiswa
berdiskusi
S:KB
+ P:KK
2) dosen
itu ramah
S:KB
+ P:KS
3) harga
buku itu tiga puluh ribu rupiah
S:KB
+ P:KBil
4) mereka
menonton filem
S:KB
+ P:KK + O:KB
5) paman
mencarikan saya pekerjaan
S:KB + P:KK + O:KB + Pel KB
6) Rustam
peneliti
S:KB + P:KB
Pola 1 adalah pola yang
mengandung subjek (s) kata benda (mahasiswa) dan predikat (p) kata kerja
(berdiskusi). Kalimat itu menjadi
Mahasiswa berdiskusi
S P
Pola
2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat
kata sifat (ramah). Kalimat itu menjadi
Dosen
itu ramah
S
P
Pola
3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan
berpredikat kata bilangan (tiga puluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga
buku itu tiga puluh ribu rupiah
S P
Pola
4 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (mereka) berpredikat kata kerja
(menonton) dan berobjek kata benda (filem). Kalimat itu menjadi
Mereka
menonton filem
S P O
Kalimat
pola 4 atau SPO merupakan kalimat yang dapat dibenuk menjadi kalimat pasif.
Kalimat pasif tersebut dibentuk dengan menempatkan objek menjadi subjek dan
predikat diubah menjadi awal di.
Mereka
menonton filem (aktif)
Filem
itu ditonton oleh mereka (pasif)
Dengan
berubahnya kalimat aktif menjadi pasif, pelau dalam kalimat aktif itu menjadi keterangan
(oleh mereka).
Filem
itu = subjek
Ditonton = predikat
Oleh
mereka = keterangan
Pola
5 adalah pola kalimat yang terdiri atas subjek kata benda (paman), predikat
kata kerja (mencarikan), objek (o) kata benda (saya), dan pelengkap (Pel) kata
benda (pekerjaan). Selengkapnya kalimat itu menjadi
Paman
mencarikan saya pekerjaan
S P O pel.
Pola
6 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (rustam) dan berpredikat kata
benda (peneliti). Baik subjek maupun predikat, keduanya kata benda. Jadi,
kalimat itu selengkapnya menjadi.
Rustam
penelitian
S P
b.
Kalimat
Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara
terjadi dari dua kalimat tunggal atau leih. Kalmiat majemuk setara dikelompokan
menjadi empat jenis, sebagai berikut.
Dua kalimat tunggal atau lebih dapat di
hubungan oleh kata dan satu setara jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu
sejalan, dan hasil disebut kalimat majemuk setara perjumlahan.
Contoh :
Kami
membaca
Mereka
menulis
Kami
membaca dan mereka menulis
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat
yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh :
Direktur
tenang.
Karyawan
duduk teratur.
Para
nasabah antri.
Direktuur
tenang, karyawanya duduk teratur, dan para nasabah antri.
Kalimat
majemuk setara rapatan
Dalam
kalimat majemuk setara, ada yang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk
yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur
subjek atau unsur objek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsure yang sama
cukup disebutkan satu kali.
Contoh :
Kami
berlatih
Kami
bertanding
Kami
berhasil menang
Kami
berlatih, kami bertanding, dan kami berhasil menang
Kami
berlatih, bertanding, dan berhasil menang.
c.
Kalimat
majemuk tidak setara
Kalimat majemuk tidak
setara terdiri atas atau suku kalimat yang bebas (klausa bebas) dan satu suku
kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Jalinan kalimat ini
menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsure gagasan yang
majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaniannya
dari sudut pandang waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan
aspek gagasan yang lain digunakan dalam anak kalimat.
Contoh:
1) a.
komputer itu dilengkapi dengan alat-alat moder (tunggal)
b. mereka masih dapat mengacaukan
data-data komputer (tunggal)
c. walaupun komputer itu dilengkapi
dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
d.
Kalimat
majemuk teksetara dan berunsur sama
Kalimat majemuk tak setara dapat disapatkan
andaikan unsure-unsur subjek sama.
Contoh:
Kami
sudah lelah
Kami
ingin pulang
Karena
sudah lelah kami ingin pulang
Pada
anak kalimat terdapat kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada induk kalimat
terdapat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat. Dalam hal seperti ini,
subjek itu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak kalimat
boleh di hilangkan, dan bukan sebaliknya.
e.
ghilangan
kata penghubung
pada kalimat majemuk
tak setara rapatan yang mencoba mengadakan penghematan dengan menghilangkan
penanda anak kalimat sehingga kalimat itu menjadi salah.
Contoh:
Membaca
surat itu saya sangat terkejut
Anak kalimat:
Membaca
surat itu.
Induk kalimat:
Saya
sangat terkejut.
Subjek anak kalimat itu persis sama dengan subjek pada induk
kalimat, yaitu saya
Kalau tidak ada penanda pada anak
kalimat,kalimat majemuk itu tidak benar
(tidak baku). Penanda yang dapat dipakai ialah setelah sehingga kalimat akan
menjadi
Setelah
(saya) membaca surat itu, saa sangat terkejut.
Saya
membaca surat itu, saya sangat terkejut.
f.
Kalimat
majemuk campuran
Kalimat pertama ini terdiri atas kalimat
majemuk taksetara (bertingkat) dan kaimat majemuk setara, atau terdiri atas
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Contoh:
1) Karena
hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang. (bertingkat + setara)
2) Kami
pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai. (setara +
bertingkat).
1. Hubungan
makna “Penjumlahan” ditandai dengan adanya kata hubung dan atau lagi. Kata ini
menghubungkan antara klausa satu dengan kalusa lainnya dalam suatu konstruksi
kalimat
Contoh : setiap sore
erni menyapu dan mengepel lantai
Dia membuka buku pelajarannya dan
mulai membacanya
Ayah saya dan kakakmu pergi ke kantor
Gadis itu cantik lagi molek
2. Hubungan
makna “Pemilihan” adalah hubungan makna
yang menyatakan bahwa ada satu pilihan tersebut pada klausa-klausanya. Hubungan
makna pemilihan ini ditandai dengan adanya kata hubung atau.
Contoh : kamu membeli
buku ini atau pinjam ke perpustakaan
Kita melihat pameran itu atau duduk
disini
Engkau akan membeli mobil atau
membangun rumah
Pada kalimat diatas
mengandung makna pemilihan pada kalimat yang pertama orang yang diajak bicara
adalah kamu diminta memilih satu pembeli buku itu atau pinjam diperpustakaan.
3. Hubungan
makna “Perlawanan” adalah hubungan makna yang menyatakan bahwa yang dinyatakan
dalam kalusa yang satu berlawanan dan berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam
klausa yang lain. Hubungan makna perlawanan ditandai dengan kata hubung tetapi,
melainkan, padahal
Contoh : rumah itu
bagus tapi tamannya tidak terpelihara
Dia tidak suka membeli buku padahal
uangnya banyak
Dia tidak sedang belajar melainkan
membaca komik
Meskipun dia sakit, tetapi dia datang
juga
4. Hubungan
makna “Perurutan” adalah makna yang menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, atau
perbuatan yang dinyatakan dalam klausa itu berurutan. Hubungan makna ini
ditandai dengan kata hubung lalu atau kemudian
Contoh : dia berhenti
sebentar, lalu berjalan lagi
Dia mengambil sandal, lalu
meletakannya diatas kursi
Ibu mengunci pintu, kemudian tidur
5. Hubungan
makna “Lebih” biasanya ditambah dengan kata hubung bahkan atau malahan
Contoh : mobil itu
sudah rusak bahkan kini tidak dapat berjalan
Dia marah-marah bahkan gelaspun
dilemparkannya
Dia tidak pernah menegur malahan
bertemu mukapun tidak mau
6. Hubungan
makna “Waktu” menyatakan terjadinya suatu peristiwa perbuatan atau keadaan yang
tersebut dalam klausa inti. Kata penghubung biasanya ketika, ewaktu, selama,
sesudah, sebelum, setiap kali, dan lain sebagainya
Contoh : ketika ayah
pergi, dia tinggal di rumah
Dia selalu mencuci tangannya sebelum
dia makan
Dia langsung tidur setelah dia makan
7. Hubungan
makna ”Perbandingan” adalah hubungan makna kata yang menyatakan perbandingan
apa yang dinyatakan pada klausa inti dengan apa yang dinyatakan pada klausa
bawahannya. Kata penghubung biasanya,
daripada, seperti, seolah2
Contoh : mereka lebih
suka berjalan daripad naik bus
Mukanya pucat seperti orang yang
sedang ketakutan
8. Hubungan
makna “Sebab” adalah hubungan yang menyatakan sebab atau alasan yang ada pada
klausa bawahan tentang terjadinya suatu peristiwa atau perbuata yang tersebut
pada klausa ini
Contoh : karena sakit,
dia tidak berangkat ke sekolah
Dia tidak naik kelas sebab tidak
pernah belajar
Gadis itu pingsan karena terlalu lelah
9. Hubungan
makna ”Akibat” hubungan yang menyatakan bahwa apa yang tersebut pada kalusa
bawahan merupakan akibat dari apa yang dinyatakan dari klausa inti. Hingga,
sehingga, sampai-sampai
Contoh : dia sangat
malu hingga mukanya terlihat merah
10. Hubungan
makna “Syarat” hubungan menyatakan bahwa klausa bawahan merupakan syarat bagi
terjadinya apa yang dinyatakan pada klausa inti. Jika, apabila, kalau
Kamu akan berhasil jika
kamu berusaha dengan sungguh2.
11. Hubungan
makna “Pengandaian” hubungan yang menyatakab klausa sebagai pengandaian atau
sebagai syarat yang tidak mungkin terlaksananya apa yang ada pada klausa inti.
Andaikata, seandainya, sekiranya dan andaikan.
12. Hubungan
makna “Harapan” klausa bawahan merupakan suatu yang diharapakan, bila apa yang dinyatakan
klausa inti terlakasana. Agar, supaya, dan biar.
13. Hubungan
makna “Penerang” klausa bawahan menerangakn salah satu unsure yang terdapat
dalam klausa inti.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa sintaksis adalah secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Dan menurut para ahli adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan
cara-cara menyusun kata-kata. Konsep – konsep dasar sintaksis terdiri atas,
Kontruksi, kontituen, fungsi , dan peran
Kontruksi Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek
(S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). kontituen Sintaksis adalah
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Untuk
memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
peran, dan kategori sintaksis. Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa
komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Dalam memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan
pelengkap, serta keterangan. Peran sintaksis adalah merupakan Suatu kata dalam
konteks kalimat memiliki peran semantik tertentu. Serta bagian – bagian dari
sintaksis terdiri atas Frasa, klausa, kalimat. Frase adalah satuan gramatik
yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Klausa
adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik
disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi
kalimat.
3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini lebih baik dan bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata saya ucapkan
terima kasih.
Daftar Pustaka
Ahyadi, dedi. 2011. Linguistik Umum Bahan Perkuliahan.
Universitas kuningan.
Arif zaenal,
Amran tasai (2008). Cermat
Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo.
Ramlan, M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta : C.V Karyono
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung : Rineka cipta
Linguistik Bahasa Indonesia. Universitas terbuka
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung
: Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar