Pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran
berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Pembelajaran berfungsi membekali
kemampuan siswa mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam belajar.
Sesuai dengan prinsip belajar teori konstruktivisme, maka dalam pembelajarannya
nampak ada pergeseran fungsi guru dan buku sumber sebagai sumber informasi.
Guru lebih berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi informasi yang
dibutuhkan.
Menerapkan Pembelajaran “Student-centered learning
strategies”.
Pembelajaran konstruktivisme mengkritisi konsep
pembelajaran yang selama ini, belajar mengajar dalam arti cenderung berpusat
pada subjek belajar. Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif
mengkonstruksi pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator. Bentuk
pembelajaran “student-centered” dilaksanankan melalui belajar aktif, belajar
mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning dan
problem-based learning.
Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
teori konstruktivisme mencakup pembelajaran kontekstual dan kuantum.
1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning)
Dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan
filosofis konstruktivisme, yaitu suatu filosofis belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal. Konstruktivisme berakar pada filsafat
pragmatisme yang dikembangkan oleh John Dewe pada awal abad 20 tahun yang lalu.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru dalam
mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan
mendorong siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
amelibatkan 7 komponen utama pembelajaran efektif, yaiu konstruktivisme,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya.
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir yang
dipergunakan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan
ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Dalam pandangan konstruktivis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan
dibandingkan aseberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
1. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi
siswa
2. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri, dan
3. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar.
b. Menemukan
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis CLT (contextual Learning and Teaching). Siklus inkuiri
:observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) :
a. merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun),
Bagaimanakah silsilah raja-raja majapahit?(sejarah), Bagaimanakah cara
melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai kendari? (bahasa
Indonesia), ada beberapa jeni tumbuhanmenurut bentuk bijinya?(biologi), kota
mana saja yang termasuk kota besar Indonesia?(geografi)
b. mengamati atau melakukan observasi
membaca buku aatau sumber lain untuk mendapatkan
informasi pendukung, mengamati, dan mengumpulkan adata sebanyak-banyaknya dari
sumber atau objek yang diamati
c. menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain : bertanya jawab
dengan teman memunculkan ide-ide baru, melakukan refleksi, menempelkan gambar,
karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding kelas, dinding sekolah, majalah
dinding, majalah sekolah, dsb.
c. Bertanya
Questioning (bertanya) merupakan strategi tahap
pembelajaran yang berbasis CLT.bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir
siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, dan
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada
aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat belajar
Learning Community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CLT, guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya
bersifat heterogen. Misalnya ahli internet, sablon dan sebagainya. “Masyarakat
belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. “seorang guru
yang mengajari siswanya” bukan contoh masyarakat belajar karen komunikasi hanya
terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak
ada arus informasi yang perlu dipelajari oleh guru yang datang dari arah siswa.
Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak
yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak
harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari
e. Permodelan
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan
atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa di tiru. model itu bisa berupa
cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu.
Dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.
f. Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan
di masa yang lalu siswa mengedepankan apa yang baru di pelajarinya sebahai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang bermakna di peroleh dari proses.
Pengetahuan yang di miliki siswa di perluas melalui konteks pembelajaran,
kemudian sedikit demi sedikit bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak
siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi.
g. Penilaian yang sebenarnya
Penilaian adalah proses pengumpulan data yang
memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
perlu di ketahui oleh guru agar bisa memastikan siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi
siswa mengalami kemacetan belajar maka guru segera mengambil tindakan yang
tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar karena gambaran tentang
kemajuan belajar diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment
tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran tetapi di lakukan bersama secara
integrer tidak terpisah dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar di
tekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (Learning How To
Learn) bukan di tekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir
periode pembelajaran karena asses ment menekankan pada proses pembelajaran.
Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan melulu hasil.
2. Model Pembelajaran Kuantum
Pengertian Quantum Teaching dapat di pahami melalui
tiga hal yaitu :
1. Quantum berarti interaksi yang berarti mengubah
energi menjadi cahaya. Teaching berarti pembelajaran, untuk menghilangkan kesan
“dominasi” tugas guru terhadap siswa, dan memberikan “pengakuan” lebih terhadap
kemampuan siswa untuk belajar dengan bantuan dan bimbingan guru (Rusda Kto
Sutadi, 1996:10). Jadi Quantum Teaching atau pembelajaran kuantum adalah
pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi yang berada di dalam dan
di sekitar momen belajar, sehingga kemampuan dan bakat alamiah siswa berubah
menjadi cahaya (kemampuan aktual)
2. Percepatan belajar, berarti menyingkirkan
hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja seperti
menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran
yang sesuai, cara efektif Penyajian, dan keterlibatan aktif.
3. fasilitasi, merujuk pada implementasi strategi
yang menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya
yang mudah dan alami. Fasilitasi termasuk penyediaan alat bantu yang memudahkan
siswa belajar.
Dalam proses pembelajaran terjadi oskestrasi
(penggubahan, penyelarasan, pemberdayaan komunitas belajar), sehingga
orang-orang yang terlibat sama-sama merasa senang dan bekerja saling membantu
untuk mencapai hasil yang optimal.
Asas utama
Pembelajaran kuantum di rancang berdasar tiga hal,
yaitu: asas utama, prinsip-prinsip dan model. Belajar adalah kegiatan full
contact, suatu kegiatan yang melibatkan seluruh kepribadian manusia (pikiran,
perasaan dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap dan keyakinan
sebelumnya serta persepsi masa datang. Belajar berurusan dengan orang secara
keseluruhan, kegiatan ini dapat dicapai jika guru telah memasuki kehidupan
siswa caranya yaitu dengan mengaitkan apa yang di ajarkan guru dengan
peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial,
atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa.
Prinsip-prinsip pembelajaran Kuantum
Prinsip yang digunakan dalam pembelajaran kuantum
terdiri dari :
1. segalanya berbicara
Prinsip segalanya berbicara mengandung pengertian
bahwa segala sesuatu di ruang kelas “berbicara” – mengirim pesan tentang
belajar dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang di
bagikan hingga rancangan pelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru wajib
mengubah kelas menjadi “komunitas belajar” masyarakat mini yang setiap detailnya
telah di ubah untuk mendukung belajar optimal dari cara mengatur bangku,
menentukan kebijakan kelas, cara merancang pengajaran.
2. prinsip segalanya bertujuan
Berarti semua upaya yang di lakukan guru dalam
mengubah kelas mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal
untuk mencapai prestasi tertinggi.
3. pengalaman sebelum peberian nama
Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal-hal yang
mereka pelajari. Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan peluang untuk
penamaan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental, membangun
keingintahuan siswa. Dalam kondisi demikian barulah guru memberikan nama :
menjelaskan materi pelajaran.
Mode pembelajaran kuantum mengambil bentuk hampir
sama dengan sebuah simponi yang membagi unsur pembentuk mencari dua kategori
yaitu : konteks dan isi.
4. Akui setiap usaha
5. Jika layak di pelajari, maka layak pula
dirayakan.
3. Konsep Multiple Intelegenci
Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner
(1983) dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple intelegences, ada
delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik,
matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal,
intrapersonal, dan naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap
individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu
Amstrong (2002) menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk
melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara,
karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan MI sebagai suatu
strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu kita kenali atau pahami
ciri-ciri yang dimiliki seseorang.
1. Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri
antara lain :
a. suka menulis kreatif,
b. suka mengarang kisah khayal atau menceritakan
lelucon,
c. sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal
kecil,
d. membaca di waktu senggang,
e. mengeja kata dengan tepat dan mudahsuka mengisi
teka-teki silang,
f. menikmati dengan cara mendengarkan,
g. unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca,
menulis dan berkomunikasi).
2. Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain:
a. menghitung problem aritmatika dengan cepat di
luar kepala,
b. suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya
analisis, misalnya mengapa hujan turun?
c. ahli dalam permainan catur, halma dsb,
d. mampu menjelaskan masalah secara logis,
e. suka merancang eksperimen untuk membuktikan
sesuatu, menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki,
berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3. Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain:
a. memberikan gambaran visual yang jelas ketika
menjelaskan sesuatu,
b. mudah membaca peta atau diagram
c. menggambar sosok orang atau benda persis aslinya
d. senang melihat film, slide, foto, atau karya seni
lainnya
e. sangat menikmati kegiatan visual
f. seperti teka-teki atau sejenisnya
g. suka melamun dan berfantasi
h. mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas
sekolah
i. lebih memahamai informasi lewat gambar daripada
kata-kata atau uraian
j. menonjol dalam mata pelajaran seni.
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri:
a. banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan
sesuatuaktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau
skateboard
b. perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya
c. menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau
kegiatan fisik lainnya
d. memperlihatkan keterampilan dalam bidang
kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat
e. pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku
orang lain
f. bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah
yang dihadapinya
g. suka membongkar berbagai benda kemudian
menyusunnya lagi
h. berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan
yang bersifat kompetitif.
5. Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain:
a. suka memainkan alat musik di rumah atau di
sekolah
b. mudah mengingat melodi suatu lagu
c. lebih bisa belajar dengan iringan music
d. bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri
atau orang lain
e. mudah mengikuti irama music
f. mempunyai suara bagus untuk bernyanyi
g. berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
5. Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara
lain:
a. mempunyai banyak teman
b. suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan
tempat tinggalnya
c. banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar
jam sekolah
d. berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik
antartemannya
e. berempati besar terhadap perasaan atau
penderitaan orang lain
f. sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain
g. berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam
mata pelajaran ilmu sosial.
6. Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara
lain:
a. memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat
b. bekerja atau belajar dengan baik seorang diri
c. memiliki rasa percaya diri yang tinggi
d. banyak belajar dari kesalahan masa lalu
e. berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan
f. banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang
dikerjakan sendiri.
7. Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara lain:
a. suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan
b. sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka
c. suka berkebun atau dekat dengan taman dan
memelihara binatang,
d. menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem
kehidupan alam
e. suka membawa pulang serangga, daun bunga atau
benda alam lainnya
f. berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi,
dan lingkungan hidup.
Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap
kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem
otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu
bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.
Mendidik Anak Cerdas dan Berbakat. Mengembangkan
kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak.
Apa itu kecerdasan majemuk ? Sebagai orang tua masa kini, kita sering kali
menekankan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah. Kita ingin mereka
menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan
tinggi yang bergengsi. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa
sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Pada
kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-orang yang
sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah.
Bill Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain
golf) adalah beberapa dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah
tetapi menjadi orang yang sangat berhasil di bidangnya. Kemudian di sinilah
muncul pertanyaan sebagai berikut :
Kalau IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa
dipakai untuk meramalkan sukses seorang anak di masa depan, lalu apa ? Apa yang
harus dilakukan orang tua supaya anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk masa
depanya ?
Kemudian jawabannya adalah :
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple
Intelligence)dan bukan hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk Kemungkinan
anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk
meningkatkan kecerdannya yang majemuk itu. Membangun seluruh kecerdasan anak
adalah ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai beberapa tongkat sebagai
penyangganya. Semakin sama tinggi tongkat-tongkat penyangganya, semakin kokoh
pulalah tenda itu berdiri. Untuk menjadi sungguh-sungguh cerdas berarti
memiliki skor yang tinggi pada seluruh kecerdasan majemuk tersebut. Walaupun
sangat jarang seseorang memiliki kecerdasan yang tinggi di semua bidang,
biasanya orang yang benar-benar sukses memiliki kombinasi 4 atau 5 kecerdasan
yang menonjol.
Albert Einstein, beliau sangat terkenal jenius di
bidang sains, ternyata juga sangat cerdas dalam bermain biola dan matematika.
Demikian pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam
bidang olah tubuh, seni arsitektur, matematika, dan fisika. Penelitian
menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup lagi seseorang untuk
mengembangkan kecerdasannya secara maksimal. Justru peran orang tua dalam
memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting
dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Jadi untuk menjamin anak
yang berhasil, kita tidak bisa menggantungkan pada sukses sekolah semata. Kedua
orang tua harus berusaha sebaik mungkin untuk menentukan dan mengembangkan
sebanyak mungkin kecerdasan yang memiliki oleh masing-masing anak. Sukses dan
Kecerdasan
Kecerdasan memang bukan satu-satunya elemen sukses.
John Wareham (1992), mengatakan ada 10 (sepuluh) unsur pokok untuk menjadi
eksekutif yang sukses yaitu :
a. kemampuan menampilkan pesona diri yang tepat
b. kemampuan mengelola energy diri yang baik
c. Kejelasan dan kesehatan system nilai pribadi dan
nilai kontrak batin
d. Kejelasan sasaran –sasaran hidup yang tersurat
maupun yang tersirat
e. Kecerdasan yang memadai (dalam arti penalaran)
f. Adanya kebiasaan kerja yang baik
g. Keterampilan antar manusia yang baik
h. Kemampuan adaptasi dan kedewasaan emosional
i. Pola kepribadian yang tepat dengan tuntutan
pekerjaan
j. Kesesuaian tahap dan arah kehidupan dengan
ekspektasi gaya hidup
Dale Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan
kecerdasan secara eksplisit (dalam pengertian umum) sebagai elemen
keberhasilan. Beliau mengatakan bahwa untuk berhasil dibutuhkan 10 (sepuluh
Kualitas) yaitu :
1. Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri
yang sehat.
2. Keterampilan berkomunikasi yang baik,
3. Keterampilan antar manusia yang baik,
4. Kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain,
5. Sikap positip terhadap orang, kerja dan diri
sendiri,
6. Keterampilan menjual ide dan gagasan,
7. Kemampuan mengingat yang baik,
8. kemampuan mengatasi masalah, stres dan
kekuatiran,
9. Antusiasme yang menyala-nyala, dan
10. Wawasan hidup yang luas.
Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur
dengan skala IQ, memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses. John
Wareham, menyimpulkan hal di atas sesudah ia mewawancarai puluhan ribu calon eksekutif
dan mensuplai ribuan eksekutif ke banyak perusahaan, dalam peranannya sebagai ”
head Hunter ”. Begitu juga Dale Carnegie tiba pada kesimpulannya sesudah ia
mewawancarai banyak tokoh sukses kontemporer pada jamannya dan sesudah membaca
ribuan biografi dan otobiografi orang-orang sukses dari segala macam lapangan
kehidupan.
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses
informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem
solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami
bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita
secara efektif dan efisien. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami
informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Tingkat kecerdasan (Intelegensi)
ditentukan oleh bakat bawaan berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya.
Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2. Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan
untuk belajar
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi-situasi baru.
Ciri-ciri keberbakatan seseorang adalah, kemampuan
di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri. Anak berbakat adalah mereka
yang karena memiliki kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang
tinggi. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud
meliputi :kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif,
kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan
psikososial. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk
kesuksesan masa depan anak. Peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan
dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan
kecerdasan seorang anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar