Model pembelajaran tematik adalah merupakan kegiatan
belajar mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu
tema. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua
cara. Cara pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap
pertemuan. Sedangkan cara kedua, yaitu tiap kali pertemuan hanya
menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya
diikat dengan satu tema pemersatu. Oleh karena itu pembelajaran tematik ini
sering juga disebut pembelajaran terpadu atau integrated learning.
Bentuk keterkaitan atau keterpaduan ini dapat
diartikan sebagai pemberdayaan materi pelajaran satu pada waktu menyajikan
materi pelajaran lain yang diikat oleh satu tema. Melalui pembelajaran tematik,
pemahaman konsep selalu diperkuat karena adanya sinergi pemahaman antara konsep
yang dikemas dalam tema. Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik
ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama
siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983).
Pada pembelajaran tematik cara pertama menuntut
kreativitas guru dan sistem persekolahan yang memiliki otoritas tinggi untuk
membuat keputusan sendiri berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan gagasan
inovatif seperti pembelajaran tematik yang memungkinkan terjadinya perubahan
jadwal dan perubahan target program kelas. Pada pembelajaran terpadu dengan
cara kedua ini memberi peluang pada sistem persekolahan yang masih bersifat
sentralistik, dimana sekolah banyak mengikuti kebijakan yang ditentukan dari
pengambil keputusan diluar sekolah seperti penjadwalan dan target kurikulum.
Misalnya, padu waktu berbelanja di pasar, mereka
berhadapan dengan hitung menghitung (Matematika), aneka ragam makanan sehat
(IPA), dialog tawar-menawar (bahasa Indonesia), dan harga yang terkadang naik
turun (IPS), serta beberapa materi pelajaran lainnya. Sebaliknya, materi
pelajaran yang tidak saling terkait merupakan hal yang abstrak bagi anak. Oleh
karena itu, pembelajaran tematik akan dirasakan lebih bermakna bagi diri anak.
Pembelajaran tematik dapat mempermudah anak dalam
membangun gagasan atau pengetahuan baru, karena materi yang disajikan saling
terkait satu sama lain. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila
materi pelajaran yang sudah dipelajari atau dipahami siswa dapat dimanfaatkan
untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran yang terpadu sangat
berpeluang dalam membantu dan memanfaatkan pengetahuan anak yang telah dimiliki
sebelumnya.
Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada anak
untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga
ranah sasaran pendidikan ini meliputi (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap
gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memilih, dan memanfaatkan informasi,
menggunakan alat, mengamati, membaca grafik, termasuk juga keterampilan sosial
seperti bekerjasama dan kepemimpinan), dan wawasan kognitif (seperti gagasan
konseptual tentang lingkungan dan alam sekitar).
Pembelajaran tematik memberi peluang kepada anak
untuk membangun sinergi kemampuannya, sehingga tujuan utuh pendidikan (mandiri,
peka, dan bertanggungjawab) dapat dicapai. Kemampuan yang diperoleh dari satu
mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata
pelajaran lain. Sehingga guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun
rencana pembelajaran. Tidak hanya siswa, guru pun belajar lebih bermakna terhadap
konsep-konsep sulit yang diajarkan. Dengan demikian, pembelajaran tematik
merupakan salah satu wahana ideal untuk mengangkat realita sehari-hari sebagai
tema pengajaran.
B. Landasan
Pembelajaran Tematik
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2)
konstruktivisme, (3) humanisme. Aliran progresivismememandang proses
pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pembelajaran
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan kemampuan
siswa.
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman
langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut
aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Sedangkan aliran humanisme melihat
siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang
dimilikinya.
Landasan Psikologis dalam pembelajaran tematik
terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi
belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau
materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan
dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi
belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau materi pembelajaran
tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
mempelajarinya.
Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik
berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal
9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan barhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
C. Prinsip Dasar
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual,
dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi
alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. Pembelajaran
tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling
terkait.
Materi-materi dalam pembelajaran tematik yang
dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Misalnya ada materi pengayaan
horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam GBPP. Namun
penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada
tujuan pembelajaran.
Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan
tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus
mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam
kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan
karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan, artinya materi
yang tidak mungkin dipadukan, tidak usah dipadukan.
D. Karakteristik Pembelajaran
Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat
pada siswa.
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student
centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan
pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas.
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran.
Proses pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep
dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian,
siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat
fleksibel.
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel)
dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
E. Kelebihan dan
Kekurangan Model Pembelajaran Tematik
Dalam suatu model pembelajaran pasti akan terdapat
suatu kekurangan, seideal apapun suatu model pembelajaran, pasti akan terdapat
suatu kekurangan. Dimana terdapat ketidak sesuaian, ketidak sesuaian tersebut
pasti terdapat dalam salah satu aspek-aspek tertentu.
Mengingat bahwa makalah ini menjelaskan tentang
model pembelajaran tematik, maka dari itu penulis akan menguraikan kelebihan
dan kekurangan dari model pembelajaran tematik.
Menurut Kunandar (2007: 315), model pembelajaran
tematik mempunyai beberapa kelebihan yakni:
1. Menyenangkan
karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan
kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
3. Hasil belajar
dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan
keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5. Menumbuhkan
keterampilan sosial melalui kerja sama.
6. Memiliki sikap
toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang
bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta
didik.
Selain kelebihan-kelebiha model pembelajaran tematik
yang dipaparkan di atas, model pembelajaran tematik ini pun memiliki beberapa
kelemahan. Yang menjadi kelemahan dalam model pembelajaran tematik tersebut
adalah apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang
menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik
akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata
pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode
yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi danKompetensi
Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering
tanpa makna.
Pembelajaran tematik di sekolah dasar merupakan
suatu hal yang dapat dianggap relatif baru dan pemahamannya oleh guru belum
mendalam, sehingga dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan.
Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik
ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara
intensif tentang pembelajaran tematik ini. Di samping itu juga guru masih sulit
meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata
pelajaran/bidang studi. Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada
saat ini difokuskan pada kelas awal yautu kelas I, II, dan III atau kelas yang
anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya
pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas. Implementasi
pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) perencanaan,
(2) penerapan pembelajaran,
(3) evaluasi. Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP. Sedangkan dalam tahap penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap evaluasi atau penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan,
(4) catatan perkembangan siswa,
(5) portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.
(1) perencanaan,
(2) penerapan pembelajaran,
(3) evaluasi. Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP. Sedangkan dalam tahap penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap evaluasi atau penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan,
(4) catatan perkembangan siswa,
(5) portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan tentang
pembelajaran tematik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
(1) Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa;
(2) Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: (a)
berpusat pada siswa, (b) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (c)
pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, (d) menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., (e) bersifat luwes
(fleksibel), (f) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa;
(3) Landasan pembelajaran tematik ada tiga, yaitu:
(a) filosofis, (b) psychologis, dan (c) yuridis;
(4) Prinsip pembelajaran tematik adalah (a)
terintegrasi dengan lingkungan, (b) bentuk belajar dirancang agar siswa
menemukan tema, dan (c) efisiensi;
(5) Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: (a)
menyenangkan, (b) memberikan pengalaman, (c) hasil belajar dapat bertahan lama,
berkesan, dan bermakna, (d) mengembangkan keterampilan berfikir anak, (e)
menumbuhkan keterampilan sosial, (f) menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi,
dan tanggap, (g) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata;
(6) Implementasi pembelajaran tematik di sekolah
dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) perencanaan
meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan
tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, (b) penerapan/pelaksanaan
pembelajaran dengan langkah-langkah: kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, (c)
evaluasi/penilaian;
(7) Sistem penilaian pembelajaran tematik adalah
penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non
tes, yang meliputi;
(1 tes tertulis,
(2 tes lisan,
(3 tes perbuatan,
(4 catatan perkembangan siswa,
(5 portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.
(1 tes tertulis,
(2 tes lisan,
(3 tes perbuatan,
(4 catatan perkembangan siswa,
(5 portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.
Berdasarkan
pembahasan dan simpulan tentang pembelajaran tematik, maka dapat disarankan
bahwa:
(1 Guru harus kreatif dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran, sehingga pembelajaran tematik dapat berjalan sesuai yang diharapkan;
(2 Siswa agar selalu siap dan aktif dalam mengikuti pembelajaran tematik, sehingga memperoleh hasil belajar yang bermakna;
(3 Sekolah agar memfasilitasi dan menyediakan berbagai sarana, prasarana, dan sumber belajar untuk kelangsungan pembelajaran tematik
(1 Guru harus kreatif dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran, sehingga pembelajaran tematik dapat berjalan sesuai yang diharapkan;
(2 Siswa agar selalu siap dan aktif dalam mengikuti pembelajaran tematik, sehingga memperoleh hasil belajar yang bermakna;
(3 Sekolah agar memfasilitasi dan menyediakan berbagai sarana, prasarana, dan sumber belajar untuk kelangsungan pembelajaran tematik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar