Psikologi dapat pula dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu (1) psikologi
teoritis yang memiliki tujuan utama yaitu memahami secara ilmiah murni untuk
menyusun suatu teori, seperti psikologi kepribadian atau teori kepribadian ,
psikologi belajar dengan berbagai teori belajar dan (2) psikologi praktis yang
dikembangkan karena kebutuhan tertentu seperti psikologis medis, psikologi
kriminil, psikologi pendidikan dan sebagainya.Ruang lingkup kajian psikologi
pendidik mencakup kajian-kajian tentang hal-hal lain yang erat kaitannya dengan
situasi dan proses pendidikan, yaitu kajian tentang bimbingan dan konseling,
kajian psikologis terhadap individu yang mengalami penyimpangan jiwa, social dan fisik.
Adapun gejala aktivitas umum jiwa peserta didik yang
perlu menjadi bahan perhatian bagi calon guru dan para guru ialah mencakup:
perhatian, pengamatan, persepsi, fantasi, ingatan, berpikir, motif, sikap,
minat, imajinasi dan sebagainya. Perhatian peserta didik dalam proses
pembelajaran di kelas diartikan sebagai pemusatan tenaga jiwa peserta didik
yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh guru pada saat proses
pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Guru dan peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya
harus memiliki motivasi yang tinggi dalammengajar bagi guru dan dalam belajar
bagi peserta didik. Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki
tiga fungsi, yaitu : (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energy, (2) menentukan arah perbuatan,
yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut (1990:84).
Berpikir merupakan kegiatan mental atau psikis yang
dilakukan oleh setiap orang pada saat mereka menghadapi suatu maalah yang harus
dipecahkan..Berpikir sebagai aktivitas mental memiliki tiga fungsi, yaitu:
(1)membentuk pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan (3) pembentukan
kesimpulan atau keputusan. Ada dua jenis proses berpikir yang dapat dilakukan
individu, yaitu jenis berpikir divergen dan konvergen. Selain itu, para calon
guru dan guru harus mengetahui dan memahami tentang psikologi kepribadian dan
pengetahuan tentang teori kepribadian dan pengetahuan tentang teori kepribadian
sebagai basis dalam mengetahui dan memahami tentang kepribadian manusia umumnya
dan lebih-lebih lagi kepribadian peserta didik secara khusus.
Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses perubahan
secara fisik yang menunjuk kepada kuantitas. Sedangkan perkembangan diartikan
sebagai suatu proses perubahan secara psikis yang menunjukkan kepada kualitas.
Secara psikologis diketahui bahwa masa
remaja adalah maa yang penuh gejolak dan gocangan jiwa bagi remaja. Gejolak dan
guncangan jiwa terjadi karena remaja sedang dalam pencarian identitas diri dan menjalani masa eksplorasi. Proses pendidikan yang diberikan oleh para
guru sebagai generasi muda haruslah berkualitas.
Perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui
aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkumgan
pendidikan dan dengan guru disebut belajar. Pengertian belajar secara
psikologis, juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam perilaku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Belajar sebagai suatu aktivitas mencakup beberapa jenis-jenis
belajar, yaitu : (1) belajar bagian, (2) belajar dengan wawasan, (3) belajar
deskriminatif, (4) belajar secara global atau keseluruhan, (5) belajar
incidental, (6) belajar instrumental, (7) belajar intensional, (8) belajar
laten, (9) belajar mental, (11) belajar produktif, dan (11) belajar secara
verbal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar tersebut menurut Slameto (1988:56) dan Suryabrata
(1986) dibagi atas dua factor utama, yaitu factor yang bersumber dari dalam
peserta didik dan factor yang bersumber dari luar pesrta didik.
Menurut teori behaviorisme bahwa belajar terjadi
apabila perubahan dalam bentuk tingkah laku dapat diamati, bila kebiasaan
berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena pengaruh sesuatu atau
karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar. Burner
sebagai ahli teori belajar psikologi kognitif memandang proses belajar itu
sebagai tiga proses yang berlangsung secara serempak, yaitu (1) proses
perolehan informasi baru, (2) proses transpormasi pengetahuan, dan (3) proses
pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut. Ahli humanisme yang
diwakili oleh Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses
belajar. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat
berlangsung apabila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta
didik. Teori belajar social dikembangkan oleh Bandura yang merupakan
perluasan dari teori belajar perilakun
yang tradisional. Teori belajar social ini menekankan bahwa
lingkungan-lingkungan yang dihadapkan kepada seseorang tidak r4andom,
lingkungan-lingkungan itu kerapkali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui
perilaknya.
Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Sedangkan mendidik
dapat diartikan sebagai usaha untuk mengantarkan anak didik kea rah
kedewasaannya, baik jasmani maupun rohani. Masalah interaksi belajar mengajar
merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan dua factor yang sangat menentukan yaitu factor
guru sebagai subjek pembelajaran dan factor peserta didik sebagai objek
pembelajaran
Manajemen kelas mengandung pengertian, yaitu proses
pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara efektif (Rachman, 1999:11). Manajemen kelas
bertujuan untuk : (1)mewujudkan situasi dalam kondisi kelas, baik sebagai segi
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin, (2) menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi penbelajaran,
menyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan soaial, emosional, dan
intelektual siswa di dalam kelas, serta membina dan membimbing siswa sesuai
dengan latar belakang social, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya
(Dirjan. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996). Rachman (1999:210-212) mengemukakan
bahwa ada empat tahapan dalam memelihara disiplin, yaitu : (1) tahap
pencegahan, (2) tahap pemeliharaan, (3) tahap campur tangan, dan (4) tahap
pengaturan.
Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus
menguasai beragam persfektif dan strategi, dan harus mengaplikasikannya secara
fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama yaitu (1) pengetahuan dan keahlian
professional dan (2) komitmen dan motivasi (Santrock, 2010:7). Profil lain dari
guru yang dapat mengajar secara efektif ialah guru yang ahli dalam menetapkan
tujuan intruksional dan ahli membuat perancangan intruksional..
Menurut para ahli pendidikan, mutu proses belajar
mengajar diartikan sebagai mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh
guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik di kelas.
Sedangkan mutu hasil proses belajar mengajar ialah mutu dari aktivitas mengajar
yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta
didik yang dikelas. Secara garis besar ada dua factor utama yang mempengaruhi
mutu proses dan hasil belajar mengajar dikelas, yaitu factor internal dan
factor eksternal. Adapun yang termasuk kedalam factor internal adalah berupa
factor psikologis, sosiologis dan fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru
sebagai pebelajar dan pembelajar. Sedangkan yang termasuk ke dalam factor
eksternal ialah factor semua factor-faktor yang mempengaruhi ptoses dan hasil
belajar mengajar di kelas selain factor yang bersumber dari factor guru dan
siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar