Rabu, 24 April 2013

makalah penyesuaian diri di masyarakat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.

1.2    Rumusan Masalah
a.    Apakah pengertian dari penyesuain diri itu?
b.    Apa saja karakteristik penyesuaian diri?
c.    Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri?
d.    Bagaimana proses penyesuaian diri?
e.    Bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan ?
f.     Apa saja permasalahan penyesuaian diri remaja?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian  Penyesuaian Diri
Tidak sedikit orang-orang yang mengalami stres atau depresi akibat kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondidi lingkungan yang ada dan kompleks. Makna keberhasilan pendidikan seseorang terletak pada sejauh mana yang telah dipelajarinya itu dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan kehidupan lingkungannya. Kondisi fisik, metal dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan akan berkembang ke proses penyesuaian yang baik atau tidak baik.
Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitu dikemukakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusi. Ia mengatakan “genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation”. Artinya tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dengan tekanan lingkungan tempat ia hidup, seperti cuaca dan berbagai unsur alamiah lainnya. Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan isilah adjusment. Adjusment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tunutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
Dengan demikian,penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai berikut.
a.       Penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapt mempertahankan eksistensi, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan lingkungan sosial.
b.      Penyesuaian diri dapat pla diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip yang berlaku umum.
c.       Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan juga mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frusasi-rustasi secara efektif. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
d.      Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional yang sehat dan tepat pada setiap persoalan dan situasi.

2.2  Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamanya individu akan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri. Hal itu disebabkan adanya rintangan atau hambatan tertentu yang menyebabkan ia tidak mampu melakukan peyesuaian diri secara optimal. Dalam hubungan dengan intangan-rintangan tersebut, ada individu-individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif, tetapi ada pula yang melakukan penyesuaian diri secara tidak tepat.
1.    Penyesuaian Diri yang Positif
Individu yang tergolong mampu untuk melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut.
a.       Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b.      Tidk menunjukan adanya mekanisme pertahanan yang salah.
c.       Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.
d.      Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengerahan diri.
e.       Mampu belajar dari pengalaman.
f.       Bersikap realistik dan objektif.
Dalam penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan berbagai benuk berikut ini.
a.       Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara langsung
Dalam situasi ini, individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala cara akibatnya. Ia akan melakukan tindakan yang sesuaia dengan masalah yang dihadapinya.
b.      Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam situasi ini, individu mencari berbagai pengalaman untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya.
c.       Penyesuaian diri dengan trial dan error
Dalam cara ini, individu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.
d.      Penyesuaian dengan subtitusi ( mencari pengganti)
Apabila individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti.
e.       Penyesuaian diri dengan belajar
Dengan belajar, indiidu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya.
f.       Penyesuaian diri dengan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih efektif jika disertai oleh kemampuan memilih tindakan yang tepat serta pengendalian diri secara tepat pula. Dalam situasi ini, individu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan  mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi.
g.      Penyesuaian diri dengan perencanaan yang cermat
Dalam hal ini, sikap dan tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat atau matang. Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi, seperti untung dan ruginya.

2.    Penyesuaian Diri yang Salah
Penyesuaian diri yang salah ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, membabi buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri.
a.      Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya dengan seolah-olah ia tidak sedang menghadapi kegagalan. Adapun bentuk khusus dari reaksi ini, yaitu sebagai berikut.
1)      Rasionalisasi, yaitu mencari-cari alasan yang masuk akal umtuk membenarkan tindakan yang salah.
2)      Represi, yaitu menekan perasaannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar.
3)      Proyeksi, yaitu menyalahkan kegagalan dirinya padapihak lain atau pihak ketiga untk mencari alasan yang dapat diterima.
4)      “Saur grapes” (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikan fakta atau kenyataan.
b.      Reaksi menyerang (aggresive reaction)
Individu yang salah suai akan menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat menyerang atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya. Reaksi-reaksinya antara lain:
1)      Selalu membenakan diri sendiri
2)      Selalu ingin berkuasa dalam setiap situasi
3)      Merasa senang bila mengganggu orang lain
4)      Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan
5)      Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
6)      Bersikap menyerang dan merusak
7)      Keras kepala dalam sikap dan perbuatannya
8)      Suka bersikap balas dendam
9)      Memerkosa hak orang lain
10)  Tindakannya suka serampangan dan sebagainya
c.       Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini, individu akan melarikan diri dari situsi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya. Reaksinya tampak sebagai berikut:
1)      Suka berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai dengan bentuk angan-angan seolah-olah sudah tercapai
2)      Banyak tidur, suka minuman keras, bunuh diri atau menjadi pecandu narkoba
3)      Regresi, yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya, orang dewasa yang bersikap dan berperilaku seperti anak kecil.
3.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.      Faktor Fisiologis
Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi prime bagi tingkah laku, dapat diperkirakan bahwa system syaraf,kelenjar dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri, kondisi tubuh yang baik merupakan syarat tercapainya proses penyesuaian diri yang baik pula.
b.      Faktor Psikologis
Banyak faktor psikologis yang memengaruhi kemampuan penyesuaian diri sendiri seperti pengalaman, hasil belajar,kebutuhanpkebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi dan sebagainya.
1)      Faktor pengalaman
Pengalaman yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri, terutama penyesuaian yang menyenangkan atau pengalaman yang traumatik (menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan seperti memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cenderung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, pengalaman yang traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru atau salah usai.
2)      Faktor belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fudamental dalamproses penyesuaian diri. Hal ini karena melalui belajar, pola-pola respons yang membentuk kepribadian yang berkembang. Sebagian besar respons dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak diperoleh dari proses belajar daripada diperoleh secara diwariskan.
3)      Determinasi diri
Determinasi diri mempunyai fungsi penting dalam proses penyesuaian diri karena berperan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri banyak ditentukan oleh kemampuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya meskipun sebetulnya situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya.
4)      Faktor konflik
Pengaruh konflik terhadap perilaku bergantung pada sifat konflik itu sendiri. Sebenarnya, beberapa konflik dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan an penyesuaian dirinya. Ada orang yang mengatasi konfliknya dengan cara meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang mengunungkan bersama secara sosial. Akan tetapi, adapula yang memecahkan konflik dengan cara melarikan diri, sehingga menimulkan gejala-gejala neurotis.

c.       Faktor perkembangan dan kematangan
Dalam proses perkembangan, respons berkembang dari respons yang bersifat instinktif menjadi respons yang bersifat hasil belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia, perubahan dan perkembangan respons, tidak hanya diperoleh melalui proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk melakukan respons an ini menentukan pola penyesuaian dirinya.
. Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan memengaruhi setiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual. Dalam fase tertentu, salah satu aspek mungkin lebih penting dari aspek lainnya.
d.      Faktor lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, kebudayaan dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri seseorang.
1)      Pengaruh lingkungan Keluarga
faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-anak. Proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan utama dijalani individu dilingkungan keluarganya. Hasil sosialisasi tersebut kemudian dikembangkan dilingkungan sekolah dan masyarakat umum.
2)      Pengaruh Hubungan dengan Orang Tua
Pola hubungan antara orang tua dengan anak mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian diri. Beberapapola hubungan yang dapat memengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut.
·         Menerima (acceptance)
Orang tua menerima kehadiran anak-anaknya dengan cara-cara yang baik.
·         Menghukum dan disiplin yang berlebihan
Hubungan anak dengan orang tua bersifat keras. Disiplin yang terlalu berlebihan dapat menimbulkan suasana psikologis yang kurang menyenangkan bagi anak.
·         Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan
Perlindungan dan pemanjaan secara berlebihan dapat menimbulkan perasaan tidak aman, cemburu, rendah diri, canggung, dan gejala-gejala salah usai lainnya.
·         Penolakan
Orang tua menolak kehadiran anaknya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa penolakan orang tua terhadap pada anaknya dapat menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri.
3)      Hubungan Saudara
Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik.
4)      Lingkungan Masyarakat
Hasil penelitian menunjukkna bahwa gejala tingkah laku salah suai atau perilaku menyimpang bersumber dari pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya. Pergaulan yang salah dan terlalu bebas di kalangan remaja dapat memengaruhi polapola penyesuaian dirinya.
5)      Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialisasi, yaitu memengaruhi kehidupan intelektual,sosial, dan moral anak-anak. Pendidikan yang diterima anak di sekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri mereka di lingkunan masyarakatnya.
e.       Faktor budaya dan agama
Lingkungan kultural tempat inividu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Ajaran agama ini merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memeberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup anak-anak. Sembahyang dan berdoa merupakan media menuju arah kehidupan yang lebih nyaman, tenang dan berarti bagi manusia. Oleh karena itu, agama memegang peran penting dalam proses penyesuaian diri seseorang.
2.3  Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses psikologis sepanjang hayat (life long process) dan manusia terus menerus akan berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Penyesuaian diri adalah sebagai suatu mekanisme atau proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dengan tuntutan eksternal. Dalam prosesnya dapat muncul konflik, tekanan, atau frustasi, dan individu didorong untuk meneliti berbagai kemungkinan perilaku yang tepat untuk memebebaskan diri dari ketegangan atau konfliks tersebut.
Orang yang dikatakan sukses dalam melakukan penyesuaian diri jika ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain. Pada dasarnya, penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya. Beberapa faktor lingkunganyang dianggap dapat mencipatakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja adalah sebagai berikut.
a.      Lingkungan Keluarga yang Harmonis
Apabila dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis yang didalamnya terdapat cinta kasih, respek, toleransi, rasa aman dan kehangatan, seorang anak akan melakukan penyesuaian diri secara sehat dan baik. Sikap ini sering ditanggapi negatif oleh remaja dengan merasa bahwa dirinya kurang diperhatikan, tidak disayangi, diremehkan atau dibenci. Jika hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama (terutama pada masa kanak-kanak),kemampuannya dalam menyesuaikan diri pun akan terhambat. Dorongan semangat dan persaingan antaranggota yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan anak. Di dalam lingkungan keluarga, seorang anak mempelajari dasar-dasar dari cara-cara bergaul dengan orang lain. Biasanya yang menjadi acuan atau contoh adalah figur orang tua, tokoh, pemimpin, atau seseorang yang menjadi idolanya.Oleh karena itu, orang tua atau orang dewasa dituntut untuk meneladani atau menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindakan yang baik.
Selain itu, dalam keluarga masih banyak hal lain yang berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri,pengendalian rasa ketakutan, sikap toleransi, kerja sama, kehangatan dan rasa aman yang semua hal itu sangat berguna bagi penyesuaian diri di masa depannya.
b.      Lingkungan Teman Sebaya
Menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan teman sebaya sngatlah penting pada masa remaja. Ia mengungkapkan kepada teman sebayanya yang akrab secara bebas dan terbuka tentang rencana, cita-cita dan kesulitan-kesulitan hidupnya.
Pengertian dan saran dari teman-temannya akan membantu dirinya dalam menerima keadaan dirinya serta memahami hal-hal yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain dan keluarga orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya, semakin meningkat keadaannya untuk menerima dirinya, mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya itu.
c.       Lingkungan Sekolah
Pendidikan modern menuntut guru untuk mengamati perkembangan penyesuaian diri murid-muridnya serta mampu menyusun sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tersebut. Dengan demikian, proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh linkungan menurut kepentingan perkembangan individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses penyesuaian tersebut.
2.4     Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
a.      Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh ada tidak adaya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh adanya kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
b.      Penyesuaian Sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi poses saling memengaruhi satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut, timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial.
Proses berikutnya yang harus dilakukan indivdu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dlam masyarakatnya. Dalam proses penyesuaian sosial, individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.
2.5     Implikasi Proses Penyesuain Diri Peserta Didik Usia Skolah Menegah terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Oleh karena itulah disetiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika mereka menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi,dan masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
  1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
  2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
  3. Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
  4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
  5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
2.6  Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
Diantara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga.
Contoh: sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa tidak sayang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn: “Bapak yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata.” Jenis kedua, dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Penyesuaian diri remaja dengan kehidupan di sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara lain adalah belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya.












BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.

3.2    Saran
Menurut kelompok kami ketidakmampuan menyesuaikan diri pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dan lebih mengacu pada ketidakmampuan orang tua dalam membimbing remaja menuju penyesuaian diri yang menyebabkan kondisi fisik, mental dan emosional remaja menjadi labil.
Selain itu lingkungan yang tidak mendukung penyesuaian diri remaja menyebabkan semakin sulitnya remaja dalam melakukan penyesuaian diri dan seharusnya orang tua memahami keadaan remaja anaknya sehingga orang tua mampu mengarahkan anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri remaja.

Daftar Pustaka
Fatimah Enung. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar