I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar
mengajar merupakan hal
yang paling penting
darikeseluruhan proses pendidikan
di sekolah. Proses
belajar mengajar merupakan suatu kegiatan
yang di dalamnya
terdapat proses interaksi
antara pendidik dan peserta didik.Pembelajaran bahasa
Indonesia mempunyai empat komponen yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat komponen tersebut
menjadi satu kesatuan yang utuh pada saat pengenalan terhadap bahasa. Hal
yang pertama dilakukan
adalah proses mendengarkan, kemudian
dari proses mendengarkan,
terwujudlah sebuah proses meniru
hasil pendengaran dengan
berbicara.
Keterampilan menulis
merupakan salah satu
aspek keterampilan yang sangat
penting dalam kehidupan
manusia.Keseluruhan kegiatanmenulis,
terwujud dalam kegiatan menulis puisi, pantun, berita, dongeng, cerpen, dan
lain-lain.Pemilihan variabel menulis
cerita pendek, penyebab utamanya
adalah jarangnya para remaja
menggunakan cerita pendek sebagai
media dalam pembentukan
moral dan pribadi yang
baik.Pada hakikatnya, cerita pendek (cerpen) diperlukan
dalam dunia pendidikan, karena cerita
pendek memberikan keterampilan dalam menulis bagi anak-anak.Tontonan televisi
membuat rendahnya pengetahuan
anak tentang cerita pendek. Anak lebih
tertarik dengan tontonan
televisi yang menampilkan
cerita-cerita remaja dari tampilan
dan alur cerita
tanpa mementingkan pembentukan
moral pada anak tersebut.
Pembelajaranmenulis dongeng
masih kurang optimal
di kelas VII SMP N 2 GARAWANGI.Selama
ini, penggunaan media pembelajaran
jarang dilakukan dalampembelajaran menulis cerita pendek di
sekolah ini. Hal
tersebut dikarenakan keterbatasan
alternatif media di sekolah ini untuk pembelajaran menulis cerita pendek.Perkembangan teknologi
yang semakin maju
membuat banyaknya media pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam
pembelajaran menulis. Salah satu media yang
dapat digunakan adalah
mediaaudio visual.
Berdasarkan permasalahandi atas, maka
penelitian ditujukan untuk meningkatkan keterampilan
menulis cerita pendek pada siswa
kelas VII SMP N 2GARAWANGI dengan
memanfaatkan media audio visual. Kelas
VII dipilih sebagai
subjekpenelitian, karena berdasarkan kompetensi dasar yang terdapat
dalam Kurikulum 2013, pembelajaran menulis teks cerita pendek di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) terdapat
di kelas VII
semester 1.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah
dikemukakan, selanjutnyadiidentifikasikan permasalahan yang munculsebagai
berikut:
1. Menulis merupakan
salah satu kemampuan
berbahasa yang penting,
salahsatunya menulis cerita pendek;
2. kurangnya
media yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis cerita pendekpada siswa
kelas VII SMP N 2garawangi;
3. Guru Bahasa
Indonesia di sekolah
tersebutbelum pernah menggunakan
mediayang dapat meningkatkanketerampilan menulis cerita pendek;
4. Kurangnya
minat siswa kelas
VII SMP N 2garawangi terhadappembelajaran menulis cerita pendek,
sehingga perlu ditingkatkan;
5. Keterampilan
siswa kelas VII SMP N 2 garawangidalammenulis cerita pendek kurangoptimal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkanlatar belakang
dan identifikasi masalah
di atas, selanjutnyadapat diketahui
bahwa kekurangberhasilan pengajaran
menulis cerita pendek karenakurangnya media
yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkanbeberapa permasalahan yang
dikemukakan di atas,maka penelitian dibatasi pada pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan
keterampilan menuliscerita
pendek.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas,
rumusan masalah yang
akan menjadifokus penelitian adalahsebagai berikut:
a. Bagaimanakah
upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek padasiswa kelas VII SMP N 2 garawangi dengan
menggunakan media audio visual?
b. Bagaimanakah peningkatan
keterampilan menulis cerita pendek
pada siswa kelasVII SMP N 2 garawangi dengan menggunakan
media audio visual?
E. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
menulis cerita pendek pada siswa
kelas VII SMP N 1 Maleber denganmenggunakanmedia audio visual
F.
Manfaat
Manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi
siswa, hasil penelitian ini dapat membantu siswa untuk
meningkatkanpembelajaranmenulis cerita pendek melalui media audio visual.
b. Bagi guru,
hasil penelitian ini,
dapat memberikan informasi
kepada guru dalam menyajikan
materi cerita pendek dengan media audio visual.
c. Bagi sekolah,
sekolah mempunyaioutput
siswa yang lebih
berkualitas,khususnyadalam kegiatan menulis cerita pendek.
d. Bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, dapat
dijadikan sebagai referensidalam melaksanakan
penelitian yang berkaitan
dengan pembelajaranmenulis
dongeng.
II.
PENELITIAN
A.
Teori
Kajian
1.
Pengertian
Keterampilan Menulis Cerita Pendek
a.
Keterampilan
Menulis
1)
Hakikat
Keterampilan
Menurut Rosidi
(2009: 2), keterampilan
dalam linguistik berartikesanggupan seorang
pemakai bahasa untuk mempergunakan bahasanyadengan baik.Keterampilan linguistik
tersebut adalah keterampilan menyimak,berbicara, membaca
dan menulis. Pengertian keterampilan berbeda dengankemampuan. Kemampuan (competence) adalah sesuatu
yang masih ada
didalam batin, sedangkan keterampilan merupakan perwujudan apa yangada
didalam batin seseorang.
Berdasarkan pendapat
di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwaketerampilan yaitu kompetensi yang
dimiliki seseorang dalam bidang apapun,karena
adanya motivasi serta hasil dari
proses membiasakan diri
dan berlatihsecara terus menerus.
2)
Hakikat
Menulis
Menurut
Tarigan (1994: 21),
menulis adalah menurunkan
ataumelukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yangdipahami seseorang, sehingga
orang lain dapat
memahami bahasa danlambang
grafik tersebut. Artinya,
bahwa menulis adalah
suatu kegiatan yangtidak sekedar menggambarkan simbol-simbol
grafis secara konkret, tetapi jugamenuangkan buah pikiran, ide atau gagasan ke
dalam bahasa tulis yang beruparingkasan kalimat yang utuh dan dapat
dikomunikasikan kepada orang lain.Menulis
selalu berkaitandengan
pengetahuan dan perasaan,
karena seseorang akan
menulis jika mengalami gejolak perasaan tertentu dan gejolak pikiran itu
timbul karena kita mengetahui sesuatu.
Proses keterampilan menulis,
diperlukan adanya suatu
keterlibatan perasaan, pengetahuan, dan kemampuan
seseorang secara total.
Berdasarkan
beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan
bahwamenulis adalah suatu
kegiatan yang dilakukan
seseorang dalammengungkapkan ide,
gagasan , perasaan, dan pikirannya ke dalam bahasa tulissecara jelas
dan runtut untuk
dapat dipahami dan
dikomunikasikan kepadaorang lain.
a)
Fungsi
Menulis
Menulis
sangat penting bagi
pendidikan, karena memudahkan
parapelajar berpikir, juga dapat menolong kita berpikir secara kritis,
memudahkankita merasakan dan
menikmati hubungan-hubungan, memperdalam
dayatanggap atau persepsi
kita, memecahkan masalah-masalah yang
kita hadapi,dan menyusun urutan
bagi pengalaman (Tarigan, 1994: 23).
Berdasarkan
pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwafungsi
kegiatan menulis adalah
kita dapat mengekspresikan ide
dan gagasanyang ada
pada diri kita
serta dapat memberikan
solusi pada permasalahan-permasalahan yang kita temui.
b)
Tujuan
Menulis
Menurut Tarigan (1994: 24), menulis dapat digunakan
untuk berbagaikeperluan, antara lain:
(1) memberitahukan atau
mengajar; (2) meyakinkanatau mengajak;
(3) menghibur atau
menyenangkan, mengandung tujuanestetis; (4) mengekspresikan perasaan
dan emosi yang kuat.
Tujuan
menulis lebih spesifik
dibandingkan dengan pendapat
di atasadalah pendapat
Hugo Hartig yang
dikutip Tarigan (1994:
25), menurutnyaada tujuh tujuan
menulis:
1) Assigment Purpose (tujuan penugasan),
dalam arti penulis
menulissesuatu karena ditugaskan tidak atas kemauan sendiri.
2) Altuistic Purpose (tujuan altruistik)
berarti penulis bertujuanmenyenangkan para
pembaca, menghindarkan kedukaan
para pembaca,ingin menolong
para pembaca memahami,
menghargai perasaan danpenalarannya, ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah dan lebihmenyenangkan dengan karyanya itu.
3) Persuasive Purpose(tujuan persuasif),
yaitu bertujuan meyakinkan
parapembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4) Informasional Purpose (tujuan informasional) yaitu
tulisan yangbertujuan memberikan
informasi, keterangan atau
penerangan kepadapara pembaca.
5) Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan
diri), yaitu tulisan
yangbertujuan memperkenalkan atau
menyatakan diri sang
penulis terhadappembacanya.
6) Kreative
Purpose(tujuan kreatif), yaitu tujuan yang berhubungan denganpernyataan diri
terutama dalam keinginannya
untuk mencapai normaartistik, atau seni yang ideal.
7) Problem-Solving
Purpose(tujuan pemecahan masalah) dalam arti penulismelakukan kegiatan menulis
untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas, jelas bahwa
seseorangmelakukan kegiatan menulis
karena ada tujuan-tujuan
yang ingin dicapai.Tujuan tersebut
dapat berupa tujuan
penugasan, meyakinkan pembaca,menyenangkan, memberikan
informasi, memperkenalkan diri,
atau mungkiningin memecahkan
masalah.
c)
Manfaat
Menulis
Ada beberapa manfaat
dari kegiatanmenulis, antara
lain: (1) dapat
mengenali kemampuan dan
potensi diri, (2)mengembangkan beberapa
gagasan, (3) memperluas
wawasan,
(4)mengorganisasikan gagasan secara
sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat, (5) dapat meninjau dan
menilai gagasan sendiri secara lebih objektif,(6) lebih mudah memecahkan
masalah, (7) mendorong diri belajar secara lebihaktif, (8) membiasakan diri
berpikir serta berbahasa secara tertib.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat dikatakan
bahwa dalam kegiatanmenulis terdapat
beberapa manfaat. Seseorang
yang menulis, akan
merasabeban yang menghimpit benak dan perasaannya tersalurkan.
d)
Ciri-ciri
Tulisan yang Baik
(Tarigan,
1994: 7) menyebutkan
ciri-ciritulisan yang baik
adalah: (1) mampu
mencerminkan kemampuan penulisdalam
menyusun bahan-bahan yang
tersedia menjadi suatu
keseluruhan yangutuh; (2)
mampu menyampaikan makna
yang jelas dan
tidak
samar-samar,memanfaatkan struktur kalimat
bahasa serta contoh-contoh
yang jelas; (3)mampu meyakinkan
serta menarik minat
pembaca terhadap pokokpembicaraan serta
mendemonstrasikan suatu pengertian
yang masuk akal,cermat,
dan teliti; (4)
mampu mencerminkan kemampuan
penulis untukmengkritik naskah
tulisannya yang pertama serta memperbaikinya; (5) mampumencerminkan kebanggaan
sang penulis dalam
naskah atau manuskripkesediaan mempergunakan
ejaan dan tanda-tanda
baca secara seksama, memeriksa makna
kata dan hubungan
ketatabahasaan dalam kalimat-kalimatsebelum menyajikannya kepada
pembaca.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui
bahwaketerampilan menulisadalah kemampuan
yang dimiliki seseorang karena proses membiasakan diri danberlatih secara
terus menerus, sehingga
menjadi tenaga yang
potensial dalamkegiatan menulis.
b.
Cerita
Pendek
1)
Hakikat
Cerita Pendek
Cerita pendek atau dalam bahasa
Inggris dikenal dengan short story, merupakan satu karya sastra yang sering
kita jumpai di berbagai media massa. Cerita pendek disingkat cerpen bentuk
karya sastra yang sekaligus di sebut fiksi atau teks naratif (nurgiyanto, 2005;
9) perbedaan utama cerpen dapat di lihat dari segi formalitas atau bentuj dan
panjang cerita.Sesuai dengan namanya,
cerpen merupakan cerita pendek. Namun, beberapa ukuran pendeknya tidak ada
aturan yang menemukan, tidak ada kesepakatan dari pengarang dan para ahli.Bahwa
cerita pendek itu di ukur dengan jumlah paragrab atau kalimat atau kata.
Edgar
allan poe dalam jassin (nurgiyantoro, 2005; 10) sastrawan dari ameria
mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali
duduk, kita-kira berkisar anatara setengah sampai dua jam. Sedangkan definisi
yang ada dalam KBBI, cerita pendek adalah kisah pendek (kurang dari 10.000)
yang memberikan kesan yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi.
Definisi-definisi
yang telah diuraikan sebelumnya, menjelaskan bahwa cerita pendek meripakan
cerita yang dibatasi oleh beberapa ketentuan agar sesuai dengan namanya yaitu
cerita pendek.Pemusatan dari pada satu tokoh dalam satu situasi seperti
definisi dalam KBBI menjadi salah satu ciri cerpen.Pemusatan pada satu tooh
tersebut menyebabkan konflik dan alur yang ada dalam cerpen menjadi sederhana.
Selain itu, biasanya penulis hanya menampilkan dua atau tiga tokoh lan saja
selain took utama dalam cerpen.
Cerita pendek atau dalam bahasa
Inggris dikenal dengan short story, merupakan satu karya sastra yang sering
kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian apa sebenarnya dan
bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih memahaminya.
padat.
Dengan demikian, dapat
didefinissikan bahwa cerpen adalah cerita yang hanya menceritakan satu konflik
yang dialami oleh tokoh utamadengan alur yang sederhana sehingga dapat selesai
dibaca dalam waktu singkat (setengah sampai dua jam).
2)
Unsur-unsur pendukung cerita pendek
Cerpen dibangun
oleh unsur-unsur cerita
yaitu unsur ekstrinsik
dan intrinsik. Unsur-unsur tersebut
diceritakan dalam penceritaan
yang ringkas. Karena bentuknya
yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang
“kurang penting” yang lebih bersifat memperpanjang cerita (Nurgiyantoro,
2005: 11).
Berikut adalah unsur pembangun cerpen.
a) Tema
Tema merupakan ide atau gagasan
yang mendasari sebuah cerita. Dengan tema,
seorang penulis ingin
menyampaikan sesuatu kepada
pembacanya, bukan sekadar
bercerita tanpa ada tujuan. Suatu cerita yang tidak mempunyai tema tentu tidak
ada gunanya dan artinya (Tarigan, 1984: 125).Maka tema merupakan suatu hal yang
paling penting dalam seluruh cerita.
Ada
beberapa hal yang dapat
dijadikan sebagai tema. Biasanya,
hal-hal tersebut berkaitan dengan
kehidupan manusia. Untuk
sebuah cerpen, beberapa penulis sering
mengangkat tema dari
hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupannya. Selain cenderung
dialami pula oleh
orang lain, peristiwa
yang pernah dialami penulis akan membantunya untuk lebih menjiwai cerita
yang akan terlihat dari penguasaannya
menceritakan peran tokoh,
menggambarkan tempat, waktu, alur, dan sebagainya.
Dengan demikian,
penulis bukan menyampaikan
ide atau tema
cerpen dengan membuat kesimpulan,
melainkan menyamarkan tema
tersebut pada seluruh elemen
cerpen. Melalui dialog-dialog,
perasaan, dan jalan pikiran
tokoh-tokohnya, kejadian-kejadian, setting cerita,
penulis mempertegas isi
cerita.Dengan cara ini, seluruh
unsur cerita akan memiliki satu tujuan saja, dan yang mempersatukannya adalah tema.
b) Alur
Sebab akibat antara peristiwa satu
dengan peristiwa lainnya dalam sebuah cerita
akan digambarkan melalui
alur. Dengan demikian,
alur juga bagian dari cerita yang sangat penting. Peristiwa yang tidak menimbulkan sebab akibat
tidak dapat dikatakan sebagai alur, karena dalam cerita suatu peristiwa akan
terjadi jika disebabkan oleh pristiwa sebelumnya.
Susunan peristiwa
merupakan salah satu alur secara garis besar (Sumardjo, 1988).Berikut adalah
beberapa alur yang sering digunakan dalam karya sastra.
a)
Alur maju, yaitu
alur yang biasanya
digunakan oleh penulis
untuk menceritakan kisah hidup atau perjalanan tokohnya dimulai dari
awal hingga akhir.
b)
Alur mundur, yaitu
alur yang biasanya
digunakan oleh penulis
untuk menceritakan kisah hidup
atau perjalanan tokohnya
dari akhir kembali
ke awal. Biasanya cerita tersebut adalah perenungan dari tokohnya.
c)
Alur campuran, yaitu
alur yang biasanya
digunakan oleh penulis
untuk menceritakan kisah hidup atau perjalanan tokohnya dari akhir
kembali ke awal dan kembali lagi ke akhir, atau sebaliknya.
c) Latar (setting),Cerpen tidak
memerlukan detil-detil khusus
tentang keadaan latar, misalnya yang menyangkut keadaan
tempat dan sosial. Cerpen hanya memerlukanpelukisan secara
garis besar saja, atau
bahkan hanya secara
implisit, asal telahmampu memberikan
suasana tertentu yang dimaksudkan.
d) Perwatakan (penokohan), Perwatakan atau
penokohan merupakan salah
satu penentu keberhasilan
sebuah cerpen. Ketepatan penulis
dalam menggambarkan watak para tokoh dalamcerpen akan
menjadikan cerpen tersebut
bernyawa dan menarik.
Keberhasilanpenulis dalam menggambarkan watak para
tokoh juga akan mewakili sifat-sifatmanusia yang ingin disampaikan
berdasarkan tema yang telah dipilih. Akan tetapi,ada satu hal yang harus
diingat bahwa jumlah maupun
data-data jati diri tokohdalam
cerpen sangat terbatas,
khususnya yang berkaitan
dengan perwatakansehingga pembaca
harus merekonstruksi sendiri
gambaran yang lebih
lengkaptentang tokoh itu.
Ada dua cara yang dilakukan oleh
penulis untuk menjelaskan watak tokoh dalam cerpen, yaitu dengan cara langsung
dan tidak langsung.
1)
Dengan cara langsung
Penulis menyebutkan
secara langsung bagaimana
sifat dan perangai
tokoh.Penulis juga berusaha memberikan
analisis yang jelas tentang
tampang danperangai para tokoh
secara langsung. Oleh
karena itu, cara
ini juga seringdisebut dengan cara analitik.
2)
Dengan cara tidak langsung
Penulis memberikan gambaran tentang
sifat, keadaan tubuh, atau melukiskanlingkungan
gerak-geriknya. Biasanya penulis juga
menggambarkan perangaitokohnya melalui percakapan atau dialog.Cara ini disebut
dramatik.
e) Sudut Pandang (point of
view), Sudut pandang merupakan
tinjauan cerita oleh
penulis melalui tokoh-tokohnya. Menurut
Jacob Sumardjo, ada
empat sudut pandang
yang biasa
digunakan oleh penulis, yaitu:
1)
Omniscient pointof view(sudut penglihatan yang kuasa)
Pada sudut pandang ini, penulis
bertindak sebagai orang yang tahu segalanya.Ia dapat menceritakan apapun untuk
meyempurnakan apa yang ingin ia tulissampai menimbulkan dampak yang inginkan.
Bahkan ia dapat keluar masukjalan pikiran para tokohnya ataupun
mengomentari kelakuan para pelakunya.
Satu hal
lagi yang dapat
dilakukan oleh penulis
dalam sudut pandang
iniadalah bahwa penulis
dapat berbicara langsung
kepada pembaca. Sudutpandang seperti ini biasanya digunakan
dalam cerita yang bersifat sejarah.
2)
Objektivepoint ofview
Dalam sudut
pandang ini, penulis
menceritakan sesuatu berdasarkanpandangannya.Akan tetapi
penulis tidak memberikan
komentar terhadapperilaku para
tokohnya seperti pada sudut pandang omniscient.Penulis jugatidak mau masuk ke dalam pikiran para
pelakunya. Melalui sudut pandang inipenulis
membiarkan pembaca melihat
dan menilai sendiri
tentang perilakutokoh-tokoh yang
ia ceritakan.
3)
Point ofview orang pertama
Sudut pandang orang pertama menggunakan sudut pandang “Aku”.
Dengansudut pandang ini, penulis seolah-olah menceritakan pengalamannya
sendiri.Dengan cara ini pula penulis mengajak pembaca agar berada ke pusat
kejadian sehingga seperti melihat, mendengar, dan merasakan secara langsung apa
yangdiceritakan. Namun pembaca
harus dapat membedakan
pandangan pribadipenulis dengan
pandangan tokoh “Aku” dalam cerita.
4)
Point ofview peninjau
Pada sudut
pandang ini, penulis
menggunakan seorang tokoh
sebagaipembawa cerita yang akan mengalami kejadian-kejadian dalam
seluruh cerita.Tokoh ini akan menceritakan perasaan dan pendapat-pendapat
dirinya sendiri.Akan tetapi, terhadap tokoh lain ia hanya dapat menceritakannya
berdasarkanapa yang ia ketahui saja. Jadi, sudut pandang ini berupa penuturan
pengalamanseseorang.
f)
Amanat, Sebuah cerita, dibuat dengan
maksud sebagai penyampai
pesan daripenulis kepada pembaca.
Pesan atau yang lebih akrab disebut dengan amanat inimerupakan
pemikiran-pemikiran dari penulis terhadap sebuah permasalahan, yangia ungkapkan
lewat bahasa-bahasa yang ia gunakan dalam cerita tersebut.
Cerpen merupakan
salah satu jenis
karya sastra (karangan).
Dengandemikian, ada hal-hal
yang harus diperhatikan
dalam membuat sebuah
ceritapendek agar memiliki
mutu tinggi. Karangan
yang bermutu selalu
berpangkaltolak pada pemikiran yang matang dan jelas. Hal ini akan tercermin antara laindalam pemilihan
kata, dalam tata susunan kalimat, dan dalam kerangka karanganyang gamblang
tentang seluruh karangan itu (Heuken, 2008: 10)
2.
Pembelajaran
Menulis Cerita Pendek
a.
Hakikat
Pembelajaran
Pembelajaran diartikan
sebagai proses belajar
(KBBI, 1994: 14)
yangmemiliki aspek penting
yaitu bagaimana siswa
dapat aktif mempelajari
materipelajaran yang disajikan,
sehingga dapat dikuasainya
dengan baik. Untukmencapai
tujuan pembelajaran yang
optimal, seorang guru
harus memahami danmengetahui prinsip dan karakteristik
peserta didikdalam proses belajar.Jadi,
pembelajaran memiliki pengertian
yang di dalamnya mencakupsemua
proses mengajar yang
berisi serangkaian perbuatan
guru untukmenciptakan suatu
kelas untuk keberhasilan
perubahan pada diri
siswa sebagaiakibat dari kegiatan
belajar-mengajar.
b.
Komponen-komponen
dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
Pengajaran merupakan
suatu pendekatan mengajar
yang menekankanhubungan sistemik
antara berbagai komponen
dalam pengajaran. Lebih
lanjutdikatakan bahwa pengajaran
mempunyai beberapa komponen,
yaitu tujuanpengajaran, bahan pengajaran,
metode pengajaran,media dan evaluasi pengajaran.
Dalam pembelajaran menulis sebagai
bagian dasar pengajaran Bahasa danSastra Indonesia, pada dasarnya juga memiliki
komponen utama seperti yang telahdisebutkan di atas, antara lain meliputi
tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi.
1)
Tujuan
Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
Tujuan pengajaran
merupakan salah satu
aspek yang tidak
bolehdiabaikan. Tujuan ini
akan menentukan isi
dan strategi pengajaran,
serta bentukevaluasi yang akan dijalankan.Adapun
tujuan pengajaran menulis secara detail adalah: (1) siswa mampumenyusun buah
pikiran, perasaan dan
pengalaman ke dalam
suasana ataukomposisi yang baik;
(2) merangsang imajinasi dan daya pikir/ intelek siswa; (3)siswa mampu menggunakan
kaidah kebahasaan dalam menulis; (4) siswa mampumenyusun karangan;
(5) mengembangkan kebiasaan
menulis yang akurat,
jelas,singkat, dan menarik.
2)
Bahan/
Materi
Materi pengajaran
adalah uraian/pokok bahasan
yakni penjelasan lebih
lanjut makna dari
setiap konsep yang
adadalam pokok bahasan.
Pemilihan materi pelajaran berkaitan dengan tujuan dan fungsi
pengajaranitu sendiri. Materi
yang diberikan dalam
pembelajaran menulis cerita pendek
siswa kelasVII SMP
N 2 garawangi mengacu
pada proses penciptaan
kembali cerpen sesuaidengan
Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan
yaitu : “4.2 menyusun teks hasil observasi,tanggapan
desriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek sesuai dengan karakteristik
teks yang akan di buat baik secara lisan maupun tulisan”.
3)
Metode
Pengajaran
Metode adalah
cara yang digunakan
oleh guru/peserta didik
dalammengolah informasi yang
berupa fakta, data,
dan konsep pada
prosespembelajaran yang mungkin
terjadi dalam suatu
strategi,dapat diartikan sebagaicara
yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang
sudah disusundalam bentuk
kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran.Terdapat beberapa
metode pembelajaran yang
dapat digunakan untukmengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1)
ceramah; (2)demonstrasi; (3)
diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan;(7)brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya (Kesuma,
2007: 23).Metode yang digunakan
dalam pembelajaran menulis
dongeng ini adalahceramah, tanya jawab, diskusi, dan
pemberian tugas.
4)
Media
Media merupakan
salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagaipembawa pesan
dari komunikator menuju
komunikan. Tujuan digunakan
media audio visual dalam
pembelajaran menuliscerita pendek adalah
untuk dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian
dan minatsiswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif danefisien.
5)
Evaluasi
Penilaian atau
evaluasi adalahproses memberikan
atau menentukan nilaikepada objek tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu(Nurgiyantoro, 2010: 89).Evaluasi mencakup sejumlah
teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang gurumaupun dosen. Evaluasi bukanlah
sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasimerupakan suatu proses yang
berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatanpembelajaran yang
baik. Evaluasi pembelajaran
bertujuan untuk mengetahuisampai sejauh
mana efisiensi proses
pembelajaran yang dilaksanakan
danefektivitas pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam rangkakegiatan pembelajaran,
evaluasi dapat didefinisikan
sebagai suatu prosessistematik dalam menentukan tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran yang telahditetapkan.Penilaian dalam
menulis cerita pendek mencakup
beberapa kriteria.
3.
Hakikat
dan Jenis Media
Media adalahberbagai jenis
komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat
merangsangnyauntuk belajar. Maka dapat disimpulkan
bahwa mediapembelajaranadalah alat
atau perantara yang
digunakan dalam proses
belajarmengajar dan dapat
berguna untuk membantu
memperjelas makna yangdisampaikan, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.Ada tiga ciri
media,antara lain:
a.
Ciri fiksatif (fixativeproperty)
b.
Ciri Manipulatif (manipulative property)
c.
Ciri Distributif (distributive property)
Beban guru
untuk penjelasan yang
berulang-ulang mengenai isi
pelajarandapat dikurangi bahkan
dihilangkan. Berdasarkan pendapat
di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa manfaatmediaadalah untuk
membantu guru dalam
proses pembelajaran, sehinggapembelajaran akan menjadi berkualitas
dan menimbulkan reaksi positif dari siswa.Media
digunakan dan disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran
untukmempermudah proses belajar,
sehingga peserta didik
dapat memahami materiyang
disampaikan. Menurut Sadiman
(1986: 28), terdapat
beberapa jenis mediayang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,
antara lain:
a. Media
grafis
Media grafis
termasuk dalam media
visual. Media grafis
berfungsi untukmenyalurkan pesan
dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikandituangkan ke dalam
simbol-simbol komunikasi visual. Media grafis adalah mediayang sederhana
dan mudah dalam
pembuatannya. Media grafis
terbagi menjadibeberapa jenis,
antara lain: (1)
gambar/ foto, (2)
sketsa, (3) diagram,
(4) bagan/chart, (5)
grafik (graphs), (6) kartun,
(7) poster, (8) peta dan
globe, (9) papanflannel/Flannel Board, (10) papan
buletin (Bulletin Board).
b. Media
audio
Media audio
berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan yang
akandisampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif,
baik verbal (kedalam
kata-kata) maupun non
verbal. Ada beberapa
jenis media yangdikelompokkan sebagai
media audio, antara
lain: (1) radio,
(2) alat perekam
pitamagnetik, (3) piringan hitam, dan (4) laboratorium bahasa.
c. Media
proyeksi diam
Media proyeksi
diam(Still Proyected Medium) adalah media
yangmembutuhkan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Pesan yang
disampaikankepada siswa dapat berupavisualmaupun disertai dengan suara(audio).
Beberapajenis media proyeksi diam adalah film bingkai, film rangkai, overhead
proyektor,proyektor opaque,
tachitoscope, microprojectiondengan
microfilm, film, filmgelang, televisi, permainan dan simulasi.
d. Media
audio visual
Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai
dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi
media yang dapat dilihat dan didengar” (Rohani, 1997: 97-98).Media audio visual
adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya
melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Berbicara mengenai bentuk media,
disini media memiliki bentuk yang bervariasi sebagaiman dikemukakan oleh tokoh
pendidikan, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar
siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan
jenisnya.Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio visual yang dapat diklasifikasikan menjadi
delapan kelas yaitu:
1. Media audio visual gerak contoh,
televisi, video tape, film dan media audio pada umumnaya seperti kaset program,
piringan, dan sebagainya.
2. Media audio visual diam contoh,
filmastip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.
3. Media audio semi gerak contoh,
telewriter, mose, dan media board.
4. Media visual gerak contoh, film
bisuMedia visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan,
dan sebagainya
5. Media seni gerak
6. Media audio contoh, radio, telepon,
tape, disk dan sebagainya
7. Media cetak contoh, televisi
Hal tersebut di atas adalah
merupakan gambaran media sebagai sumber belajar, memberikan suatu alternatif
dalam memilih dan mengguanakan media pengajar sesuai dengan karakteristik
siswa. Media sebagai alat bantu mengajar diakui sebagai alat bantu auditif,
visual dan audio visual. Ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan,
tetapi harus disesuaikan dengan rumusan tujuan instruksional dan tentu saja
dengan guru itu sendiri.
1.
Strategi
Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
a.
Pendekatan
Tradisional
Dalam pendekatan tradisional,
peranseorang guru hanya
sebagai pemberi tugas
dan pengoreksi saja.
Sementara itu,siswa dilepas
begitu saja dalam mengerjakan tugas menulis mereka. Hasil tulisansiswa akan
dikumpulkan setelah waktu
habis, dan selanjutnya
tugas guru adalahmengoreksi dan memberikan
nilai.Kegiatan pembelajaran menulis
menggunakan pendekatan tradisional
inidirasa membosankan bagi
siswa, kegiatan yang monoton
membuat para siswatidak
termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran menulis dongeng.
Di sampingitu, siswa kurang
menyadari arti pentingnya membuat tulisan yang baik, dan tidakmemahami kesalahan
yang dilakukan dalam
melakukan penulisan. Oleh
karenaitu, siswa beranggapan
bahwa pembelajaran menulis
cerita pendek itu sulit
danmembosankan.
b.
Pendekatan
Proses
Pengajaran menulis cerita pendek di sekolah
dipandang sebagai upaya
untukmenumbuhkan semangat produktivitas
penciptaan kembali sebuah
cerita pendek (cerpen).Melalui
pendekatan proses ini,
diharapkan: (1) tidak
menyebabkan subyek didikmenjadi
takut menulis; (2)
subyek didik akan
gemar, terdorong, dan
produktifdalam menciptakan sebuah tulisan (Endraswara,
2002:84).Selama ini, ketidakberhasilan pembelajaran
menulis cerita pendek sangatdipengaruhi oleh
pendekatan pembelajaran yang
dilakukan. Pembelajaran yanglebih
berorientasi pada hasil
dan bukan pada
proses menyebabkan siswa
engganmelakukan proses menulis. Pendekatan prosesini dianggap sebagai
inovasi dalampembelajaran menulis.
B.
Kerangka
Pikir
Pada saat
ini,pembelajaran menulis kurang
disukai oleh siswa.
Kegiatanmenulis cerita pendek merupakan
kegiatan yang dijauhi
oleh siswa dalam
prosespembelajaran.
Penggunaan media yang
jarang dilakukan oleh
guru, membuatsiswa kurang
menyukai pelajaran menulis cerita pendek. Hal tersebut juga terjadi padasiswa kelas
VII SMP N 2 garawangi,
yang menganggap bahwa
pembelajaranmenulis cerita pendek adalah
pembelajaran yang kurang
mereka sukai, sehinggamereka sering
mengabaikan pelajaran dengan
melakukan kegiatan sendiri
tanpamenghiraukan guru yang berada di
dalam kelas. Oleh
karena itu, perlu
adanyasuatu media yang
tepat dimiliki oleh
guru untuk mengajarkan kegiatanmenuliscerita pendek di
sekolah. Media yang tepat tersebut adalah media
yang dapat menariksiswa agar tidak mengalami kebosanan dalam proses
pembelajaran. Penggunaan media audio
visual dalam upaya meningkatkan
keterampilanmenulis cerita pendek pada
siswa kelas VII SMP N
2 garawangi.
C.
Hipotesis
Tindakan
hipotesis tindakan dalam penelitian
iniadalah apabila dalam proses pembelajaran
menulis cerita pendek dilakukan
melaluimedia audio visual, maka keterampilan siswa dalam menulis cerita
pendek meningkat.
III.
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian
ini termasuk dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK)/Classroom Action
Research. Penelitia tindakan
adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para
partisipan dalam situasi-situasi social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
praktik yang dilakukan sendiri.terdapat dua esensi penelitian tindakan, yaitu
perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke
dalam tiga area, yaitu: (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan
profesioanal dalam arti meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi terhadap
praktik yang dilaksanakannya; (3) untuk memeperbaiki keadaan atau situasi
dimana praktik tersebut dilaksanakan (Triyanto, 2009: 205). Pada
hakekatnyamodel penelitian tindakan kelas berupa perangkat-perangkat dengan
satuperangkat terdiri dari empat komponen, yaitu:perencanaan, tindakan,
pengamatan(observasi) dan refleksi. Keempat
komponen tersebutdipandang
sebagai satu siklus. Didalam menetapkan rencana tindakan yang akan dilakkan
pada siklus berikutnya, guru harus berdasar pada informasi hasil analisis dan
refleksi agar program tindakan tepat sasaran. Atas dasar informasi tersebut
guru harus dapat memirkan secara matang sutu tindakan pembelajaran yang dapat
membuat siswa tumbuh keberaniannya sehingga mereka dapat berkreativitas dalam
proses belajar. Perlu menjadi perhatian bahwa dalam merancang dan menetapkan
tindakan ulang pada siklus berikut guru tidak berarti harus mengubah model
mengajar secara keseluruhan, melainkan hanya mengubah teknik-teknik mengajar
yang dianggap tepat. Secara lebih konkret langkah-langkah yang dapat dilalui
dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebagai berikut:
Siklus
1
Analisis dan refleksi perencana tindakan
Deskripsi Hasil
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan
Siklus
2
Analisis dan refleksi rencana tidakan
ulang
Deskripsi hasil
tindakan
Pelaksanaan
tindakan
B.
Setting
Penelitian
Setting penelitian
adalah lokasi penelitian
dilakukan. Setting yangditetapkan
dalam penelitian ini
adalah SMP N 2 garawangi. Berdasarkan
hasil survei, diketahui bahwa
sebenarnya siswa-siswi disekolah
ini memiliki bakat
dan potensi yang cukup
untuk menghasilkan karyatulis.
Namun, dalam pembelajaran
menulis cerita pendek belum
dilaksanakan secaraoptimal, sehingga
keterampilan siswa dalam menulis cerita pendekpun belum optimal. Berdasarkan
hasil survei yang
dilakukan, dapat diketahui
bahwapenggunaan media dalam
pembelajaran menulis jarang
dilakukan. Selama ini,Media audio visual belum pernah digunakan
dalam pembelajaran menulis dongengdi
sekolah ini.
Berdasarkan
kondisi tersebut, maka
sekolah ini dipilih
sebagaisettingpenelitian.
Penelitian tentang upaya
peningkatan keterampilan menulis
melaluimedia audio visual diharapkan
dapat menjadi inovasi
baru dalam pembelajaranmenulis cerita pendek, agar
tidak membosankan bagi
siswa.
C.
Subjek
dan Objek Penelitian
SubjekPenelitian
Tindakan Kelas ini
adalah siswa kelas
VII SMP N 2 garawangi dengan
permasalahan yang akan
diteliti yaitu keterampilan
menuliscerita pendek.
Penentuan subjek penelitian
ini dikarenakan kurangnya
minat siswadalam kegiatan
menulis cerita pendek sehingga
mengakibatkan
rendahnyaketerampilan siswa dalam menulis cerita pendek di kelas VII SMP
N 2 garawangi. Selainitu, alasan pemilihan
subjek adalah untuk
menghidupkan kembali pembelajaranyang tidak
disukai oleh siswa
dengan menggunakan mediayangtepat dan
dapatmenarik siswa.Objekpenelitian
ini adalah peningkatan
keterampilan menulis cerita pendekdengan menggunakan media audio
visual.
D.
Rancangan
Penelitian
Dalam
penelitian ini,peneliti menentukan
permasalahan dan penyebabrendahnya keterampilan menulis
cerita pendek pada siswa,
selanjutnya mahasiswapeneliti
melakukan pengamatan yang selanjutnya
diidentifikasi dan menyusun
perencanaan penelitian. Dariperencanaan penelitian
tersebut selanjutnya peneliti
menentukan siklus. Setelahmenentukan siklus,
peneliti melakukan pemberian
tindakan danpengamatan selama
tindakan berlangsung. Setelah
melakukanpengamatan, lalu peneliti
melakukan refleksi untuk
melihat ketercapaian suatutindakan.Tindakan yang
dilakukan dalam beberapa
siklus adalah penerapan
mediaAudio visual dalam meningkatkan keterampilan
menulis dongeng pada
siswa kelasVII SMP N 2 garawangi.
E.
Prosedur
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang
dilaksanakan dalambentuk siklus. Penelitian
ini akan dilakukan
sebanyak dua siklus.
Berikut iniadalah gambaran umum
penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel berikutini:
Siklus
|
Tindakan
|
Instrumen
|
Siklus
1
Subsiklus 1
Subsiklus 2
|
Pemutaran media audio visual dan
bimbingan mengerjakan tugas menulis cerita pendek
Penilaian
|
Angket dan lembar pengamatan
Lembar penilaian
|
Siklus
2
Subsiklus 1
Subsiklus 2
|
Pemutaran media audio visual dan
bimbingan menulis cerita pendek
Revisi dongeng dan penilaian
|
Lembar pengamatan
Lembar penilaian dan angket
|
Siklus 1
1.
Perencanaan
Rencana penelitian
tindakan merupakan tindakan
yang tersusun harusmengarah
pada tindakan bahwa
rencana harus memandang
ke depan. Rencanatindakan yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Mahasiswabersama guru
bahasa Indonesia berdiskusi untuk
mengidentifikasi
permasalahan yang munculberkaitan dengan pembelajaran menulis cerita
pendek.
b)
Menentukan pelaksanaan
jalanke luar masalah dalam
pembelajaran denganmenggunakan
dan memilih media yang tepat.
c)
Mengadakan tes
untuk mengetahui keterampilan
awal siswa dalam
menuliscerita pendek.
Caranya adalah dengan
memberikan tugas kepada
siswa untukmenuliskan certa pendek
yang pernah di baca.
d) Menyiapkan
scenario pelaksanaan tindakan dan penyediaan sarana atau mediayang diperlukan
dalam proses pembelajaran menulis cerita pendek, seperti silabus ,laptop,
infocus, sound system dan bahan
serta peralatan lain
yangdiperlukan.
e)
Menyiapkan instrumen
yang berupa angket,lembar
pengamatan, dan lembar penilaian.
2.
Implementasi
Tindakan
Tindakan
yang dilakukan harus mengandung
inovasi,Tahapan yang dilakukan padasiklus pertama ini adalah sebagai berikut:
a) Pada pertemuan
pertama, siswa penelitian diberi angket
untuk memperoleh informasi awal
tentang pembelajaran menulis
cerita pendek di kelas.
b) Siswa diajak
berkonsentrasi untuk menyimak
pemutaran cerita pendek dengan menggunakan audio visual.
c) Siswa
diberikan tugas untuk menceritakan kembalicerita pendek yang diperlihatkandengan
pemikiran siswa itu sendiri dalam bentuk bercerita.
d) evaluasi
penulisan cerita pendek dilakukan
oleh guru untuk
memperoleh hasiloptimal.
3.
Pengamatan/
Observasi
Kegiatan
yang dilakukan dalam
tahap pengamatan ini
yakni mengamatihasil tindakan
yang dilakukan bersama
pengajar terhadap siswa.
Pengamatanpeneliti meliputi (a)
proses tindakan; (b)
pengaruh tindakan; (c)
keadaan dankendala tindakan; (d)
bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat ataumempermudah tindakan
yang telah direncanakan
dan pengaruhnya; dan
(e)persoalan lain yang muncul selama dilakukan tindakan.
4.
Refleksi
Kegiatan
yang dilakukan pada
tahap ini adalah
mengkaji ulang,mempertimbangkan hasil
dari berbagai kriteria
atau indikator keberhasilan.Refleksi dilakukan
dengan guru bahasa
Indonesia untuk menentukan
danmenetapkan tindakan selanjutnya pada sikluskedua.
Siklus 2
1.
Perencanaan
Perencanaan
dalam hal iniadalah pengajaran menulis cerita pendek
yang observasi masih kurang bagisiswa dan dilanjutkan dengan pemutaran cerita
pendek selanjutnya.selanjutnya
dipersiapkancerita pendek audio visual dan instrumen berupa lembar
pengamatan.
2.
Implementasi
Tindakan
Pada siklus II
ini, lebih banyak
diberikan cara mengatasipersoalan yang
dihadapi siswa dalam
melakukan penulisan cerita pendek, misalnyadengan membangun karakter tokoh,
menciptakan latar dan penyusunan alur ceritasehingga lebih
menarik dibaca dan penggunaan
gaya bahasa yangmasih
kurang ditampilkan oleh siswa
dalam hasil tulisan
cerita pendek mereka.
3.
Pengamatan/
Observasi
Pengamatan dilakukan
pada setiap kegiatan
yang dilakukan. Padainstrumen tersebut disebutkan
kegiatan-kegiatan yang merupakan implementasi dipengajaran yang
memanfaatkan media audio visual.
Kriteria keberhasilan padasiklusini sama seperti pada pengajaran
siklus I.
4.
Refleksi
Refleksi
dilakukan berdasarkan data
yang masuk,Berdasarkan hasil penilaian
dapat diketahui apakah
siswa telah mampumenghadapi hambatan-hambatan yang
dihadapi sebelumnya. Apabila tujuan akhiryakni
meningkatnya kemampuan menulis
cerita pendek siswa tercapai,
makapenelitian ini berhasil. Namun, jika masih ada nilai siswa yang jauh
dari harapanmaka perlu dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan.
F.
Teknik
Pengumpulan Data
1.
Pengamatan
Pengamatan
adalah pengambilan data
untuk melihat seberapa
jauhpengaruh dari tindakan yang telah diterapkan. Tujuan pengamatan yang
dilakukanguru bahasa Indonesia dalam kelas ini yaitu untuk merekam aktivitas
dan perilakusiswa selama proses KBM (kegiatan belajar mengajar) dengan
menggunakan strategi yang direncanakan.
2.
Wawancara
Wawancarayaitu
mengungkapkan data secara
lisan melalui guru,maupun
siswa mengenai proses
pembelajaran yang sedangberlangsung dengan menggunakan
strategi yang telah
direncanakan. Wawancaradigunakan
oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencaridata
tentang latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikapterhadap
sesuatu.
3.
Angket
Angket
adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan
untukmemperoleh informasi dari
siswa,dalam arti laporan
pribadi siswa atau
hal-halyang diketahui siswa.
4.
Dokumentasi
Dokumentasi
yaitu data mengenai
hal-hal atau variabel
yang berupacatatan, notulen,
legger, agenda,dan sebagainya.
PENINGKATAN
KETERAMPILN MENULIS TEKS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA
KELAS VII SMPN 2GARAWANGI
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Metode
Penelitian
Dosen Pengampu: Prof. Drs. H. Didi Ahyadi, Drs, M.Si
Asep Jejen
Jaelani, M.Pd
Oleh :
Dyan Teza Anggara
2011011025
III-
A
PENDIDIDKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
2014
Daftar
Pustak
Tarigan, HG. 1994.Menulis: Sebagai Suatu
Ketrampilan Berbahasa . Bandung:Angkasa
Trianto.2010. Pengantar Penelitian
Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Syaodih,
Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Nurgiyantoro,
Burhan. 2010.Penilaian Pembelajaran
Bahasa. Yogyakarta: BEFEYogyakarta
Semi, Antar.
2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa