Selasa, 01 Oktober 2013

pengertian belajar dan pembelajaran kontektual


Hakikat Blajar
Hakikat belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
FAKTOR-FAKTOR HAKIKAT BELAJAR
Faktor-faktor belajar yang dipandang dari segi Faktor Psikologis seseorang yaitu:
1.Kecerdasan dan bakat
 Pembelajaran merupakan proses membantu individu mencapai pengkembangan optimal dari kecerdasan yang dimiliki. Kecerdasan seseorang sangat bervariasi walau umur yang sama. Untuk itu guru harus memperhatikan hal ini.
      Perlu diketahui bahwa kecerdasan seseorang sebenarnya telah terbentuk sampai 50% pada saat usia 4 tahun, dan terbentuk sampai 80% diperoleh saat usia kurang lebih 8 tahun. Sedangkan 20% sisanya masih dapat terbentuk sampai usia kurang lebih 20 tahun. Dan titik optimal adalah pada usia 20 sampai 30 tahun. Usia 30-60 tahun mengalami penurunan.
       Berdasarkan hal tersebut sebenarnya pada saat guru mengajarkan siswa SMU tingkat kacerdasan mereka sudah terbentuk. Pembelajaran hanya mengoptimalkan kemampuan, dan tidak diperkenankan memaksakan kehendak untuk menjadikan anak melebihi kapasitas tingkat kecerdasannya.
2. Motivasi
    Seseorang akan terdorong untuk belajar apabila ada motivasi tertentu. Motivasi biasanya terkait erat dengan adanya suatu kebutuhan. Untuk itu untuk menimbulkan motivasi belajar siswa.Hal ini disebabkan karena motivasi mempunyai fungsi yang cukup besar dalam belajar, yaitu mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan menyeleksi perbuatan.
3.Perhatian
     Perhatian dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
    Perhatian disengaja: perhatian yang timbul karena keharusan untuk memperhatikan. Perhatian jenis ini biasanya untuk dapat berhasil, karena siswa merasa ada pemaksaan. Hanya saja diharapkan guru dapat mengkondisikan perhatian ini untuk menjadikan siswa tidak terpaksa.
Perhatian spontan: Suatu perhatian di mana orang akan tertarik untuk melihat atau mendengarkan sesuatu atas kemauannya sendiri. Perhatian ini hasilnya dapat bertahan lama. Guru diharapkan dapat memotivasi siswa yang awalnya menggunakan perhatian yang disengaja menjadi perhatian spontan.
    
  Perhatian memusat: Perhatian pada satu objek tertentu. Hal ini dilakukan untuk memperhatikan objek yang harus diperhatikan adalah menuntut ketelitian.
4.Ingatan
    Yaitu penyampaian kesan-kesan tanpa disadari. Kesan yang tersimpan tersebut dapat disadarkan kembali bila keadaan meminta/diperlukan. Daya ingat seseorang terbatas, sehingga banyak yang pernah diingat akan lupa. Cara untuk menjadikan daya ingat tahan lama adalah dengan mengulang-ulang.
}  Perubahan tertentu dari belajar
a.       Perubahan yang terjadi secara sadar
            Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan  telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Misalnya :  Ia menyadari bahwa pengetahuanya bertambah, kecakapanya bertambah, kebiasaanya bertambah.
Jadi perubahan yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan yang tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu tidak menyadari akan perubahan itu.
b.      Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
            Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya.
Misalnya : Jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
            Dalam perbuatan belajar, mengajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh  suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar yang dilakukan, maka makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu terjadi tidak dengan sendirinya.
Misalnya : perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam
d.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
            Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanent.
Misalnya : seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan makin berkembang.
e.       Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
            Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada tingkah laku yang benar-benar disadari.
f.       Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
            Perubahan yang diperoleh individu melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.












PENGERTIAN METODE KONTEKSTUAL
Metode  kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas, 2002:5). Dari batasan di atas, dapat ditarik dua hal pokok, yakni mengenai peran guru dan peran siswa dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus meyakini bahwa yang mereka pelajari itu berguna sebagai bekal hidup mereka. Sekaitan dengan itu, di sisi lain, guru harus menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk dapat menemukan sendiri hal-hal yang seharusnya mereka temukan. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus memposisikan diri sebagai diri sendiri yang sedang mencari bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, guru berperan sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tugas guru lebih berkaitan dengan perancangan strategi pembelajaran, bukan sekadar pemberi informasi mengenai materi pembelajaran. Guru secara profesional bertugas membimbimbing siswa untuk belajar sendiri, menemukan, dan memperoleh kometensi-kompetensi baru yang berguna bagi kehidupan mereka.
KOMPONEN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Contructivism), menemukan (Inquiry) bertanya (Questioning), masyarakar-belajar (Learning Community), permodelan (Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme lahir dari gagasan Jean Piaget dan Vigotsky. Hakikat dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan hal-hal yang dielajari itu menjadi miliknya sendiri. Dalam hal ini, tugas guru tidak semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi membimbing mereka untuk belajar sendiri bahkan dengan menggunakan strategi mereka sendiri. Guru harus membimbing siswa membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri sehingga apa yang dielajarinya itu menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi kehidupan mereka Ada beberapa prinsip konstruktivisme yang penting dicatat sebagai berikut. (1) Pengetahuan dan keterampilan dibangun oleh siswa secara aktif. (2) Pusat aktivitas pembelajaran terletak pada siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran dinomorsatukan. (3) Tugas guru adalah membantu siswa belajar, guru adalah fasilitator.
Sesuai dengan teori konstruktivisme yang menjadi landasan CTL, guru harus meyakinkan siswa bahwa mereka akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan demikian, prosedur inkuiri relevan untuk digunakan dalam pembelajaran kontekstual.

b. Menemukan (Inquiry)
Proses menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengeatahuan dan keteramilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil proses mengingat materi yang disajikan guru, melainkan hasil dari menemukan sendiri fakta-fakata yang dipelajari. Guru harus selalu merancang kegiatan inkuiri ini dalam setiap pembelajaran yang dikelolanya. Kegiatan inkuiri yang harus dirancang guru meliputi: observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclussion). Kata kunci strategi inkuiri adalah ’siswa menemukan sendiri’. Untuk menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan kegiatan menemukan sediri tersebut, maka guru harus senantiasa mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan dan keterampilan yang berkesan pada diri siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan dorongan perasaan ingin tahu. Perasaan ingin tahu ini yang mendorong siswa untuk bertanya. Guru harus selalu menciptakan strategi yang daat membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk bertanya dan bertanya tentang apa yang dia inginkan untuk diketahui. Kegiatan bertanya dapat muncul dalam kelompok belajar yang partisipatif. Oleh karena itu, guru sebaiknya menciptakan masyarakat belajar (learning community) di dalam kelas yang dikelolanya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar dapat terjadi apabila terjadi komunikasi dua arah. Seorang guru yang menjelaskan sebuah topik kepada para siswa bukanlah contoh masyarakat belajar. Dalam masyarakat belajar, siswa saling belajar satu sama lain. Dalam masyarakat belajar, siswa bertanya dan siswa lain menjawab, mereka saling bertukar pikiran, bertukar pendapat, dan bertukar pengalaman. Dalam pembelajaran seperti ini, tugas guru tidak sekadar menjelaskan sesuatu dan menjawab pertanyaan siswa. Tuas guru adalah mengelola kelas agat antara siswa dan guru, antara siswa dan siswa lain terjadi saling bertanya, saling menjawab, saling bertukar pikiran, bertukar gagasan , dan saling bertukar pengalaman.
Ketika seorang siswa tampil menyajikan hasil diskusi atau hasil kerjanya, siswa lain memperhatikan, mempelajarinya, dan membandingkannya dengan apa yang telah mereka peroleh atau yang telah mereka kerjakan. Penyajian hasil kerja seorang siswa atau sebuah kelompok dapat menjadi model bagi siswa atau kelompok yang lainnya.
e. Pemodelan (Modeling)
Ketika seorang guru atau salah seorang siswa membacakan puisi di muka kelas, ia menjadi model bagi para siswa. Model dapat didatangkan dari kelas lain atau dari luar sekolah. Guru dapat menghadirkan juara baca puisi atau penyair untuk membacakan puisi di muka kelas. Model dapat juga berupa rekaman audio atau audio visual. Pemodelan ini, terutama dalam pembelajaran sastra, jangan membuat proses pembelajaran menjadi terjebak pada roses peniruan tanpa proses internalisasi. Misalnya, siswa siswa meniru intonasi, suara, mimik. gerak model yang ditampilkan. Oleh karena itu, setiap penampilan model harus dibahas di dalam kelompok atau secara klasikal oleh para siswa agar siswa melakukan internalisasi dan mereka benar-benar menjadi subjek yang aktif dan kreatif.

f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah sebuah proses perenungan yang dilakukan oleh mengenai pengetahuan dan keterampilan yang baru saja dipelajarinya dan yang sudah menjadi miliknya. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai bangunan pengetahuan dan keterampilan baru yang mengukuhkan, memperkaya, atau merevisi apa yang telah menjadi miliknya. Pada proses refleksi ini siswa bisa saja menghubungkan materi baru dielajarinya dengan kehidupan. Ia menimbang-nimbang tentang manfaatnya serta kedudukannya dalam bangunan cita-cita hidupnya di masa yang akan datang. Misalnya, siswa merenung: “Oh, selama ini saya keliru dalam membaca puisi. Saya tidak berusaha memahami dulu puisi yang hendak dibaca. Saya hanya meniru saja apa yang dilakukan teman-teman sewaktu membaca”. Guru bertugas merancang roses refleksi ini dengan sebaik-baiknya sehingga bagian ini terasa oleh siswa sebagai kegiatan yang menyenangkan dan sekaligus bermanfaat.
g. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa dipastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang terkumpul mengisyaratkan bahwa siswa mengalami kendala dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil langkah yang tepat agar siswa mengatasi kendala tersebut. Karena assesment memberikan tekanan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar bahasa Indonesia para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa berbahasa Indonesia, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes bahasa Indonesia. Data yang diambil dari kegiatan siswa saat siswa melakukan kegiatan berbahasa Indonesia itulah yang disebut data autentik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar