Hakikat Blajar
Hakikat
belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
FAKTOR-FAKTOR
HAKIKAT BELAJAR
Faktor-faktor belajar
yang dipandang dari segi Faktor Psikologis seseorang yaitu:
1.Kecerdasan dan bakat
Pembelajaran merupakan proses membantu
individu mencapai pengkembangan optimal dari kecerdasan yang dimiliki.
Kecerdasan seseorang sangat bervariasi walau umur yang sama. Untuk itu guru
harus memperhatikan hal ini.
Perlu diketahui bahwa kecerdasan seseorang sebenarnya telah terbentuk sampai
50% pada saat usia 4 tahun, dan terbentuk sampai 80% diperoleh saat usia kurang
lebih 8 tahun. Sedangkan 20% sisanya masih dapat terbentuk sampai usia kurang
lebih 20 tahun. Dan titik optimal adalah pada usia 20 sampai 30 tahun. Usia
30-60 tahun mengalami penurunan.
Berdasarkan hal tersebut sebenarnya pada saat guru mengajarkan siswa SMU
tingkat kacerdasan mereka sudah terbentuk. Pembelajaran hanya mengoptimalkan
kemampuan, dan tidak diperkenankan memaksakan kehendak untuk menjadikan anak
melebihi kapasitas tingkat kecerdasannya.
2. Motivasi
Seseorang akan terdorong untuk belajar apabila ada motivasi tertentu. Motivasi
biasanya terkait erat dengan adanya suatu kebutuhan. Untuk itu untuk
menimbulkan motivasi belajar siswa.Hal ini disebabkan karena motivasi mempunyai
fungsi yang cukup besar dalam belajar, yaitu mendorong manusia untuk berbuat,
menentukan arah perbuatan, dan menyeleksi perbuatan.
3.Perhatian
Perhatian dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Perhatian disengaja: perhatian yang timbul karena keharusan untuk
memperhatikan. Perhatian jenis ini biasanya untuk dapat berhasil, karena siswa
merasa ada pemaksaan. Hanya saja diharapkan guru dapat mengkondisikan perhatian
ini untuk menjadikan siswa tidak terpaksa.
Perhatian spontan:
Suatu perhatian di mana orang akan tertarik untuk melihat atau mendengarkan
sesuatu atas kemauannya sendiri. Perhatian ini hasilnya dapat bertahan lama.
Guru diharapkan dapat memotivasi siswa yang awalnya menggunakan perhatian yang
disengaja menjadi perhatian spontan.
Perhatian memusat: Perhatian pada satu objek
tertentu. Hal ini dilakukan untuk memperhatikan objek yang harus diperhatikan
adalah menuntut ketelitian.
4.Ingatan
Yaitu penyampaian kesan-kesan tanpa disadari. Kesan yang tersimpan tersebut
dapat disadarkan kembali bila keadaan meminta/diperlukan. Daya ingat seseorang
terbatas, sehingga banyak yang pernah diingat akan lupa. Cara untuk menjadikan
daya ingat tahan lama adalah dengan mengulang-ulang.
} Perubahan
tertentu dari belajar
a. Perubahan
yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya.
Misalnya : Ia
menyadari bahwa pengetahuanya bertambah, kecakapanya bertambah, kebiasaanya
bertambah.
Jadi perubahan yang
terjadi karena mabuk atau dalam keadaan yang tidak sadar, tidak termasuk
kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu tidak menyadari
akan perubahan itu.
b. Perubahan
dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung
terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya.
Misalnya : Jika seorang
anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis
menjadi dapat menulis.
c. Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, mengajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian makin banyak usaha belajar yang dilakukan, maka makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan
itu terjadi tidak dengan sendirinya.
Misalnya : perubahan
tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena
dorongan dari dalam
d. Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya beberapa saat
saja, seperti berkeringat, keluar air mata menangis, dan sebagainya tidak dapat
digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat menetap atau permanent.
Misalnya : seorang anak
dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang, melainkan akan terus
dimiliki dan makin berkembang.
e. Perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan
belajar terarah pada tingkah laku yang benar-benar disadari.
f. Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai
hasilnya ia mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap
kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
PENGERTIAN
METODE KONTEKSTUAL
Metode kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas,
2002:5). Dari batasan di atas, dapat ditarik dua hal pokok, yakni mengenai
peran guru dan peran siswa dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran kontekstual,
siswa harus meyakini bahwa yang mereka pelajari itu berguna sebagai bekal hidup
mereka. Sekaitan dengan itu, di sisi lain, guru harus menjadi fasilitator yang
membimbing siswa untuk dapat menemukan sendiri hal-hal yang seharusnya mereka
temukan. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus memposisikan diri sebagai
diri sendiri yang sedang mencari bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu,
guru berperan sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam pembelajaran kontekstual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tugas
guru lebih berkaitan dengan perancangan strategi pembelajaran, bukan sekadar
pemberi informasi mengenai materi pembelajaran. Guru secara profesional
bertugas membimbimbing siswa untuk belajar sendiri, menemukan, dan memperoleh kometensi-kompetensi
baru yang berguna bagi kehidupan mereka.
KOMPONEN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Pendekatan CTL memiliki tujuh
komponen utama, yaitu konstruktivisme (Contructivism), menemukan (Inquiry)
bertanya (Questioning), masyarakar-belajar (Learning Community), permodelan
(Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan
ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
a. Konstruktivisme
(Constructivism)
Konstruktivisme lahir dari
gagasan Jean Piaget dan Vigotsky. Hakikat dari teori konstruktivisme adalah ide
bahwa siswa harus menjadikan hal-hal yang dielajari itu menjadi miliknya
sendiri. Dalam hal ini, tugas guru tidak semata-mata memberikan pengetahuan kepada
siswa, tetapi membimbing mereka untuk belajar sendiri bahkan dengan menggunakan
strategi mereka sendiri. Guru harus membimbing siswa membangun pengetahuan di
dalam benaknya sendiri sehingga apa yang dielajarinya itu menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi kehidupan mereka Ada beberapa prinsip
konstruktivisme yang penting dicatat sebagai berikut. (1) Pengetahuan dan
keterampilan dibangun oleh siswa secara aktif. (2) Pusat aktivitas pembelajaran
terletak pada siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran dinomorsatukan. (3)
Tugas guru adalah membantu siswa belajar, guru adalah fasilitator.
Sesuai dengan teori
konstruktivisme yang menjadi landasan CTL, guru harus meyakinkan siswa bahwa
mereka akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan
demikian, prosedur inkuiri relevan untuk digunakan dalam pembelajaran
kontekstual.
b. Menemukan (Inquiry)
Proses menemukan merupakan
kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengeatahuan dan keteramilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil proses mengingat materi yang disajikan
guru, melainkan hasil dari menemukan sendiri fakta-fakata yang dipelajari. Guru
harus selalu merancang kegiatan inkuiri ini dalam setiap pembelajaran yang
dikelolanya. Kegiatan inkuiri yang harus dirancang guru meliputi: observasi
(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis),
pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclussion). Kata kunci
strategi inkuiri adalah ’siswa menemukan sendiri’. Untuk menumbuhkan semangat
siswa untuk melakukan kegiatan menemukan sediri tersebut, maka guru harus
senantiasa mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan dan keterampilan yang
berkesan pada diri siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dengan dorongan perasaan ingin tahu. Perasaan ingin tahu ini yang mendorong
siswa untuk bertanya. Guru harus selalu menciptakan strategi yang daat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk bertanya dan
bertanya tentang apa yang dia inginkan untuk diketahui. Kegiatan bertanya dapat
muncul dalam kelompok belajar yang partisipatif. Oleh karena itu, guru
sebaiknya menciptakan masyarakat belajar (learning community) di dalam kelas
yang dikelolanya.
d. Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Masyarakat belajar dapat terjadi
apabila terjadi komunikasi dua arah. Seorang guru yang menjelaskan sebuah topik
kepada para siswa bukanlah contoh masyarakat belajar. Dalam masyarakat belajar,
siswa saling belajar satu sama lain. Dalam masyarakat belajar, siswa bertanya
dan siswa lain menjawab, mereka saling bertukar pikiran, bertukar pendapat, dan
bertukar pengalaman. Dalam pembelajaran seperti ini, tugas guru tidak sekadar
menjelaskan sesuatu dan menjawab pertanyaan siswa. Tuas guru adalah mengelola
kelas agat antara siswa dan guru, antara siswa dan siswa lain terjadi saling
bertanya, saling menjawab, saling bertukar pikiran, bertukar gagasan , dan
saling bertukar pengalaman.
Ketika seorang siswa tampil
menyajikan hasil diskusi atau hasil kerjanya, siswa lain memperhatikan,
mempelajarinya, dan membandingkannya dengan apa yang telah mereka peroleh atau
yang telah mereka kerjakan. Penyajian hasil kerja seorang siswa atau sebuah
kelompok dapat menjadi model bagi siswa atau kelompok yang lainnya.
e. Pemodelan (Modeling)
Ketika seorang guru atau salah
seorang siswa membacakan puisi di muka kelas, ia menjadi model bagi para siswa.
Model dapat didatangkan dari kelas lain atau dari luar sekolah. Guru dapat
menghadirkan juara baca puisi atau penyair untuk membacakan puisi di muka
kelas. Model dapat juga berupa rekaman audio atau audio visual. Pemodelan ini,
terutama dalam pembelajaran sastra, jangan membuat proses pembelajaran menjadi
terjebak pada roses peniruan tanpa proses internalisasi. Misalnya, siswa siswa
meniru intonasi, suara, mimik. gerak model yang ditampilkan. Oleh karena itu,
setiap penampilan model harus dibahas di dalam kelompok atau secara klasikal
oleh para siswa agar siswa melakukan internalisasi dan mereka benar-benar
menjadi subjek yang aktif dan kreatif.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah sebuah proses
perenungan yang dilakukan oleh mengenai pengetahuan dan keterampilan yang baru
saja dipelajarinya dan yang sudah menjadi miliknya. Siswa mengendapkan apa yang
baru dipelajarinya sebagai bangunan pengetahuan dan keterampilan baru yang
mengukuhkan, memperkaya, atau merevisi apa yang telah menjadi miliknya. Pada
proses refleksi ini siswa bisa saja menghubungkan materi baru dielajarinya
dengan kehidupan. Ia menimbang-nimbang tentang manfaatnya serta kedudukannya
dalam bangunan cita-cita hidupnya di masa yang akan datang. Misalnya, siswa
merenung: “Oh, selama ini saya keliru dalam membaca puisi. Saya tidak berusaha memahami
dulu puisi yang hendak dibaca. Saya hanya meniru saja apa yang dilakukan
teman-teman sewaktu membaca”. Guru bertugas merancang roses refleksi ini dengan
sebaik-baiknya sehingga bagian ini terasa oleh siswa sebagai kegiatan yang
menyenangkan dan sekaligus bermanfaat.
g. Penilaian Otentik (Authentic
Assessment)
Penilaian merupakan proses
pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan
belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru
agar bisa dipastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Apabila data yang terkumpul mengisyaratkan bahwa siswa mengalami kendala dalam
belajar, maka guru segera bisa mengambil langkah yang tepat agar siswa
mengatasi kendala tersebut. Karena assesment memberikan tekanan pada proses
pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata
yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin
mengetahui perkembangan belajar bahasa Indonesia para siswanya harus
mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa berbahasa Indonesia,
bukan pada saat para siswa mengerjakan tes bahasa Indonesia. Data yang diambil
dari kegiatan siswa saat siswa melakukan kegiatan berbahasa Indonesia itulah
yang disebut data autentik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar