Selasa, 01 Oktober 2013

etode kontektual 1

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam CTL, yaitu:
1. Belajar bukanlah menghapal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki
2. Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas
3. Belajar adalah proses pemecahan masalah
4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks
5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
B. Konsep Dasar Metode Pembelajaran Kontekstual
Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Dengan memperhatikan prinsip kontekstual, proses pembelajaran diharapkan mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip kontekstual sangat penting untuk segala situasi belajar. Ada sembilan konteks belajar yang melingkupi siswa, yaitu:

1. Konteks tujuan ( Tujuan apa yang akan dicapai ? )
2. Konteks isi ( Materi apa yang akan diajarkan ? )
3. Konteks sumber ( Sumber belajar bagaimana yang bisa dimanfaatkan ? )
4. Konteks target siswa ( Siapa yang akan belajar ? )
5. Konteks guru ( Siapa yang akan mengajar ? )
6. Konteks metode ( Strategi belajar apa yang cocok diterapkan ? )
7. Konteks hasil ( Bagaimana hasil pembelajaran yang akan diukur?)
8. Konteks kematangan ( Apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan baru?)
9. Konteks lingkungan ( Dalam lingkungan yang bagaimanakah siswa belajar ? ).

Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2. Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

C. Indikator Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme (Constructivism)
Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal, mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental. Membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.

2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan dari hasil mengingat fakta-fakta melainkan dari hasil menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi(observation), bertanya (questioning), Mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).

3. Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual, yang bermanfaat untuk:
• Menggali informasi
• Menggali pemahaman siswa
• Membangkitkan daya respon siswa
• Mengetahui sampai sejauh mana keinginan dan minat siswa
• Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru
• Membangkitkan lebih luas lagi pertanyaan dari siswa, dalam rangka menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar akan berjalan baik jika terjadi komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat aktif dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5. Pemodelan (Modeling)
Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual, Guru bukan satu-satunya model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Pengejawantahannya dalam pembelajaran adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa member gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap proses maupun hasil.

D. Bentuk Pembelajaran dalam Metode Kontekstual

1. Mengaitkan (Relating)
Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating apabila ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

2. Mengalami (Experiencing)
Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika siswa memanfaatkan (memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3. Menerapkan (Applying)
Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.

4. Kerja sama (Cooperating)
Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja secara individual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan dunia nyata.

5. Mentransfer (Transferring)
Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.

D. Kelebihan dan Kelemahan

Suatu metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Demikian pula dengan metode pembelajaran kontekstual.

1. Kelebihan:
• Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.
• Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi
• Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan
• Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan hasil pemikiran
• Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.

2. Kelemahan:
• Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya
• Membutuhkan banyak biaya

E. Kriteria Pembelajaran Metode Kontekstual/CTL
1. Siswa sebagai subjek belajar
2. Siswa belajar melalui kegiatan kelompok
3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
4. Kemampuan didasarkan atas pengalaman
5. Tujuan akhir kepuasan diri
6. Prilaku dibangun atas kesadaran
7. Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
8. Siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
9. Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
10. Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara.

II. ISI

A. Topik/Materi Pembelajaran
Sebelum memulai proses belajar mengajar, hendaknya guru telah menentukan materi yang akan diajarkan terlebih dahulu. Disini bisa dimisalkan dengan meggunakan materi, “Kewirausahaan”.

B. Langkah-langkah Pengaplikasian Pembelajaran Metode Kontekstual

1. Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai proses belajar mengajar, hendaknya Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis mengenai “Apa itu wirausaha? ” yang kemudian merangsang siswa untuk mengungkapkan argumennya masing-masing, yang kemudian dilanjutkan dengan argumen dari guru itu sendiri.
Selanjutnya, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis dalam pemecahan masalah yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan yang lebih luas mengenai ‘Kewirausahaan’, misalnya pertanyaan:
• Apa peranan wirausaha dalam perekonomian?
• Apa saja ciri-ciri wirausaha!
• Apa saja syarat-syarat untuk menjadi wirausahawan?
• Apa saja bidang usaha yang terdapat dalam wirausaha?
Hal tersebut ditujukan agar siswa mampu bertukar pendapat dengan teman, mau bertanya, membuktikan asumsi dan saling mendengarkan perspektif yang berbeda-beda hingga bisa memperoleh suatu kesimpulan sebelum bertanya kepada guru.
Dengan demikian secara teori, materi ‘kewirausahaan’ bisa dibahas bersama antara guru dengan peserta didik. Hal tersebut bertujuan untuk membangun interaksi dan pemecahan masalah bersama.

2. Pemanfaatan lingkungan dan memberikan aktivitas kelompok
Kegiatan secara berkelompok bisa memperluas perspektif dan membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Di sini guru bisa memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan yang sekiranya berhubungan dengan konteks ‘kewirausahaan’:
• Lingkup usaha formal : PT, CV, Firma, Koperasi, dll.
• Lingkup usaha informal : Pedagang kelontong, Pedagang kaki lima, dll.
Penugasan ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar di luar kelas. Misalnya, penugasan untuk melakukan wawancara di lingkungan yang telah ditetapkan untuk masing-masing kelompok. Wawancara tersebut bisa dilakukan dengan penentuan topik pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu, misalnya:
• Apa saja syarat yang mendukung/menjamin berdirinya badan usaha yang didirikan itu (jika ada)?
• Apa kelebihan dan kekurangan setelah menjalani usaha tersebut?
• Laporan keuangan apa saja yang dibutuhkan (jika ada)?
• dll. (ditujukan agar siswa mampu membuat pertanyaan sekreatif mungkin untuk dapat menjawab pertanyaan yang ingin mereka ketahui)
Dengan demikian diharapkan agar peserta didik memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Karena pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

3. Membuat aktivitas belajar mandiri
Setelah melakukan kegiatan di lingkungan nyata, maka bisa diberikan tugas secara individu untuk merefleksikan hasil dari kegiatan wawancara. Misalnya siswa diberi penugasan untuk membuat kesimpulan dan menyusun jawaban atas pertanyaan yang sudah diberikan sebelumnya mengenai ‘kewirausahaan’, sekreatif mungkin ke dalam bentuk bagan.
Contoh:
PT (Perseroan Terbatas)
Struktur organisasi
Syarat-syarat pendirian
Ciri-ciri badan usaha
Laporan keuangan yang dibutuhkan
dst.

Peserta didik tersebut diharapkan mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu, menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi, serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).

4. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Untuk lebih mematangkan pengetahuan peserta didik, bisa juga ditambahkan dengan penugasan untuk turun ke lapangan untuk merasakan magang pada sektor usaha yang sudah ditentukan oleh guru.
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta siswa untuk magang di tempat kerja.

III. PENUTUP
Evaluasi Pembelajaran
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
Sebagai bekal evaluasi, guru harus mampu mengukur dan menilai kemampuan peserta didik atas pembelajaran materi yang telah dilakukan. Kriteria penilaian yang digunakan bisa bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Berdasarkan contoh aplikasi pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual di atas, maka bisa diterapkan penilaian autentik, diantaranya adalah:

• Penilaian Demonstrasi
Penilaian ini bisa dilaksanakan dengan cara mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok di depan peserta didik yang lain. Hal tersebut bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah dipelajari berdasarkan hasil pengamatan ke lapangan secara langsung, melatih siswa untuk berani berasumsi dan mampu mengaitkan materi/teori dengan kondisi di lapangan. Dengan adanya diskusi, bisa merangsang siswa untuk mampu saling aktif bertanya dan menanggapi permasalahan.

• Penilaian Laporan Tertulis
Untuk lebih mematangkan seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi, dapat juga dilakukan penilaian laporan tertulis berupa essay singkat atau bisa juga dengan ‘pop quiz’ yang berhubungan dengan materi yang sedang di bahas.

Menurut Brooks&Brooks dalam Johnson (2002: 172), bentuk penilaian seperti ini lebih baik dari pada menghafalkan teks, siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Contextual Teaching & Learning (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini. 

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
Ciptakan masyarakat belajar.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas, seorang guru harus memerhatikan tujuh komponen CTL sebagai berikut:

1.  Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.

2.  Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.

3.  Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.

4.  Learning Community (Masyarakat Belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
Tukar pengalaman.
Berbagi ide.

5.  Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.

6.  Reflection (Refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Mencatat apa yang telah dipelajari.
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7.  Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
Penilaian produk (kinerja).
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.


harap lebih teliti dalam pembacaanya!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar