BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makna akhir dari hasil
pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah
dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar
sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan
sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan
dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan
menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau
tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi
dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang
aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang
memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari
kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci
pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri remaja
dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apakah pengertian dari penyesuain diri itu?
b.
Apa saja karakteristik penyesuaian diri?
c.
Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri?
d.
Bagaimana proses penyesuaian diri?
e.
Bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan
pendidikan ?
f.
Apa saja permasalahan penyesuaian diri remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penyesuaian Diri
Tidak sedikit orang-orang yang mengalami stres atau depresi akibat
kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondidi lingkungan
yang ada dan kompleks. Makna keberhasilan pendidikan seseorang terletak pada
sejauh mana yang telah dipelajarinya itu dapat membantu dalam menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dan tuntutan kehidupan lingkungannya. Kondisi fisik, metal dan
emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan yang
kemungkinan akan berkembang ke proses penyesuaian yang baik atau tidak baik.
Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari pengertian
yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitu dikemukakan oleh Charles Darwin yang
terkenal dengan teori evolusi. Ia mengatakan “genetic changes can improve
the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise
offspring, this process is called adaptation”. Artinya tingkah laku manusia
dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dengan tekanan
lingkungan tempat ia hidup, seperti cuaca dan berbagai unsur alamiah lainnya.
Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan isilah adjusment.
Adjusment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
dan tunutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya.
Kehidupan itu secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus
menyesuaikan diri.
Dengan demikian,penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan
dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat
diartikan sebagai berikut.
a.
Penyesuaian
diri yang berarti adaptasi dapt mempertahankan eksistensi, atau bisa “survive”
dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi
yang memuaskan dengan tuntutan lingkungan sosial.
b.
Penyesuaian
diri dapat pla diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaikan sesuatu
dengan standar atau prinsip yang berlaku umum.
c.
Penyesuaian
diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan juga mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frusasi-rustasi secara efektif.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi
syarat.
d.
Penyesuaian
diri dapat diartikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan
emosional yang sehat dan tepat pada setiap persoalan dan situasi.
2.2 Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamanya individu akan berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri. Hal itu disebabkan adanya rintangan atau hambatan tertentu yang
menyebabkan ia tidak mampu melakukan peyesuaian diri secara optimal. Dalam
hubungan dengan intangan-rintangan tersebut, ada individu-individu yang mampu
melakukan penyesuaian diri secara positif, tetapi ada pula yang melakukan
penyesuaian diri secara tidak tepat.
1.
Penyesuaian
Diri yang Positif
Individu
yang tergolong mampu untuk melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai
hal-hal sebagai berikut.
a.
Tidak
menunjukan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b.
Tidk
menunjukan adanya mekanisme pertahanan yang salah.
c.
Tidak
menunjukan adanya frustasi pribadi.
d.
Memiliki
pertimbangan yang rasional dalam pengerahan diri.
e.
Mampu
belajar dari pengalaman.
f.
Bersikap
realistik dan objektif.
Dalam penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan
berbagai benuk berikut ini.
a.
Penyesuaian
diri dalam menghadapi masalah secara langsung
Dalam situasi ini, individu secara langsung menghadapi masalah
dengan segala cara akibatnya. Ia akan melakukan tindakan yang sesuaia dengan
masalah yang dihadapinya.
b.
Penyesuaian
diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam situasi ini, individu mencari berbagai pengalaman untuk
menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya.
c.
Penyesuaian
diri dengan trial dan error
Dalam cara ini, individu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti
kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.
d.
Penyesuaian
dengan subtitusi ( mencari pengganti)
Apabila individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, ia dapat
memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti.
e.
Penyesuaian
diri dengan belajar
Dengan belajar, indiidu dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya.
f.
Penyesuaian
diri dengan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih efektif jika disertai oleh kemampuan
memilih tindakan yang tepat serta pengendalian diri secara tepat pula. Dalam
situasi ini, individu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan
dan tindakan mana yang tidak perlu
dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi.
g.
Penyesuaian
diri dengan perencanaan yang cermat
Dalam hal ini, sikap dan tindakan yang dilakukan merupakan
keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat atau matang.
Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi, seperti untung
dan ruginya.
2.
Penyesuaian
Diri yang Salah
Penyesuaian diri yang salah ditandai oleh sikap dan tingkah laku
yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, membabi
buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah,
yaitu reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri.
a.
Reaksi
bertahan (defence reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya dengan seolah-olah
ia tidak sedang menghadapi kegagalan. Adapun bentuk khusus dari reaksi ini,
yaitu sebagai berikut.
1)
Rasionalisasi,
yaitu mencari-cari alasan yang masuk akal umtuk membenarkan tindakan yang
salah.
2)
Represi,
yaitu menekan perasaannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar.
3)
Proyeksi,
yaitu menyalahkan kegagalan dirinya padapihak lain atau pihak ketiga untk
mencari alasan yang dapat diterima.
4)
“Saur
grapes” (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikan fakta atau kenyataan.
b.
Reaksi
menyerang (aggresive reaction)
Individu yang salah suai akan menunjukkan sikap dan perilaku yang
bersifat menyerang atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau
kegagalannya. Reaksi-reaksinya antara lain:
1)
Selalu
membenakan diri sendiri
2)
Selalu
ingin berkuasa dalam setiap situasi
3)
Merasa
senang bila mengganggu orang lain
4)
Suka
menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan
5)
Menunjukkan
sikap permusuhan secara terbuka
6)
Bersikap
menyerang dan merusak
7)
Keras
kepala dalam sikap dan perbuatannya
8)
Suka
bersikap balas dendam
9)
Memerkosa
hak orang lain
10)
Tindakannya
suka serampangan dan sebagainya
c.
Reaksi
melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini, individu akan melarikan diri dari situsi yang
menimbulkan konflik atau kegagalannya. Reaksinya tampak sebagai berikut:
1)
Suka
berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai dengan bentuk
angan-angan seolah-olah sudah tercapai
2)
Banyak
tidur, suka minuman keras, bunuh diri atau menjadi pecandu narkoba
3)
Regresi,
yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya, orang dewasa yang
bersikap dan berperilaku seperti anak kecil.
3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal.
Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Faktor
Fisiologis
Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan tempramen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan
erat dengan susunan tubuh.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi prime bagi tingkah
laku, dapat diperkirakan bahwa system syaraf,kelenjar dan otot merupakan faktor
yang penting bagi proses penyesuaian diri, kondisi tubuh yang baik merupakan
syarat tercapainya proses penyesuaian diri yang baik pula.
b.
Faktor
Psikologis
Banyak faktor psikologis yang memengaruhi kemampuan penyesuaian
diri sendiri seperti pengalaman, hasil belajar,kebutuhanpkebutuhan, aktualisasi
diri, frustasi, depresi dan sebagainya.
1)
Faktor
pengalaman
Pengalaman
yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri, terutama penyesuaian yang
menyenangkan atau pengalaman yang traumatik (menyusahkan). Pengalaman yang
menyenangkan seperti memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cenderung akan
menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, pengalaman yang
traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru atau salah usai.
2)
Faktor
belajar
Proses
belajar merupakan suatu dasar yang fudamental dalamproses penyesuaian diri. Hal
ini karena melalui belajar, pola-pola respons yang membentuk kepribadian yang
berkembang. Sebagian besar respons dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak
diperoleh dari proses belajar daripada diperoleh secara diwariskan.
3)
Determinasi
diri
Determinasi diri mempunyai fungsi penting dalam proses penyesuaian
diri karena berperan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri.
Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri banyak ditentukan oleh kemampuan
individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya meskipun sebetulnya
situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya.
4)
Faktor
konflik
Pengaruh
konflik terhadap perilaku bergantung pada sifat konflik itu sendiri.
Sebenarnya, beberapa konflik dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan
kegiatan an penyesuaian dirinya. Ada orang yang mengatasi konfliknya dengan
cara meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang mengunungkan bersama
secara sosial. Akan tetapi, adapula yang memecahkan konflik dengan cara
melarikan diri, sehingga menimulkan gejala-gejala neurotis.
c.
Faktor
perkembangan dan kematangan
Dalam proses
perkembangan, respons berkembang dari respons yang bersifat instinktif menjadi
respons yang bersifat hasil belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia,
perubahan dan perkembangan respons, tidak hanya diperoleh melalui proses belajar,
tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk melakukan respons an ini
menentukan pola penyesuaian dirinya.
.
Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan memengaruhi setiap aspek
kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan
intelektual. Dalam fase tertentu, salah satu aspek mungkin lebih penting dari
aspek lainnya.
d.
Faktor
lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat,
kebudayaan dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri seseorang.
1)
Pengaruh
lingkungan Keluarga
faktor
lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena keluarga
merupakan media sosialisasi bagi anak-anak. Proses sosialisasi dan interaksi
sosial yang pertama dan utama dijalani individu dilingkungan keluarganya. Hasil
sosialisasi tersebut kemudian dikembangkan dilingkungan sekolah dan masyarakat
umum.
2)
Pengaruh
Hubungan dengan Orang Tua
Pola
hubungan antara orang tua dengan anak mempunyai pengaruh yang positif terhadap
proses penyesuaian diri. Beberapapola hubungan yang dapat memengaruhi
penyesuaian diri adalah sebagai berikut.
·
Menerima
(acceptance)
Orang
tua menerima kehadiran anak-anaknya dengan cara-cara yang baik.
·
Menghukum
dan disiplin yang berlebihan
Hubungan
anak dengan orang tua bersifat keras. Disiplin yang terlalu berlebihan dapat
menimbulkan suasana psikologis yang kurang menyenangkan bagi anak.
·
Memanjakan
dan melindungi anak secara berlebihan
Perlindungan
dan pemanjaan secara berlebihan dapat menimbulkan perasaan tidak aman, cemburu,
rendah diri, canggung, dan gejala-gejala salah usai lainnya.
·
Penolakan
Orang
tua menolak kehadiran anaknya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa penolakan
orang tua terhadap pada anaknya dapat menimbulkan hambatan dalam penyesuaian
diri.
3)
Hubungan
Saudara
Hubungan
saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang,
berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik.
4)
Lingkungan
Masyarakat
Hasil
penelitian menunjukkna bahwa gejala tingkah laku salah suai atau perilaku
menyimpang bersumber dari pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya. Pergaulan
yang salah dan terlalu bebas di kalangan remaja dapat memengaruhi polapola
penyesuaian dirinya.
5)
Lingkungan
Sekolah
Lingkungan
sekolah berperan sebagai media sosialisasi, yaitu memengaruhi kehidupan
intelektual,sosial, dan moral anak-anak. Pendidikan yang diterima anak di
sekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri mereka di lingkunan
masyarakatnya.
e.
Faktor
budaya dan agama
Lingkungan
kultural tempat inividu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian
dirinya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik,
frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang
bagi anak. Ajaran agama ini merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan dan
pola-pola tingkah laku yang akan memeberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan
kestabilan hidup anak-anak. Sembahyang dan berdoa merupakan media menuju arah
kehidupan yang lebih nyaman, tenang dan berarti bagi manusia. Oleh karena itu,
agama memegang peran penting dalam proses penyesuaian diri seseorang.
2.3 Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai
keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dalam memenuhi kebutuhan
sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses
psikologis sepanjang hayat (life long process) dan manusia terus menerus akan
berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi yang sehat.
Penyesuaian diri adalah sebagai suatu mekanisme atau proses ke arah
hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dengan tuntutan eksternal.
Dalam prosesnya dapat muncul konflik, tekanan, atau frustasi, dan individu
didorong untuk meneliti berbagai kemungkinan perilaku yang tepat untuk
memebebaskan diri dari ketegangan atau konfliks tersebut.
Orang yang dikatakan sukses dalam melakukan penyesuaian diri jika
ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau dapat diterima
oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain. Pada dasarnya,
penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya. Beberapa faktor
lingkunganyang dianggap dapat mencipatakan penyesuaian diri yang cukup sehat
bagi remaja adalah sebagai berikut.
a.
Lingkungan
Keluarga yang Harmonis
Apabila dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis yang
didalamnya terdapat cinta kasih, respek, toleransi, rasa aman dan kehangatan,
seorang anak akan melakukan penyesuaian diri secara sehat dan baik. Sikap ini
sering ditanggapi negatif oleh remaja dengan merasa bahwa dirinya kurang
diperhatikan, tidak disayangi, diremehkan atau dibenci. Jika hal tersebut
terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama (terutama pada masa
kanak-kanak),kemampuannya dalam menyesuaikan diri pun akan terhambat. Dorongan
semangat dan persaingan antaranggota yang dilakukan secara sehat memiliki
pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan anak. Di dalam lingkungan
keluarga, seorang anak mempelajari dasar-dasar dari cara-cara bergaul dengan
orang lain. Biasanya yang menjadi acuan atau contoh adalah figur orang tua,
tokoh, pemimpin, atau seseorang yang menjadi idolanya.Oleh karena itu, orang
tua atau orang dewasa dituntut untuk meneladani atau menunjukkan sikap-sikap
atau tindakan-tindakan yang baik.
Selain itu, dalam keluarga masih banyak hal lain yang berperan dalam
proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya
pada orang lain atau diri sendiri,pengendalian rasa ketakutan, sikap toleransi,
kerja sama, kehangatan dan rasa aman yang semua hal itu sangat berguna bagi
penyesuaian diri di masa depannya.
b.
Lingkungan
Teman Sebaya
Menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan teman sebaya
sngatlah penting pada masa remaja. Ia mengungkapkan kepada teman sebayanya yang
akrab secara bebas dan terbuka tentang rencana, cita-cita dan kesulitan-kesulitan
hidupnya.
Pengertian dan saran dari teman-temannya akan membantu dirinya
dalam menerima keadaan dirinya serta memahami hal-hal yang menjadikan dirinya
berbeda dari orang lain dan keluarga orang lain. Semakin mengerti ia akan
dirinya, semakin meningkat keadaannya untuk menerima dirinya, mengetahui
kekuatan dan kelemahannya. Ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat
sesuai dengan potensi yang dimilikinya itu.
c.
Lingkungan
Sekolah
Pendidikan modern menuntut guru untuk mengamati perkembangan
penyesuaian diri murid-muridnya serta mampu menyusun sistem pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan tersebut. Dengan demikian, proses pendidikan
merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
diharuskan oleh linkungan menurut kepentingan perkembangan individu.
Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang
digunakan oleh guru dalam proses penyesuaian tersebut.
2.4 Aspek-Aspek
Penyesuaian Diri
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
a.
Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri
demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan
sekitarnya. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh ada tidak adaya
rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya
pada potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh
adanya kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap
nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan
individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
b.
Penyesuaian
Sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi poses saling memengaruhi satu
sama lain yang terus menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut, timbul
suatu pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum,
adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses
ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial.
Proses berikutnya yang harus dilakukan indivdu dalam penyesuaian
sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dlam
masyarakatnya. Dalam proses penyesuaian sosial, individu berkenalan dengan
nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya,
sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.
2.5 Implikasi Proses
Penyesuain Diri Peserta Didik Usia Skolah Menegah terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran
juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan
ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu
sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Oleh karena itulah disetiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu
guru-guru yang akan membantu anak didik jika mereka menghadapi kesulitan dalam
pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu anak didik
yang mempunyai masalah pribadi,dan masalah penyesuaian diri baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
- Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at
home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
- Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
- Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar,
sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
- Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
- Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
2.6 Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia
Sekolah Menengah (Remaja)
Diantara persoalan terpentingnya yang dihadapi
remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang
sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat
penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua
dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga.
Contoh: sikap orang tua yang menolak. Penolakan
orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, penolakan
mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa tidak
sayang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghendaki
kelahirannya. Menurut Boldwyn: “Bapak yang menolak anaknya berusaha menundukkan
anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia mengambil ukuran
kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata.” Jenis kedua, dari penolakan
adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Penyesuaian diri remaja dengan kehidupan di
sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika
remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama
maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian
diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara lain
adalah belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah
penyesuaian diri yang berkaitan dengan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru
masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar,
yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam
kegiatan sosial, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi,
konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang
tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak
sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku
untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan,
kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat
berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu
permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering
pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan.
Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil,
jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan
aman bersamanya.
3.2
Saran
Menurut kelompok kami
ketidakmampuan menyesuaikan diri pada remaja disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal dan lebih mengacu pada ketidakmampuan orang tua dalam membimbing
remaja menuju penyesuaian diri yang menyebabkan kondisi fisik, mental dan
emosional remaja menjadi labil.
Selain itu lingkungan
yang tidak mendukung penyesuaian diri remaja menyebabkan semakin sulitnya
remaja dalam melakukan penyesuaian diri dan seharusnya orang tua memahami
keadaan remaja anaknya sehingga orang tua mampu mengarahkan anak remajanya
menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli
dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri remaja.
Daftar
Pustaka
Fatimah
Enung. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar