1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
masalah dalam analisis novel ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan
analisis struktur yang membangun
novel Sang Pemimpi ?
b. Bagaimana
tema dari novel sang pemimpi
?
c.
Gaya bahasa apa yang
digunakan Andrea Hirata dalam novel Sang Pemimpi ?
d.
Nilai-nilai pendidikan
apa sajakah yang ingin disampaikan dalam novel Sang Pemimpi?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Mendeskripsikan
analisis struktur yang membangun novel Sang Pemimpi.
b.
Ingin mengetahui tema
cerita yang dibuat pengarang.
c.
menjelaskan gaya bahasa dipakai oleh Andrea
Hirata dalam novel Sang Pemimpi.
d.
Menjelaskan nilai-nilai pendidikan
yang digunakan
dalam novel Sang Pemimpi.
1.4 Manfaat
Penelitian
Kegunaan hasil penelitian yang akan disumbangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Dari penelitian ini penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah keilmuan dalam pengajaran bidang
bahasa dan sastra. Sedangkan keperluan praktis penelitian ini diharapkan
dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan.,
dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
peneliti untuk semakin aktif dalam dunia sastra dan pendidikan.
BAB
III
ANALISIS
UNSUR INTRINSIK NOVEL SANG PEMIMPI
KARYA
ANDREA HIRATA
3.1 Sekilas Tentang Pengarang
Nama Andrea Hirata Seman Said Harun melejit seiring kesuksesan
novel pertamanya, Laskar Pelangi. Pria yang berulang tahun setiap 24 Oktober
ini semakin terkenal kala novel pertamanya yang jadi best seller diangkat ke
layar lebar oleh duo sineas yaitu Riri
Riza dan Mira Lesmana. Selain Laskar Pelangi, lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia ini juga menulis Laskar Pelangi dan
Edensor, serta Maryamah Karpov. Keempat novel tersebut tergabung dalam sebuah
tetralogi tetralogi. Setelah menyelesaikan
studi S1 di UI, pria yang kini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom ini
mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Université de
Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.
Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua
universitas tersebut dan ia lulus cumlaude.
Tesis itu telah diadaptasi ke
dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama
yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi
ilmiah. Penulis Indonesia yang berasal dari Pulau Belitong, Provinsi Bangka
Belitung ini masih hidup melajang hingga sekarang. Status lajang yang disandang
oleh Andrea sempat memicu kabar tak sedap. Karena pada bulan November 2008,
muncul pengakuan dari seorang perempuan, Roxana yang mengaku sebagai mantan
istrinya.
Akhirnya terungkap bahwa Andrea
memang pernah menikah dengan Roxana pada 5 Juli 1998, namun telah dibatalkan
pada tahun 2000. Alasan Andrea melakukan pembatalan ini karena Roxana menikah
saat dirinya masih berstatus istri orang lain. Sukses dengan novel tetralogi,
Andrea merambah dunia film. Novelnya yang pertama, telah diangkat ke layar
lebar, dengan judul sama, Laskar Pelangi pada 2008. Dengan menggandeng Riri
Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana pada produser, film ini menjadi film
yang paling fenomenal di 2008. Dan jelang akhir tahun 2009, Andrea bersama
Miles Films dan Mizan Production kembali merilis sekuelnya Sang Pemimpi.
3.2 Sinopsis
Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
Setelah tamat SMP, Ikal, Arai dan Jimbron melanjutkan ke SMA bukan
main. Ikal, Arai, saudara sepupu Arai yang sudah yatim piatu sejak SD dan
tinggal di ruamh Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah dan Ibu
Ikal, dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak
kecil. Namun pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron.
Arai dan Ikal begitu pintar dalam sekolahnya, sedangkan Jimbron malah
menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi
lima dan tiga besar. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu
melanjutkan belajar ke Sarbonne Perancis. Kerja keras menjadi kuli ngambat dimulai
pada pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah.
Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, tepatnya di Bogor. Sedangkan Jimbron lebih
memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron memberikan
hadiah kedua celengan kudanya yang berisi tabungannya kepada Ikal dan Arai. Setelah berbula-bulan
terkatung-katung di Bogor, Ikal diterima menjadi tukang sortir (tukang Pos),
dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal
memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk
mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan
dan akhrinya sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, profesor pengujinya begitu kagum dengan
proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana
Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat.
Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar
biasa. Arai pun ikut dalam wawancara itu. Ternyata dia kuliah di Universitas
Mulawarman. Akhirnya Ikal diteima di Perguruan tinggi, Sarbone Perancis.
Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban dari mimpi-mimpi
mereka. Kedua sang pemimpi ini diterima di Universitas yang sama.
3.3
Tema
Tema dalam novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata adalah
menceritakan tentang persahabatan dan
perjuangan meraih mimpi meskipun keadaan ekonomi mereka tidak memungkinkan
untuk menggapai cita-citanya, tetapi semuanya dapat dihadapi dengan rasa
percaya diri dan mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar dan bekerja keras dalam meraih semua mimpi.
Ikal juga termasuk dari keluarga yang tidak mampu, ayahnya
bekerja sebagai penyekop timah di Belitong dan ibunya hanya seorang ibu rumah
tangga. Ikal dan Arai pun membantu orang tuanya dalam kehidupan mereka. Di dalam kehidupnya mereka tidak
kenal lelah. Berikut kutipannya :
“Anak-anak yang kuat
tenaganya menjadi pendulang timah. Mereka seharian berendam di dalam lumpur,
mengaduk-ngaduk aluvial, meraba-raba urat timah di bawah tanah, mempertaruhkan
kelangsungan hidup pada kemampuan menduga-duga. Mereka yang kuat nyalinya
bekerja dibagian tengah laut. Pekerjaan berbahaya yang berbulan-bulan baru bisa
bertemu keluarga. Mereka yang kuat tenaga dan kuat nyalinya siang malam
mencedok pasir gelas untuk mengisi tongkang, makan seperti jembel dan tidur
dibawah gardan truk, melingkar seperti biawak.”(Hirata:2008:67-68)
Jimbron sendiri merupakan merupakan anak asuh dari Pendeta
Geofany yang sejak kecil ditinggaloleh orang tuanya. Namun kekurangan ekonomi
tidak menghambat pendidikan tetapi mereka sendiri mempunyai cita-cita yang luar
biasa dari pendidikan, dengan kerja keras semangat dan memotivasi mereka juga
berusaha membiayai sekolahnya sendiri
dengan bekerja. Hal tersebut memotivasi Ikal, Arai dan Jimbron untuk
mencari ilmu sampai ke luar negeri. Kutipannya sebagai berikut :
“Jelajahi kemegahan Eropa sampai
Afrika yang eksotis. Temukan berliannyabudaya sampai ke Prancis. Langkahkan
kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti
jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montisquieu, Voltaire. Disanalah orang
belajar science, sastra, dan seni
hingga mengubah peradaban….”(Hirata:2008:73)
Keberhasilan
Ikal untuk berpendidikan tinggi S-2 di University De Paris, Sorbonne Prancis
mampu membahagiakan orang tuanya. Berikut kutipannya :
“Tak
terasa aku telah menyelesaikan kuliahku. Sekarang aku merasa memilikitenaga
baru untuk menemukan potongan-potongan mozaik nasibku. Pekerjaansortir dan hidupku secara keseluruhan mulai kurasakan sepi tantangannya.Aku ingin menghadapi suatu
kesulitan yang membuatku terus berkambang,aku ingin menjadi bagian dari sesuatu
yang penting dan besar. Aku berpikir untuk
meninggalkan pekerjaan sortir dan kembali mengekstrapolasikan kurvasemangatku
yang terus menanjak.”(Hirata:2008:250)
3.4
Alur/Plot
3.4.1 Susunan
Alur
Susunan
alur/plot dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut :
1. Pengarang mulai melukiskan keadaan
Karena
Arai sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya. Pada akhirnya ayah Ikal
mengangkat Arai menjadi anak asuhannya. Dia dibesarkan dari keluarga yang serba
kekurangan. Berikut kutipannya :
“Namun
sungguh malang nasibnya, waktu ia kelas satu SD, ibunya wafat sat melahirkan
adiknya. Arai, baru enam tahun ketika itu, dan ayahnya, gemetar di samping
jasad beku sang ibu yang memeluk erat bayi merah yang bersimbah darah. Anak
beranak itu meninggal bersamaan. Lalu Arai tinggal berdua dengan ayahnya.
Kepedihan belum mau menjauhi Arai. Menginjak kelas tiga SD, ayahnya juga wafat.
Arai menjadi yatim piatu, sebatang kara. Ia kemudian dipungut keluarga kami.”
(Hirata:200824)
2. Peristiwa
yang bersangkut paut mulai bergerak
Seringkali
Arai juga iri melihat seorang anak bersama orang tuanya. Arai ikut terharu
ketika melihatnya, Arai sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya dan dia sangat
menginginkan orang tua yang selalu disampingnya ketika dia kesepian.
Permasalahan yang terjadi dalam diri Arai adalah ketidakmampuan Arai dalam mengendalikan emosinya untuk tidak cemburu pada teman yang masih mempunyai
orang tua. kutipan berikut :
“Ibuku
memberi isyarat dan Arai melesat ke gudang peregasan.
Ia memasukkan beberapa takar beras ke dalam
karung, kembali kepekarangan, memberikan karung beras itu kepada ibuku yang
kemudian melungsurkannya kepada Mak Cik.”
“Ambillah……..”
“Mak Cik
menerimanya dengan canggung dan berat hati. Aku tak sampai hati melihatnya. Ia
berkata terbata-bata, “Tak ’kan mampu kami menggantikannya,Kak….” (Hirata:2008: 39).
3.
Keadaan mulai memuncak
Ikal
yang memiliki hutang kepada Arai yang telah berjasa karena atas dukungannya dan
memberikan motivasi. Ikal membantu Arai untuk menggapai cintanya yang tumbuh
sejak SMA, wanita yang di idamkan arai
adalah Nurmala gadis cantik yang pintar. Arai sering ditolak
oleh Nurmala, dia diacuhkan dan beratus-ratus puisi dan bunga yang Arai berikan
tidak bisa mluluhkan hatinya. Ikal membawa Arai ke seorang yang ahli mengenai
percintaan yaitu Bang Zaitun. Bang Zaitun mengajarkan Arai memainkan gitar
untuk lebih menarik perhatian Nurmala. Berikut kutipannya :
“Kau
kenal Bang Zaitun kan, Rai??”tanyaku.
Arai
menjawab heran,”Pimpinan Orkes Melayu Pasar ikan belok kiri itu...?”
“Kesanalah
kau harus berguru soal cinta...”
Arai
tersenyum. Siapa tak kenal Bang Zaitun , pria flamboyan yang kondang dalam
dunia persilatan cinta. Di Belitong ada empat kampung besar, di setiap kampung
itu ia punya istri. Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya
dengan lapang dada. Arai menatapku cerah.
“Kau
yakin Bang Zaitun punya cukup wewenang ilmiah untuk memecahkan masalahku ini,
Kal?”
“Tak
ada salahnya mencoba, Kawan, jauh lebih terhormat daripada ke dukun!!”
“Ah,
Keriting, baru ku tahu, kau cerdas sekali!!” (Hirata:2008:189)
4.
Peristiwa mulai
memuncak
Ketika
Arai, Ikal dan Jimbron lulus sebagai pelajar SMA, Arai dan Ikal mempunyai
keinginan untuk pergi ke Jakarata. Arai mendapat tantangan dari salah seorang
guru SD yaitu ibu Muslimah.
Berikut Kutipannya.
“Jangan
pernah pulang sebelum jadi sarjana..” pesan Ibu Muslimah, guru SD-ku. Disamping
beliau Pak Mustar mengangguk-angguk. Mereka tersenyum ketika kami menyalami
mereka erat-erat karena mereka tahu itu pertanda kami menerima tantangan itu:
tak’kan pernah pulang ke pulau Belitong sebelum jadi sarjana. (Hirata:2008:219)
Dan setelah mereka sampai di jakarta,
beberapa bulan kemudian Ikal diterima bekerja sebagai penyortir surat, namun
Arai tidak diterima bekerja disitu. Akhirnya dia pergi keluar pulau untuk
bekerja. Ikal tidak tahu kemana Arai Pergi dan dia merasa khilangan. Beberapa
bulan kemudian melanjutkan studynya di UI dan disibukkan dengan aktifitasnya.
Berikut kutipannya.
“Tahun
berikutnya aku diterima di UI. Aku
mengatur jadwl shift menyortir surat sesuai dengan kesibukan kuliah. Aku
merindukan Arai setiap hari dan ingin kukirimkan kabar padanya bahwa jika ia
kembali ke Bogor ia dapat kuliah karena aku telah berpenghasilan tetap.
Walaupun sangat pas-pasan tapi jika ia juga bekerja part time, aku yakin kami
dapt sama-samamembiayai kuliah kami.” (Hirata:2008:246)
5.
Pengarang memberikan
pemecahan masalah soal dari semua peristiwa
Ikal
mendaftarkan diri agar mendapat beasiswa ke luar negeri. Dia mendapatkan panggilan tes disana, dan ikal bertemu dengan
sahabatnya yang telah lama
tidak jumpa. Pada tahap penyelesaian diceritakan pada akhirnya Ikal dan Arai
diterima di Universitas yang selama ini menjadi harapan, cita-cita dan
mimpinya. Berkut kutipannya.
“Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari
iniseluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air di atas samudra pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah Laut Merah
dengan tongkatnya, dan miliaran bintang-gemintang yang berputar dengan
eksentrik yang bersilangan, membentuk lingkaran
episiklus yang mengelilingi miliaran siklus yang lebih besar, berlapis-lapis
tak terhingga di luar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata rapi
dalam protokol jagad raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dari miliaran episiklus itu keluar dari orbitnya,
maka dalam hitungan detik sementara
alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yangdapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan
telah mengaturpotongan-potongan
mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhanbertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan
sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya,
sama dengan universitas yang menerimaku, disana jelas tertulis:Universite de
Paris, Sorbonne, Prancis.”(Hirata:2008:272)
berdasarkan uraian diatas, susunan alur/plot novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat dikatakan sebagai plot konvensional,
karena pengarang menyusun cerita berdasarkan urutan peristiwa dari pertama sampai akhir.
3.4.2
Ketegangan atau supence yang nampak
dalam peristiwa-peristiwa cerita novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
1.
Ketegangan yang muncul saat sampai
pada tahap pengarang mulai melukiskan keadaan
a.
Kapan arai di tinggalkan oleh
orangtuanya?
b.
Mengapa orang tuanya
meninggal?
2.
Ketegangan yang muncul saat sampai
pada tahap peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak
a.
Mengapa Arai iri melihat seorang
anak bersama orangtuanya ?
b.
Mengapa Arai terharu melihatnya ?
3.
Ketegangan yang muncul saat
peristiwa sampai pada keadaan mulai memuncak
a.
Kenapa Ikal merasa memiliki hutang
kepada Arai?
b.
Siapa gadis yang di idamkan oleh Arai ?
c.
Bagaimana cara Ikal membantu Arai
untuk meluluhkan hati Nurmala ?
4.
Ketegangan yang muncul saat
peristiwa sampai pada tahap peristiwa mencapai klimaks
a.
Bagaimana nasib Arai dan Ikal setelah
mereka lulus dari SMA ?
b.
Dimanakah Ikal melanjutkan studinya?
c.
Dimanakah Ikal dan Arai dipertemukan
?
3.4.3
Padahan pembayangan yang nampak
dalam cerita novel tersebut atau Foreshadowing yang tampak dalam
peristiwa-peristiwa cerita novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
1.
Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak. Peristiwanya adalah
sebagai berikut.
a.
Sejak sekolah kelas satu SD arai ditinggalkan oleh ibunya, dan pada saat
arai kelas tiga SD ayahnya wafat.
b.
Pada saat melahirkan adiknya ibu aria meninggal dunia, dan ayahnya
meninggal di buku tidak di ceritakan kenapa ayah arai wafat.
2.
Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan dan mereka menunggu jawaban
selanjutnya, yaitu pada tahap keadaan mulai memuncak. Peristiwanya adalah
sebagai berikut .
a.
Arai sejak kecil sudah ditinggal oleh orang tuanya dan dia sangat
menginginkan orang tuanya selalu ada disampingnya ketika dia merasa kesepian.
b.
Arai tidak mampu mengandalikan emosinya untuk tidak cemburu pada teman
yang masih mempunyai orang tua.
3.
Ketegangan berikutnya adalah ketegangan mendekati klimaks. Dan ketegangan
tersebut akan terjawab saat peristiwa mencapai klimaks. Peristiwanya adalah sebagai
berikut.
a.
Karena Arai telah berjasa atas dukungan dan motivasi yang telah
diberikannya
b.
Wanita yang di idamkan arai adalah
Nurmala gadis canti yang pintar
c.
Ikal membawa Arai ke seorang yang ahli mengenai percintaan yaitu Bang Zaitun.
4.
Ketegangan akhir akan terjawab saat pengarang memberikan pemecahan
persoalan. Peristiwanya sebagai berikut.
a.
Arai dan Ikal mempunyai keinginan untuk pergi ke Jakarta karena merasa di
tantang oleh ibu Muslimah.
b.
Ikal melanjutkan studinya di UI
c.
Pada saat mendapat panggilan tes Ikal bertemu dengan Arai, karena pada
saat itu Arai juga ikut ke dalam tes tersebut.
3.4.4
Gambaran susunan Alur/Plot secara kualitatif
Secara kualitatif susunan alur atau plot novel Sang
Pemimi karya Andrea Hirata adalah plot erat. karena di dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hiirata peristiwa satu ke peristiwa lainya sangat berhubungan
sehingga apabila pembaca melewatkan salahsatu
peristiwa maka pembaca tidak akan menemukan ceritanya.
3.4.5
Gambaran susunan Alur/Plot secara
Kuantitatif
Secara Kuantitatif susunan alur atau plot novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata adalah plot ganda. Hal
tersebut karena dalam cerita novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata mempunyai
dua tokoh karakter yang berbeda cerita, yaitu cerita
tentang kehidupan Ikal dan Arai yang mempunyai mimpi meneruskan sekolahnya di Universitas di Paris, Sorbonne, Prancis.
3.5 Tokoh dan Perwatakan
3.5.1 Tokoh-tokoh cerita yang mendukung terjalinnya cerita novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata yaitu :
1.
Arai sebagai tokoh
utama karena di dalam
novel sang pemimpi Arai orang yang mempunyai mimpi untuk melanjutkan S2 ke
Eropa.
2.
Ikal sebagai tokoh
utama karena didalam novel sang pemimpi Ikal merupakan orang yang nasibnya sama
dengan Arai yaitu menerima beasiswa untuk melanjuttkan S2 ke Eropa.
3.
Jimbron sebagai tokoh
utama karena didalam novel Sang Pemimpi Jimbron adalah salahsatu sahabat dekat dengan aria dan ikal.
3.5.2 Penggambaran watak tokoh-tokoh yang mendukung cerita
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
1.
Tokoh Arai
Tokoh
Arai mempunyai watak pemberani, kreatif,
pandai
menyelesaikan masalah dan jenius.
A. Cara langsung atau Analitik
1)
Arai
memiliki sifat pemberani dan segala sesuatu yang dia kerjakan berani menanggung
resiko. arai juga pandai
menyelesaikan suatu masalah dan pandai berkompeten dalam hal pendidikan.
Terbukti dia mendapat ranking kedua ketika dia SMA. Otaknya memang jenius dia berhasil mendapatkan beasiswa
pendidikan ke prancis.optimis, danpenuh
semangat akan mewujudkan mimpi-mimpi untuk membahagiakan orang lain maupun
semangat juang untuk menggapai cita-cita. Berikut kutipannya :
“Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari
iniseluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air di atas samudra pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah Laut Merah
dengan tongkatnya, dan miliaran bintang-gemintang yang berputar dengan
eksentrik yang bersilangan, membentuk
lingkaran episiklus yang mengelilingi miliaran siklus yang lebih besar,
berlapis-lapis tak terhingga di luar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata
rapi dalam protokol jagad raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dari miliaran episiklus itu keluar dari orbitnya,
maka dalam hitungan detik sementara
alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yangdapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan
telah mengaturpotongan-potongan
mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhanbertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan
sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya,
sama dengan universitas yang menerimaku, disana jelas tertulis:Université de
Paris, Sorbonne, Prancis.”(Hirata:2008:272)
2)
Penuh dengan ide dan kreatif karena
setiap kali dihadapkan dengan masalah atau kebuntuan, Arailah orang yang akan memberi idea dan jalan penyelesaian. Berikut
kutipannya:
“Kami mengendap. Tersengal Arai memberi cadangan. Seperti biasa, pasti
cadangan yang menjengkelkan. “Ikal…. Aku tak kuat lagihhh….Aku sesak nafas…. Kalian nampak para-para itu…?” (Hirata:2008:2)
B. Cara tak langsung atau dramatik
a)
Dengan menggambarkan fisik tokoh
1.
Suaranya kering, serak
dan nyaring,persis vokalis mengambil nada falseto. Berikut kutipannya:
“Wajah
Arai laksana patung muka yang dibuat mahasiswa-baru senikriya yang baru pertama
kali menjamah tanah liat, pencet sana, melendung sini. Lebih tepatnya,per
abotan di wajahnya seperti hasil suntikan silikon dan mulai melelh. Suaranya
kering, serak dan nyaring,persis vokalis mengambil nada falseto—mungkin karena
kebanyakan menangis waktu kecil. Gerak-geriknya cangung serupa belalang sembah.
Tapi matanya istimewa. Disitulah pusat gravitasi pesona Arai.Kedua ola matanya
itu, sang jendela hati, adalah layar mempertontonkan jiwanya yang takpernah
kosong.” (Hirata:2008:24)
2.
Jangkung, kurus, bau,
kuku-kunya hitam, potongan rambutnya acak-acakan dan lehernya penuh dengan
daki. Berikut kutipannya :
“Arai
semakin jangkung, semakin kurus. Simpai keramat yang yatim piatu ini badannya
kumal dan bau. Kuku-kukunya hitam, potongan rambutnya tak karuan, digunting
sendiri di depan cermin dengan gaya asal tidak gondrong. Dilehernya melingkar
daki, tapi masya allah hatinya putih bercahaya, hatinya itu selalu hangat.
“(Hirata:2008:185)
b) Dengan
menggambarkan jalan pikiran tokoh
1.
Aku
paham maksudnya! Luar biasa dan sinting!! Itulah Arai dengan otaknya yang
ganjil. Aku suspense. Otakku berputar cepat mengurai satu persatu perasaan
cemas, ide yang memacu andrenalin, dan waktu yang sempit. Arai mencongkel
gembok dan menyingkap tutup peti. Wajah kami seketika memerah saat bau amis yang
mengendaplama menyeruak. Isi peti mirip remah-remah pembantaian makhluk bawah
laut. Sempat terpikir olehku untuk mengurungkan rencana gila itu, tapi kami tak
punya pilihan lain. (Hirata:2008:18)
c)
Dengan menggambarkan tempat atau lingkungan tokoh
1.
Lingkungan tokoh Arai
yang tergambar didalam novel adalah jorok karena Arai dan Ikal lebih memilih tidur
didalam peregasan dari pada
ditengah rumah. Berikut kutipannya:
“Padi
di dalam peregasan sebenarnya sudah tidak lagi dimakan karena sudah disimpan
puluhan tahun. Saatini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi bermacam-macam
keluarga kutu dan keluarga tikus berbulu kelabu yang berturun-temurun beranak
pinak disitu.” (Hirata:2008:36)
d)Dengan menggambarkan perbuatan atau tingkah laku
atau reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa
a. Selalu
membuat orang terkejut dan pembuat ulah atas kelakuannya. Berikut kutipannya :
1. Pada
saat dikejar-kejar oleh wakil kepala sekolah yaitu pak Mustar M. Djai’din, B.A. Berikut
kutipannya:
“Jimbron
yang tambun dan invalid – kakinya panjang sebelah – terengah-engah
dibelakangku. Wajahnya pias. Dahinya yang kukuh basah oleh keringat,
berkilat-kilat. Disampingnya, Arai biang keladi seluruh kejadian ini, lebih
menyedihkan. Sudah dua kali ia muntah. Ia lebih menyedihkan dari si Invalid
itu. Dalam situasi apapun, Arai selalu menyedihkan. Kami bertiga baru saja
berlari semburat, pontang-panting lupa diri karena dikear-kejar seorang tokoh
paling antagonis.” (Hirata:2008:2)
2. Arai tidak tega melihat Mak Cik yang hidup kesusahan. Dia juga
menyuruh Arai untuk memecah celengannya untuk menolong Mak Cik. Cara mereka
dengan membelikan bahan-bahan untuk membuat kue supaya beliau bisa mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya. Berikut Kutipannya:
Arai
jelas sedang menuju pasar. Tak dapat kuduga apa maksudnya. Begitulah Arai, isi
kepalanya tak’kan pernah dapat ditebak. Di depan toko A siong ia berhenti. Dia
turun dari sepeda dan menghampiriku yang kehabisan napas. Ia mengambil karung
uang yang sedang kusandang. Sambil mengumbar senyum tengiknya dia mengedipkan
sebelah mata sembari mengeluarkan suara “khekkh!!” persis tekukur dilindas
truk. Langkahnya pasti memasukitoko A siong. Aku was-was mengantisipasi
tindakannya. (Hirata:2008:43)
e) Dengan
menggambarkan dialog para tokoh
2. Tokoh
Ikal
Tokoh
Ikal mempunyai watak baik hati, optimis, pantang menyerah dan penuh dengan
kasih sayang.
Hal
tersebut diatas digambarkan oleh pengarang sebagai berikut:
1)
Cara langsung atau
analitik
a.
Sifat
penyayang Ikal dapat dilihat ketika ikal dan ayahnya memutuskan untuk menjemput
Arai untuk menjadikannya anak asuhannya. Berikut kutipannya:
“Aku teringat, beberapa hari setelah ayahnya
meninggal, dengan menumpang truk kopra, aku dan ayahku menjemput Arai.
(Hirata;2008:24)
b.
Sifat yang baik tercermin saat saat ia ingin untuk
membalas semua perbuatanya kepada jimbron
“aku ingin membahagiakan arai.aku ingin berbuat
sesuatu seperti yang ia lakukan pada jimbron(Hirata:2008:185)
2)
Cara tak langsung atau
dramatik
a. Dengan
menggambarkan fisik tokoh
“Rambutku
yang ikal, panjang, dan tipis ketika dibelah tengah lepek diatasnya namun
ujung-ujungnya jatuh melngkung lentik diatas pundakku. Persis seekor angsa”. (Hirata:2008:35)
b. Dengan
menggambarkan jalan pikiran tokoh
a.
“aku ingin membahagiakan arai.aku ingin berbuat
sesuatu seperti yang ia lakukan pada jimbron(Hirata:2008:185)
c. Dengan
menggambarkan tempat atau
lingkungan
tokoh
1.
Lingkungan tokoh Arai
yang tergambar didalam novel adalah jorok karena Arai dan Ikal lebih memilih tidur
didalam peregasan dari pada
ditengah rumah. Berikut kutipannya:
“Padi
di dalam peregasan sebenarnya sudah tidak lagi dimakan karena sudah disimpan
puluhan tahun. Saatini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi bermacam-macam
keluarga kutu dan keluarga tikus berbulu kelabu yang berturun-temurun beranak
pinak disitu.” (Hirata:2008:36)
2. Dengan
menggambarkan perbuatan atau tingkah laku atau reaksi tokoh terhadap suatu
peristiwa
a.
Mempunyai
perasaan simpati terhadap aria tercermin di kalimat ini:
“aku tak tega melihat aria yang bercucuran
keringatnya. Ia sendiri tampak kesusahan menahan tawanya. Suaranya melemah. Ia
sadar Nat King Cole sama sekali bukan tandinganya. Kugenggam stang gitar aria,
senyap. Ksadarkan ia bahwa rencana manisnya telah gagal total.”(Hirata;2008:205)
3. Dengan
menggambarkan dialog para tokoh
3. Tokoh jimbron
Tokoh jimbron memiliki watak baik, polos, suka menolong, taat beragama, dan tergila-gila
dengan kuda
Hal
tersebut diatas digambarkan oleh pengarang sebagai berikut:
1.
Cara langsung atau
analitik
a. Sifat jimbron kepada agama tergambarkan padadi bawah
ini:
“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam
keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang
pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik,
tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah sebatang kara seperti
Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak
sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah
telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (Hirata:2008:61)
b. Sifat jimbron yang tergila-gila dengan kuda
“dari tadi, sejak dua jam yang lalu, ia terus
menyerocos tentang kuda. Mulut dan hidungku tertutup rapat sapu tangan untuk menghalangi
bau busuk yang menusuk-nusuk. Saputangan itu sudah kulumuri remasan daun
bluntas dan masih tak mampu melawan bau WC. (Hirata;2008:129)
2.
cara tak langsung atau Dramatik
a.
Dengan menggambarkan fisik tokoh
“jimbron tak lancar berbicara, ia gagap dia tak selalu
gagap. Jika suasana hatinya sedang nyama, ia berbicara senormal orang bisa.
Jimbron bertubuh tabung. Secara umum ia seperti bonsai kamboja jepang: bahu
landai, leher, dan lungsur, gemuk berkumpul di daerah tengah. Wajahnya seperti
bayi, bayi yang murung, seperti bayi yang ingin menangis-jika melihatnya
langsung timbul perasaan ingin melindunginya”
(Hirata;2008:60)
b. Dengan menggambarkan jalan pikiran tokoh
jibron merupakan orang yang rela berkorban demi pujaan
hatinya
“setiap
minggu pagi jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, ai menjadi
relawan pembantu laksmi. Tanpa diminta ia mencuci kaleng-kaleng mentega palmboom
wadah cincau itu jika isinya telah kosong dan ikut menjemur daun-daun cincaun”.
(Hirata;2008:79)
c. Dengan menggabarkan tempat atau lingkungan tokoh
Jimbron
tinggal di sebuah rumah yang di huni orang katolik berasal dari itali berikut
di bawah ini:
“pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang
pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik,
tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah sebatang kara seperti
Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak
sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah
telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (Hirata:2008:61)
d. Dengan menggambarkan perbuatan atau tingkah laku atau
reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa
1. mempunya rasa ingin menghibur laksmi berikut kalimat:
“jika pembeli sepi, jimbron bereraksi. Bukan untuk
merayu atau menyatakan cinta,bukan, sama sekali bukan , tetapi untuk menghibur
laksmi. Dari kejauhan aku dan arai sering terpingkal-pingkal melihat jimbron
bertingkah seperti kelinci berdiri.” (Hirata;2008:80)
e. dengan menggambarkan dialog para tokoh
3.6 Latar/
Setting
1.
Latar Tempat
a. Di
Belitong Timur
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1)
Pada awal cerita
pengarang melukiskan keadaan Belitong timur karena disanalah orang-orang
mencari nafkah. Berikut kutipannya:
Setelah
empat puluh tahun bumi pertiwi merdeka akhirnya Belitong Timur,pulau timah yang
kaya raya itu, memiliki sebuah SMA Negeri. Bukan Main. SMA ini segera menjadi
menara gading takhta tertinggi intelektualitas di pesisir timur,maka ia mengndung
makna dari setiap syair lagu “Godeamus Igitur” yang ketika mendengarnya,
sembari memakai toga, bisa membuat orang meras IQ nya meningkat drastis
beberapa digit. (Hirata:2008:6)
b. Di
SMA Bukan Main
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1)
Pada saat peresmian
sekolah SMA bukan main. Berikut kutipannya:
Pemotongan
pita peresmian SMA ini adalah hari bersejarah bagi kami orang Melayu pedalaman,
karena saat pita itu terkulai putus, terputus pula kami dari masa gelap gulita
matematika integral atau tata cara membuat buku tabelaris hitung dagang yang
dikhotbahkan di SMA. Tak perlu lagi menempuh 120 kilometer ke Tanjong Padan
hanya untuk tahu ilmu debet kredit itu. (Hirata:2008:6)
2)
Ketika siswa terlambat
datang kesekolah dan para saat itu siswa
menirukan pidato pak Mustar saat apel rutin. Berikut kutipannya:
Senin
pagi ini kuanggap hari yang sial. Setengah jam sebelum jam masuk, Pak Mustar
mengunci pagar sekolah. Beliau berdiri di podium menjadi inspektur apel rutin.
Celakanya banyak siswa yang terlambat, termasuk aku, Jimbron dan Arai. Lebih
celaka lagi beberapa siswa yang terlambat justru mengejek Pak Mustar. Dengan
sengaja mereka meniru-niruka pidatonya. Pemimpin para siswa yang berkelakuan
seperti monyet sirkus itu tak lain Arai!! Pak Mustar ngamuk. Ia meloncat dari
podium dan mengajak dua orang penjaga sekolah mengejar kami. (Hirata:2008:10)
c. Di
Pasar Pagi
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
Pak
Mustar mengejar-ngejar Ikal berlari menuju pasar dan melompati sebuah pagar sehingga
sepeda yang sedang diparkir roboh. Berikut kutipannya:
“Aku menyebrangi jalan dan berlari
kencang ke utara, memasuki gerbang pasar pagi. Pak Mustar barnafsu menangkapku,
jaraknya semakin dekat. Aku ketakutan dan tergesa-gesa meloncati palang besi
parkir sepeda. Celaka! Salh satu sepeda tersenggol. Lalu tukang parkir terpana
melihat ratusan sepeda yang telah dirapikannya susah payah, rebah satu persatu
seperti permainan kartu domino., menimbulkan kegaduan yang luar biasa dipasar
pagi. Aku terjerembap, bangkit dan pontang-panting kabur.” (Hirata:2008:14)
1)
“Sekarang
delapan orang memikulpeti dan peti menuju pasar pagi yang ramai. Disekitar peti
tukang parkir berteriak-teriak meimpali obralan pedagang Minang yang menjual
baju di kaki lima. Klakson sepeda motor dan kliningan sepeda sahut menyahut
dengan jeritan mesin parut dan ketukan palu para tukang sol. Lenguh sapi yang
digelandang ke pejagalan beradu nyaring dengan suara bising dari balon kecil
yang dipencet penjual mainan anak-anak. Di punggungku kurasakan satu persatu
detakan jantung Jimbron, lambat namun keras, gelisah dan mencekam”. (Hirata:2008:20)
2)
“Kami
memasuki toko yang sesak. Barang-barang kelontong berjejal-jejal di rak-rak
yang tinggi. Arai berhenti sebentar ditengah toko persis dibawah sebuah fan
besar berdiameter hampir dua meter dan berfutar sangat kencang: wuttth ...
wuttth ... wutttthh. Istri A siong besar di Hongkong. Hanya fan unuk pabrik itu
yang membuatnya betah tinggal dibelitong yang panas. Arai membuka kancing atas
bajunya, menengadahkan wajahnya, dan ketika angin fan membasuh wajahya yang
bersimbah peluh ia terpejam syahdu, seuah gaya yang sngat mengesankan”.(Hirata:2008:43)
2.
Latar
Waktu
a. Pagi
hari
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1) Ketika
para siswa datang terlambat ke sekolah dan pak Mustar mengunci pagar sekolah.
Berikut kutipannya:
“Senin pagi ini kuanggap hari yang sial.
Setengah jam sebelum jam masuk, Pak Mustar mengunci pagar sekolah. Beliau
berdiri di podium menjadi inspektur apel rutin. Celakanya banyak siswa yang
terlambat, termasuk aku, Jimbron dan Arai. Lebih celaka lagi beberapa siswa
yang terlambat justru mengejek Pak Mustar. Dengan sengaja mereka meniru-niruka
pidatonya. Pemimpin para siswa yang berkelakuan seperti monyet sirkus itu tak
lain Arai!! Pak Mustar ngamuk. Ia meloncat dari podium dan mengajak dua orang
penjaga sekolah mengejar kami”. (Hirata:2008:10)
b. siang hari
Hal tersebut dapat dilihat dari berikut di bawah
ini:
1) Pengarang melukiskan suasana pada siang hari di
kapal berikut kutipanya:
“Hari keenam, pukul satu siang, aku yang sudah babk belur,
compang-camping, iseng-iseng mendongakkan kapal keluar lubang palka dan
alangkah terkejutnya, nun jauh disana, sayup-sayup, di garis horizon biru itu
kulihat benda kotak-kotak bermunculan timbul tenggelam.” (Hirata:2008:224)
c. Sore
hari
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1) Pengarang
melukiskan suasana sore hari
di perkebunan kelapa sawit Berikut kutipannya:
“Sore yang indah. Perkebunan kelapa sawit
di kaki gunung sebelah timur kampung kami seperti garis panjang yang membelah
matahari.”
(Hirata:2008;37)
2) Pengarang melukiskan
suasana pada petang sore hari di rumah berikut kutipanya:
“Petang yang sunyi dan
menegangkan.arai mengambil bingkai plastic foto hitam putih ayah dan ibunya. Ia
menyingkir ke ruang tamu. Ia duduk di kursi malas ayahku. Di bawah bendangan
lampu yang temaram. Ia tak langsung membuka suratnya. Dibekapnya surat dan
bingkai foto ayah-ibunya”. (Hirata:2008;270)
d.
Malam hari
Hal tersebut dapat di uktikan dibawah ini:
1) Pengarang melukiskan suasana malam hari di
kebun jagung berikut kutipanya:
“Usai salat isya arai sudah berdandan rapi dan ia telah menyiapkan seikat bunga. Kami
mengendap-endap di kebun jagung tiba di sebuah rumah Victoria yang besar”.(Hirata:2008;202)
2) malam turun, satu per satu penumpang
menghilang, bus sepi. Ciputat tak kunjung sampai. Aku dan arai yang kelelehan
tertidur pulas. Jika ada yang ingin mengambil koper dan celengan kuda kami,
kami tak’kan tahu. (Hirata:2008;228)
3.
Latar
Lingkungan Sosial
a. Ekonomi
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini
1) Pada
saat Mak Cik meminta beras kepada ibu Ikal dan menukarnya dengan biola namun
Ibu Ikal tidak mau menerimanya. Berikut Kutipannya:
“Sudah
tiga kali Minggu in mak Cik datang meminjam beras. Keluarga kami memang miskin
tapi Mak Cik lebih tak beruntung.Ia tak berdaya kareba tak lagi dipedulikan
suaminya, antara lain karena ia hanya melahirkan anak-anak perempuan itu.” (Hirata:2008:39)
b. Religius
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1) Perilaku Arai dalam kesehariannya mencerminkan seorang muslim.
Orang yang taat pada perintah agama, hal itu terbukti bahwa setiap habis
maghrib dia selalu membacakan ayat-ayat suci Al Quran dengan kesadarannya
sendiri, tanpa diperintah siapapun. Berikut Kutipannya:
“Setiap habis maghrib,
Arai melantunkan ayat-ayat suci Al Quran di bawah temaram lampu minyak dan saat
itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggasa yang menusuk-nusuk
malam. Ratap lirihnya mengirisku,menyeretku kesebuah gubuk ditengahladang tebu.
Setiap lekukan tajwid yang dilantunkan hati muda itu adalah sayat kerinduan
yang tak tertanggungkan pada ayah-ibunya ”(Hirata:2008:33)
2) Jimbron adalah
tokoh yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya, walaupun
dia hidup di lingkungan agama yang berbeda, yaitu agama Katolik. Berikut
kutipannya:
“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam
keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang
pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik,
tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah sebatang kara seperti
Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak
sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah
telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (Hirata:2008:61)
c. Intelektual
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1) WC yang keran airnya mampet, malah masih digunakan. Apalagi yang
menggunakannya adalah para intelek muda yang dasar pendidikannya ada. Mereka
yang menggunakan tidak menghiraukan
walaupun agama sudah mengajarkan kebersihan adalah sebagian dari iman.
Mereka yang melakukan justru malah tidak merasa bersalah, walaupun orang lain
yang kena dampak dari ulah mereka. Berikut kutipannya:
“WC ini sudah hampir
setahun diabaikan karena keran air yang mampet. Tapi manusia-manusia cacing,
para intelektual muda SMA Negeri Bukan Main yang tempurung otaknya telah pindah
ke dengkul, nekat menggunakannya jika panggilan alam itu tak tertahankan.
Dengan hanya berbekal segayung air saat memasuki tempat sakral itu, mereka
menghinakan dirinya sendiri dihadapan agama Allah yang mengajarkan bahwa
kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan kamilah yang menaanggung semua
kebejatan moral mereka.”(Hirata:2008:130)
2) Bupati yaitu pemimpin sekarang kelakuannya sudah tidak jujur dan menghalalkan segala cara hanya demi
merebut kursi kepemimpinannya. Berikut kutipannya:
“ lain kali mencalonkan
dirinya jadi bupati!! pasang huruf h besar di depan namanya, mengaku dirinya
haji???!! padahal aku tahu kelakuannya!! waktu jadi mahasiswa, wesel dari
ibunya dipakainya untuk main judi buntut!!!”(hirata:2008:168)
“itulah kalau kau mau
tahu tabiat pemimpin zaman sekarang, boi!! baru mencalonkan diri sudah jadi
penipu, bagaimana kalau bajingan seperti
itu jadi ketua!!??”(hirata:2008:168)
d. Rasa Kemanusiaan
Hal tersebut nampak dari bukti dibawah ini:
1) Beberapa hari setelah ayahnya meninggal Ikal dan ayahnya menjemput
Arai untuk di bawa ke rumahnya. Arai dan
Ikal sebenarnya adalah masih saudara. Pada waktu menjemput Arai, Ikal membantu
Arai untuk membawakan bukubukunya yang masih perlu di bawa. Berikut kutipannya:
“Aku membantu membawa
buku-bukunya dan kami meninggalkan gubuk berdinding lelak beratap daun itu
dengan membiarka pintu dan jendelajendelanya terbuka karena dipastikan tak kan
ada siapa-siapa untuk mengambil apapun.”(Hirata:2008:25)
2) Tokoh Ikal yang seharusnya menghibur Arai ketika ia mendapat musibah
ternyata malah berputar terbalik. Justru Arai yang berusaha menghibur Ikal
supaya dia tersenyum. Berikut kutipannya:
“Aku tersenyum tapi
tangisku tak reda karena seperti mekanika gerak balik helikopter purba ini,
Arai telah memutar balikkan logikasentimental ini. Ia justru berusaha
menghiburku pada saat aku seharusnya menghiburnya. Dadaku sesak.”(Hirata:2008:
28)
3) Arai tidak tega melihat Mak Cik yang hidup kesusahan. Dia juga menyuruh
Arai untuk memecah celengannya untuk menolong Mak Cik. Cara mereka dengan
membelikan bahan-bahan untuk membuat kue supaya beliau bisa mencukupi kebutuhan
hidup keluarganya. Berikut Kutipannya:
“Arai menyerahkan
karung-karung kami pada Mak Cik. Beliau terkagetkaget. Lalu aku tertegun
mendengar rencana Arai, dengan bahan itu dimintanya Mak Cik membuat kue dan
kami yang akan menjualnya. Mulai sekarang Mak Cik mempunyai penghasilan! Seru
Arai bersemangat.”(Hirata:2008:51)
4) sikap tanggung jawab Bang Zaitun untuk memksimalkan penampilan
Arai dalam memikat hati Nirmala sang pujaan hatinya, karena penampilan Arai
yang pertama kurang maksimal sehingga untuk memikat hati Nirmala bisa dikatakan
gagal. Berikut kutipannya:
“Bang Zaitun sangat
komit pada penampilan Arai kali ini sebab ia merasa bertanggung jawab pada kegagalan
Arai yang pertama.” (Hirata:2008:210)
e. Budaya
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1) Masyarakat melayu ketika mulai beranjak dewasa kebanyakan mereka
sudah berusaha bekerja mencari uang untuk membantu keluarganya dalam mencukupi
kebutuhan hidup. Maka tidak heran, banyak remaja yang memilih tidak melanjutkan
sekolah, melainkan memilih untuk bekerja. Berikut kutipannya:
“Dan seperti kebanyakan
anak-anak Melayu miskin di kampung kami yang rata-rata beranjak remaja mulai
bekerja mencari uang,…”(Hirata:2008:32)
2) Peregasan yang
artinya adalah peti papan besar tempat
menyimpan padi. Sebagian besar orang Melayu di setiap rumahnya pasti terdapat
peregasan yang berfungsi untuk menyimpan beras. Berikut Kutipannya:
“Padi dalam peregasan
sebenarnya sudah tak bisa lagi dimakan karena sudah disimpan puluhan tahun.
Saat ini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi bermacam-macam kutu dan keluarga
tikus berbulu kelabu yang turun- temurun beranak pinak disitu.”
(Hirata:2008:36)
4.
Latar
Suasana
a. Bahagia
Hal
tersebut dapat dilihat di bawah ini:
1) “Kesempatan baik, Bron!!” aku
girang,celingukan kiri kanan.
“Tak ada kompetisi!!”
Wajah Jimbron yang bulat jenaka merona-rona seperti
buah mentega.
“Mmhhh ... mmhhaa ... mainkan, Kal!!”
(Hirata:2008:11)
2) Berbeda dengan Arai.
Waktu peti melewati para pengamen ia menjetikkan para jemarinya mengikuti
kerincing tamborin. Dan ia tersenyum. Aku mengerti bahwa baginya apa yang kami
alami adalah sebuah petulangan yang asyik. Ia melirikku yang terjepit tak
berdaya, senyumnya semakin girang. (Hirata:2008:21)
3) Demikianlah arti Arai
bagiku. Maka sejak Arai tinggal dirumah kami, tak kepalang senang hatiku. Aku
semakin gembira karena kami diperbolehkan menempati kamar hanya untuk kami
berdua. Walaupu kamar kami hanyalah gudang peregasan, jauh lebih baik daripada
tidur di tengah rumah, bertumpuk-tumpuk seperti pindang bersama aban-abangku
yang kuli, bau keringat, dan mendengkur. (Hirata:2008;35)
b. Sedih
Hal
tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:
1) Di perjalanan aku tak
banyak bicara karena hatiku ngilu mengenangkan nasib malang yang menimpa sepupu
jauhku ini. (Hirata:2008:26)
2) Dari dalam karung, ia
mengeluarkan sebuah benda mainan yang aneh.Aku melirik benda itu dan aku
semakin pedih membayangkan ia membuat mainan itu sendirian,memainkannya juga
sendirian ditengah-tengah ladang tebu.Aku tersedu sedan. (Hirata:2008:27)
3) Air mata Mak Cik
meleleh. Kesusahan seakan tercetak di keningnya. Lahir untuk susah, demikian
stempelnya. Putrinya yang terkeik tertidur pulas dalam dekapannya. Yang tertua,
Nurmi yang kurus tinggi kurang gizi itu, baru kelas dua SMP, sama denganku dan
Arai, tampak tertekan batinnya. Ia memeluk erat sebuah koper hitam lusuh berisi
biola. Dia seorang pemain biola berbakat. Ingin menjadi musisi, itulahimpian
terbesarnya. Bakat dan biola itu diwarisinya dari kakeknya,ketua gambus kampung
itu. (Hirata:2008:38)
c. Gelisah
Hal
tersebut dapt dilihat dari bukti dibawah ini:
1)
Sekarang
delapan orang memikul peti dan peti menuju pasar pagi yang ramai. Disekitar
peti tukang parkir berteriak-teriak meimpali obralan pedagang Minang yang
menjual baju di kaki lima. Klakson sepeda motor dan kliningan sepeda sahut
menyahut dengan jeritan mesin parut dan ketukan palu para tukang sol. Lenguh
sapi yang digelandang ke pejagalan beradu nyaring dengan suara bising dari
balon kecil yang dipencet penjual mainan anak-anak. Di punggungku kurasakan
satu persatu detakan jantung Jimbron, lambat namun keras, gelisah dan mencekam.
(Hirata:2008:20)
3.7 Gaya
A. Gaya
pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita
Gaya pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah
sering menggunakan beberapa gaya bahasa dan paling dominan yang dipakai adalah gaya
bahasa personifikai, penuh imajinasi dan inspirasi. Pengarang juga dalam
peyampaian amanatnya mudah dipahami apalagi secara keseluruhan mengandung
nilai-nilai pendidikan. Berikut kutipannya:
1)
Jantungku berayun-ayun seumpama punchbag yang dihantam beruntun
beruntun seorang petinju (Hirata:2008;2)Kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai gaya bahasa
personifikasi karena kata “jantungku” diibaratkan seperti benda hidup yang bisa
berayun-ayun, padahal kata berayun-ayun tersebut menggambarkan keadaan jantung
yang berdetak kencang.
2)
Otakku berputar cepat mengurai satu persatu perasaan cemas (Hirata:2008:18)
Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya bahasa personifikasi karena kata “otakku” diibaratkan hidup yang bisa
berputar, tetati kalimat di atas menggambarkan bahwa menggambarkan pikiran yang
tidak karuan dan sangat cemas.
3)
Arai tidak
tega melihat Mak Cik yang hidup kesusahan. Dia juga menyuruh Arai untuk memecah
celengannya untuk menolong Mak Cik. Cara mereka dengan membelikan bahan-bahan
untuk membuat kue supaya beliau bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Berikut Kutipannya:
“Arai menyerahkan
karung-karung kami pada Mak Cik. Beliau terkagetkaget. Lalu aku tertegun
mendengar rencana Arai, dengan bahan itu dimintanya Mak Cik membuat kue dan
kami yang akan menjualnya. Mulai sekarang Mak Cik mempunyai penghasilan! Seru
Arai bersemangat.”(Hirata:2008:51)
B. Gaya
Bahasa
Gaya bahasa yang banyak dituangkan pengarang dalam memperkuat
cerita novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut :
1.
Perbandingan
a.
Hiperbola
Hiperbola adalah semacam
gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan
membesar-besarekan sesuatu hal. Hasil analisisdalam novel Sang Pemimpi terdapat
34 gaya
bahasa hiperbola, yaitu sebagai berikut.
1)
Kami bertiga baru saja berlari semburat, pontang panting lupa diri
karena dikejar-kejar
seorang tokoh paling antagonis (Hirata:2008; 2). Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena
melebihlebihkan kata “berlari” dengan memanfaatkan kata “pontang-panting” terkesan mereka
berlari terbirit-birit tanpa arah.
2) Dangdut
india dari kaset yang terlalu sering diputar meliuk-liuk pilu dari pabrik itu
(hal 3). Kalimat tersebut di atas
dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena pemutaran kaset apapun
tidak ada yang diputar “meliuk-liuk,” apalagi sampai pilu, jadi kalimat tersebut terlalu
melebih-lebihkan.
3)
Suara Pak Mustar membahana (Hirata;2008:13). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena kata “membahana” seakan-akan melebih-lebihkan
suara Pak Mustar yang sangat keras.
4)
Wajah kami seketika memerah saat bau amis yang mengendap lama menyeruak
(Hirata;2008:18). Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terlalu melebih-lebihkan ketika mencium bau amis wajahnya berubah
memerah.
5)
Tulang-tulangku melengkung. Jika bergeser, rasanya akan patah.
Setiap tarikan nafas perih menyayat-nyayat rusukku. Perutku ngilu seperti
teriris karena diikat dinginnya sebatang balok es. Aku mengigit lenganku
kuat-kuat menahan penderitaan. Bau anyir ikan busuk menusuk hidungku sampai ke
ulu hati. (hirata;2008:19). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebih-lebihkan. Kalimat “tulang-tulangku
melengkung”, tidak mungkin pada dunia nyata tulang manusia bisa melengkung,
kalimat selanjutnya juga menjelaskan tulang bergeser itu juga tidak mungkin.
Kata “menyayat-nyayat” dan “teriris” seakan-akan dibesar-besarkan.
6)
Aku merasa takjub dengan kepribadian Arai. Tatapanku menghujan
bola matanya, menyusupi lensa, selaput jala, dan iris pupilnya, lalu tembus ke
dalam lubuk hatinya, ingin kulihat dunia dari dalam jiwanya. (Hirata:2008; 21). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena kata “menghujan” terlalu
membesar-besarkan karena seakan-akan “tatapan”
adalah benda hidup yang dapat menuysup ke dalam bagian mata.
7)
Lamunanku terhempas di atas meja batu pualam putih yang panjang. (Hirata;2008:21). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena kata “lamunanku” seakan-akan
adalah benda hidup yang dapat terhempas di atas meja.
8)
Jantungku berdetak satu per satu mengikuti derap langkah Nyonya
Pho mendekati peti. (Hirata;2008: 22). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena kata “jantungku” terlalu
membesar-besarkan seperti benda hdup yang dapat mengikuti langkah manusia.
9) Kelihatan
jelas kesusahan telah menderanya sepanjang hidup (Hirata;2008:26). Kalimat tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena terlalu
membesar-besarkan. Seakan akan seumur hidupnya selalu dilandakesusahan, tidak
ada kebahagiaan sedikitpun.
10)
Aku tersenyum tapi tangisku tak reda karena seperti mekanika gerak
balik helikopter purba ini, Arai memutar balikkan logika sentimental ini (Hirata;2008:28). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena
terlalu membesar-besarkan, bahwa tangisnya seakan-akan tidak bisa berhenti
seperti mekanika gerak balik helikopter.
11)
Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru
yang membelenggunya seumur hidup (Hirata;2008:29). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebihlebihkan. Kata“duka
mengharu” tidak akan ada warnanya.
12)
Ayahku tersenyum mengepalkan tinjunya kuat-kuat dan aku ingin tertawa
sekeras-kerasnya, tapi aku juga ingin menangis sekeraskerasnya. (Hirata;2008:30). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena
kata “tinjunya” sangat
dibesar-besarkan karena itu hanya melambangkan kepalan tangan saja.
13)
Perkebunan kelapa sawit di kaki gunung sebelah timur kampong kami seperti
garis panjang yang membelah matahari (Hirata;2008:37). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena perkebunan kelapa sawit
seolah-olah adalah benda hidup yang dapat membelah matahari.
14)
Bagian bawahnya menyingsingkan fajar di negeri-negeri berkulit
pucat dan sisa setengah di atasnya menyemburkan lazuardi merah menyalanyala (Hirata;2008:37). Kalimat di atas dikategorikan sebagai bahasa hiperbola karena
kata “merah menyala-nyala” seakan-akan
sangat membesarbesarkan.
15)
Arai ngebut, sepedanya terpantul-pantul di atas jalan pasir
meluapkan debu berwarna kuning (Hirata;2008:42). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena kalimat “sepedanya
terpantul-pantul”, sebenarnya yang terpantul-pantul bukan sepeda tetapi
rodanya.
16)
Aku meronta sejadi-jadinya dari kuncian Arai, menggelinjang
seperti belut sehingga lemari raksasa itu limbung dan tiba-tiba…(Hitara;2008:48). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena tingkah laku laku Arai diibaratkan
seperti belut, yaitu binatang yang gesit dan licin, serta sulit di tangkap.
17)
Lautan
tampak olehku pemandangan yang menakjubkan karena fan besar di tengah ruangan
mengisap kapuk di atas lantai dan ribuan awan-awan putih kecil berdesingan
melingkar naik keatas, indah dan harmonis membentuk spiral seperti angin
tornado (Hirata;2008:49). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena sangat melebihlebihkan, karena
awan-awan tersebut tidak akan seperti angin tornado.
18)
Pemandangan semakin sensasional ketika Nyonya Deborah mematikan
fan dan saat itu pula awan-awan kecil itu berjatuhan, melayang-layang dengan
lembut tanpa bobot (Hirata;2008:50). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena kalimat “awan-awan kecil itu
berjatuhan”, kalimat tersebut sangat berlebihan, karena kalimat tersebut
hanya menggambarkan kapas putih yang berhamburan.
19)
Mereka
seharian berendam di dalam lumpur, mengaduk-aduk alluvial, meraba-raba urat
timah di bawah tanah,…(Hirata;2008:68). Kalimat di atas dikategorikan sebagai majas hiperbola karena
mereka tidak mungkin sehari penuh berendam di dalam lumpur.
20)
…apa
yang dikatakan Pak Balia berikut ini bak batu safir yang terhunjam ke hatiku
dan Arai, membuat hati kami membiru karena kilaunya (Hirata;2008:73). Kalimat tersebut di kategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu membesar-besarkan karena batu
safir tidak akan bisa masuk ke dalam bagian tubuh manusia yaitu hati, dan hati manusia juga tidak berwarna biru.
Oleh kerena itu, kalimat tersebut terlalu membesar-besarkan.
21)
Dan tawa mereka semakin keras meledak-ledak waktu Jimbron
mengejarku dan aku berlari meliuk-liuk diantara jemuran (Hirata;2008:122). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebih-lebihkan, karena tawa
manusia tidak mungkin bisa meledak. Hanya saja menggambarkan tertawanya
Ikal yang sangat keras.
22)
Kemarahan setinggi puncak gunung terjadi dalam satu detik
berikutnya,… (Hirata;2008:134). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai majas hiperbola karena
terlalu membesar-besarkan. Kata “kemarahan”
di atas yang dimaksud adalah kemarahan yang sangat memuncak.
23)
Air itu tumpah ruah
berlinangan melalui mataku (Hirata;2008:149). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebih-lebihkan, karena yang dimaksud kalimat diatas bukan air
yang tumpah, melainkan air mata.
24)
Aku tersedu sedan melihat ayahku menaiki sepedanya dan
tertatih-tatih mengayuhnya meninggalkanku (Hirata;2008:153). Kalimat tersebut di kategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebihlebihkan, karena kalimat di atas adalah Ikal yang menangis
tersedu-sedu.
25)
Masyarakat dikumpulkan di balai desa. Mereka berebutan,
berapi-api, memberi petuah yang mereka dapat dari bangku kuliah (Hirata;2008:161). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebih-lebihkan, kata “berapi-api”
dapat diartikan dengan semangat yang membara.
26) Kepala
Minar berputar-putar memantau situasi lalu ia menatapku tajam dan mendesis (Hirata;2008:167). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu membesar-besarkan. Tidak ada dalam kehidupan nyata kepala bisa berputar-putar dan bisa-memantau
sistuasi, kalimat tersebut hanya makna kiasan untuk menjelaskan tingkah laku Minar
yang sedang memantau situasi.
27)
Minar masih belum puas, teriakannya bertalu-talu mengiringiku
pergi. (Hirata;2008:167). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena
pada kata “teriakannya” seolah adalah
benda hidup yaitu bisa mengiringi pergi dan dapat bertalu-talu.
28)
Ekornya berayun berirama seumpama seikat selendang dan sulur-sulur
ototnya yang telanjang berkelindan dalam koordinasi yang memikat. (Hirata;2008:172). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebih-lebihkan, karena ekor tidak mungkin bisa bergerak
teratur mengikuti irama.
29)
Kegilaan yang menggelembung, meluap-luap, dan tersedu sedan itu
kini memandangi pita jingga yang bergelombang mengalun kaki langit. (Hirata;2008:174). Kalimat tersebut dikategotikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu berlebihan, karena secara garis besar kalimat di atas hanya
menggambarkan keadaan yang sangat luar biasa.
30)
Para pedagang yang terkejut mendadak sontak
semburat tak karuan.(hirata;2008: 180). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena
terlalu membesar-besarkan. Kalimat tersebut hanya menjelaskan pedagang yang
sangat terkejut.
31)
Sebuah kejutan manis tak terperi (Hirata;2008:184). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola
karena terlalu membesarbesarkan. Kalimat tersebut hanya menjelaskan ada sebuat
kejuatan yang sangat indah.
32)
Cinta yang patah berkeping-keping karena selingkuh dan pengkhianatan…(Hirata;2008:186). Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagaigaya bahasa hiperbola
karena terlalu melebih-lebihkan. Cinta tidak mungkin bisa patah seperti benda/
kayu apalagi sampai berkepingkeping. Kalimat di atas menggambarkan seseorang
yang sedih karena cinta.
33)
Cat bangunannya sangat memesona dan di dalamnya terang benderang.
(Hirata;2008:228). Kalimat tersebut dapat
dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terlalu melebih-lebihkan,
yaitu pada kata “terang benderang”
mempunyai arti terang sekali karena cat bangunan yang sangat memesona.
34)
Hari ini
seluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air di atas samudera pengetahuan
Allah (Hirata;2008:272). Kalimat tersebut termasuk sebagai gaya bahasa hiperbola karena
sangat melebih-lebihkan karena mempunyai makna bahwa ilmu manusia tidak
mempunyai arti apa-apa dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
Allah.
b.
Personifikasi
Personifikasi adalah
semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. hasil
analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 43
gaya bahasa personifikasi, yaitu sebagai berikut.
1)
Dataran
ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkkan tenaga dahsyat
kataklismik (Hirata;2008:1). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena menganggap dataran bisa mencuat dan keluar dari kulit bumi, jadi
seakan-akan dataran bisa keluar sendiri seperti benda hidup.
2)
Jantungku berayun-ayun seumpama punchbag yang dihantam beruntun
beruntun seorang petinju (Hirata;2008:2). Kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai gaya bahasa
personifikasi karena kata “jantungku”
diibaratkan seperti benda hidup yang bisa berayun-ayun, padahal kata
berayun-ayun tersebut menggambarkan keadaan jantung yang berdetak kencang.
3)
Pancaran
matahari menikam lubang-lubang dinding papan seperti batangan baja stainless,
dan menciptakan pedang cahaya, putih berkilauan, tak terbendung melesat-lesat
menerobos sudut-sudut gelap yang pengap. (Hirata;2008:4). Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa
personifikasi karena “pancaran matahari”
diibaratkan sebagai benda hidup, yaitu bisa menikam lubang-lubang dinding
papan, padahal kalimat tersebut menggambarkan terik matahari yang sangat panas.
4)
Kapitalis itu meliuk-liuk pergi seperti dedemit dimarahi raja
hantu (Hirata;2008:8). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “kapitalis” diibaratkan
sebagai benda hidup yang bisa meliuk-liuk, padahal kata “kapitalis” di atas menggambarkan kata sifat.
5)
Maka muncullah bongkahan jambul berbinar-binar (Hirata;2008:11). Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa
personifikasi karena kata “jambul”
diibaratkan sebagai benda hidup yang bisa berbinar-binar.
6)
Suara peluit menjerit-jerit (Hirata;2008:14). Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa
personifikasi karena “suara”
diibaratkan benda hidup yang bisa berteriak-teriak.
7)
Otakku berputar cepat mengurai satu persatu perasaan cemas (Hirata;2008:18). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena kata “otakku” diibaratkan
hidup yang bisa berputar, tetati kalimat di atas menggambarkan bahwa
menggambarkan pikiran yang tidak karuan dan sangat cemas.
8)
Sekarang delapan orang memikul peti dan peti meluncur menuju pasar
pagi yang ramai (Hirata;2008:20). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena kata “peti” diibaratkan
seperti benda hidup yang bisa meluncur menuju pasar.
9)
…dengan jeritan mesin-mesin parut dan ketukan palu para tukang
sol. (Hirata;2008:20). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “mesin-mesin parut dan ketukan
palu para tukang sol” diibaratkan benda hidup yang bisa menjerit.
10) Aku dan
Arai duduk berdampingan di pojok bak truk yang membantingbantingdi atas jalan sepi
berbatu-batu (Hirata;2008:26). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “bak truk” diibaratkan sebagai
benda hidup yang bisa membanting-banting di atas jalan.
11) Lalu tak
dapat kutahankan air mataku mengalir (Hirata;2008:26). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “air mata” diibaratkan sebagai
aliran air yang bisa mengalir di sungai.
12) Jahitan
kancing bajunya yang rapuh satu per satu terlepas hingga bajunya melambai-lambai
seperti sayap kumbang sagu tadi (Hirata;2008:29). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “baju” diibaratkan sebagai
benda hidup yang bisa melambai-lambai seperti sayap kumbang sagu.
13) Suaranya
sekering ranggas, yang menusuk-nusuk malam. Ratap lirinya mengirisku, meyeretku
ke sebuah gubuk di tengah lading tebu (Hirata;2008:33 ). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “suara” diibaratkan sebagai
benda hidup yang bisa menusuk-nusuk. Kata “ratap
lirih” juga diibaratkan sebagai benda hidup yang bisa mengiris dan menyeret
manusia.
14) Nurmi
memeluk biolanya kuat-kuat. Air matanya mengalir (Hirata;2008:39). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena air mata nurmi diibaratkan sebagai air sungai yang bia mengalir.
15) Nafasnya
memburu dan matanya nanar menatapku saat ia mengumpulkan uang koin (Hirata;2008:41). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “nafas” pada kalimat di atas diibaratkan
sebagai benda hidup yang bisa memburu.
16) Karena
mendapat dukungan, Arai semakin beringas (Hirata;2008:47). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “beringas” digunakan untuk
meggambarkan sifatnya Arai yang sangat lincah.
17) Sebaliknya
aku semakin liar melawannya (Hirata;2008:47). kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “liar” menggambarkan sifat
Ikal yang menyaingi Arai.
18) Suara fan
besar menggulung setiap gumpalan kapuk seperti jutaan kunang-kunang yang serentak
beranjak (Hirata;2008:49). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “fan besar” diibaratkan
sebagai benda hidup yang bisa menggulung gumpalan kapuk.
19) Sungai itu
pun patuh (Hirata;2008:73). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “sungai” diibaratkan makhluk
hidup yang bisa patuh, seperti manusia.
20) Panggilan
itu senantiasa membuncahkan tenaga dalam pembuluh darah kami (Hirata;2008:74). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “panggilan” diibaratkan
sebagai benda hidup yang dapat membuncahkan tenaga dalam pembuluh darah.
21) Senyum
Laksmi telah tertelan kegelapan nasibnya (Hirata;2008:81). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “senyum Laksmi” diibaratkan
sebagai benda hidup yang bisa tertelan, dan kata “kegelapan“ pada
kalimat di atas juga diibaratkan sebagai benda hidup yang bisa menelan senyum
Laksmi.
22) Kata-kata
itu menusuk-nusuk pori-poriku (Hirata;2008:149). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “kata-kata” diibaratkan
sebagai benda hidup yang bisa menusuk-nusuk pori-pori.
23) …kurasakan seakan langit mengutukku dan bangunan sekolah rubuh menimpaku
(Hirata;2008:152). Kalimat di atas
dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena “langit” diibaratkan sebagai benda hidup yang bisa mengutuk.
24) Suaranya
lantang memenuhi lapangan luas sekolah kami, menerobos ruang-ruang gelap
kepicikan dalam kepalaku. (Hirata;2008:154). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “suara” diibaratkan sebagai
benda
hidup yang bisa menerobos ruang-ruang gelap kepicikan.
25) Semak
belukar meliuk-liuk keemasan disirami cahaya matahari , bergulung-gulung diaduk
angin yang terlepas bebas (Hirata;2008:154-155). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “semak belukar” diibaratkan
sebagai benda hdup yang dapat meliuk-liuk dan bergulung-gulung.
26) …aku
mencium bau angin, bau hujan, bau malam, dan bau kebebasan berlari membelah
ilalang, di padang luas tak bertepi (Hirata;2008:173). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “bau angin, bau
hujan, bau malam dan bau kebebasan”diibaratkan
sebagai sebagai benda hidup yang bisa membelah ilalang.
27) Kebiasaan kami adalah kembali ke peraduan
seusai sholat subuh, nanti bangun lagi jika bedug lohor memanggil (Hirata;2008:177). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “bedug lohor” diibaratkan sebagai
benda hidup yang bisa memanggil manusia. Pada hakikatnya Bedug lolor tersebut merupakan tanda untuk melakukan waktu sholat
dzuhur.
28) Bulu-bulu
halus di tengah Jimbron serentak berdiri (Hirata;2008:178). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “bulu-bulu halus” diibaratkan
sebagai benda hidup yang bisa serentak berdiri.
29) Orang yang
ketika duduk atau berbaring tak merasakan apapun saat tubuhnya di peluk gelap (Hirata;2008:184). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “gelap” dalam kalimat tersebut
diibaratkan seperti benda hidup yang bisa memeluk tubuh.
30) Aku sering
melihat sepatuku yang mengangap seperti buaya berjemur, tahu-tahu sudah
rekat kembali,…( Hirata;2008:185). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “sepatu” di atas diibaratkan sebagai
benda hidup yaitu buaya berjemur, yaitu bisa mengangap.
31) Sinarnya
berkelap-kelip hijau dan biru, menjalar-jalar di seluruh dinding serupa ketela
rambat (Hirata;2008:190). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “sinar” diibaratkan sebagai
benda hidup yang bisa berkelip-kelip, dan menjalar-jalar.
32) Lalu asap
tembakau warning bergelung-gelung dalam mulutnya. (Hirata;2008:194). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena
“asap tembakau” diibaratkan menjadi
benda hidup yang bisa bergelung-gelung.
33) Dahan-dahannya
yang basah menyayat lengan kami, gatal, dan perih (Hirata;2008:205). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena
“dahan-dahan yang basah” diibaratkan
menjdi benda hidup yang dapat menyayat lengan.
34) Bentangan
gelombang membentuk anak panah ketika lunas kapal membelah permukaan sungai
cokelat yang tenang (Hirata;2008:220). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “bentangan gelombang”
diibaratkan seperti makhluk hidup yang dapat membelah permukaan sungai.
35) Barisan
pohon santigi mengajak hinggap burung-burung punai samak bersambung dengan
ilalang….( Hirata;2008:221). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “barisan pohon santigi” diibaratkan
sebagai benda hidup yang bisa mengajak hinggap burung-burung punai.
36) Bintang
Laut Selatan telah dipeluk samudra (Hirata;2008:221). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “samudra”diibaratkan benda hidup yang bisa memeluk seperti manusia.
37) Nakhkoda
menghidupkan mesin utama dan di buritan kulihat luapan buih melonjak-lonjak
karena tiga baling-baling raksasa menerjang air (Hirata;2008:221). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena
“luapan buih” diibaratkan benda hidup
yang bisa melonjak-lonjak.
38) Bunyi
peluit kapal yang membahana menggetarkan dada kami (Hirata;2008:227). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “bunyi peluit” diibaratkan
menjadi benda hidup yang dapat menggetarkan dada.
39) Sinarnya
yang menyilaukan menusk mata, membiaskan pengetahuan botani, fisiologi
tumbuhan, genetika, statistika dan matematika di muka bumi (Hirata;2008:238). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “sinar” diibaratkan menjadi
benda hidup yang bisa menusuk mata.
40) Lipatan
aksara ilmu pada kertas-kertas yang tajam mengiris jemari kami menyayat hati
kami yang bercita-cita besar ingin melanjutkan sekolah (Hirata;2008:238). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “lipatan aksara ilmu pada
kertas-kertas yang tajam” diibaratkan seperti benda hidup yang bisa
mengiris jemari dan menyayat hati.
41) Tapi
semuanya dapat ia kendalikan dengan bersembunyi di balik tembok tebal
gengsinya, yang justru membuat semakin menderita (Hirata;2008:249). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “gengsi” diibaratkan menjadi
benda hidup yang bisa menyembunyikan manusia.
42) Dan jika terkejut, kata-katanya tertelan (Hirata;2008:265). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “kata-kata” diibaratkan
menjadi benda hidup yang bisa tertelan.
43) Selempang
sinar lampu jalan kuning yang menelinap-menyelinap di punggung pohon-pohon
bantan,…( Hirata;2008:267). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi
karena “selempang lampu jalan kuning”
diibaratkan sebagai benda hidup yang bisa menyelinap.
c.
Metafora
Metafora adalah semacam
analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk
singkat. Hasil analisis
dalam novel Sang Pemimpi terdapat 4 gaya bahasa metafora, yaitu sebagai berikut.
1)
Sorot matanya dan gerak-geriknya sedingin es (Hirata;2008:6). Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena sorot mata dibandingkan dengan dinginnya
es. Maksud kalimat di atas gerik-gerik dan sorot matanya sangat kaku dan
dingin.
2)
Pak Mustar berubah menjadi monster
karena justru anak lelaki satusatunya tak diterima di SMA Negeri itu (Hirata;2008:6). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora
karena sikap Pak Mustar tibatiba berubah menjadi monster yaitu dengan wajah
yang mengerikan, karena justru anak lelakinya malah tidak diterima di SMa
Negeri itu.
3)
…Pak Mustar menjadi seorang guru bertangan besi (Hirata;2008:10). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora karena
Pak Mustar dicap menjadi guru yang bertangan besi, yaitu beliau sangat keras
dan disiplin dalam mendidik
siswanya.
4)
Hari ini seperti hari Columbus menemukan Amerika (hal 174). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora
karena pada hari itu merupakan hari yang bersejarah, ibaratnya seperti Columbus
menemukan Amerika.
d.
Alegori
Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan, makna
kiasan ini haerus ditarik dari bawah permukan ceritanya. Hasil analisis dalam
novel Sang Pemimpi terdapat 3 gaya bahasa alegori, yaitu sebagai berikut.
1)
Sang ayah, dengan kedua tangannya, memeluk, merengkuh, menggenggam seluruh anggota keluarganya (Hirata;2008:78). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena
sang ayah dengan kedua anaknya mempunyai tautan yaitu sebagai anggota keluarga
dengan memeluk, merengkuh, serta menggenggam itulah yang dilakukannya.
2)
Pada momen ini kami memahami bahwa persahabatan kami yang lama dan
lekat lebih dari saudara, berjuang senasib sepenanggungan, bekerja keras bahu
membahu sampai titik keringat terakhir untuk sekolah dan keluarga, tidur
sebantal, makan sepiring, susah senang bersama (Hirata;2008:102). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena
mempunyai pertautan yaitu berjuang senasib sepenanggungan, bekerja kerasbahu
membahu hal itu diwujudkan pada suatu momen persahabatan.momen persahabatan
juga diwujudkan dengan tidur sebantal, makan sepiring, dan susah senang
bersama. Itulah pertautan dalam kalimat di atas.
3)
Bahkan ketika nenek-nenek dirampok, dicabuli, dan dibunuh aku
telah menjadi seperti orang kota kebanyakan (Hirata;2008:236). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena
mempunyai pertautan yaitu dirampok, dicabuli, dan dibunuh yang di alami oleh
seorang nenek-nenek.
e.
Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu
hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Hasil analisis dalam
novel Sang Pemimpi terdapat 4 gaya bahasa
sinekdoke, yaitu sebagai berikut.
1)
Setelah empat puluh tahun bumi merdeka…( Hirata;2008:6). Kalimat di atas
dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke karena kata “bumi” sudah mewakili secara keseluruhan
yaitu Negara Indonesia.
2)
Anak cucunya malah malu membicarakan ilmu unik yang mungkin hanya
dikuasainya sendiri sejagad raya ini (Hirata;2008:55). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke
karena kata “sejagad raya” sudah
mewakili secara keseluruhan yaitu yang artinya seluruh dunia ini.
3)
Ialah bintang kejora pertunjukan sore ini (Hirata;2008:172). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke
karena kata “bintang kejora” sudah
mewakili secara keseluruhan yaitu mempunyai arti bintangnya bintang sore ini.
4)
…demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hatinya (Hirata;2008:201). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke
karena kata “buah hati” sudah mewakili secara keseluruhan yaitu mempunyai arti orang yang
sangat dicintai dan itu adalah bagian dari hidupnya.
f.
Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha menyugestikan kesamaan
antar orang, tempat, atau peristiwa. Hasil analisis dalam novel
Sang Pemimpi terdapat 6 gaya bahasa alusio, yaitu sebagai berikut.
1)
Seorang
laki-laki muda nan putih kulitnya, elok parasnya, Drs. Julian Ikhsan Balia, sang Kepala Sekolah, yang juga guru kasusastraan bermutu tinggi,
di hari pendaftaran memberi
mereka pelajaran paling dasar tentang budi pekerti akademika (Hirata;2008:7). Kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa alusi karena kata-kata di atas sudah menggambarkan dan menerangkan cirri
seseorang yaitu Drs. Julian Ikhsan Balia.
2)
Dan saat itulah Pak Mustar, sang jawaran temperamental, tak kuasa
menahan dirinya (Hirata;2008:8). Kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa alusi karena kata-kata di atas sudah menggambarkan sifat Pak Mustar.
3)
Benar-benar sial berlipat-lipat sebab penunggang vespa itu adalah
Nyonya Lam Nyet Pho, turunan prajurit Hupo, semacam capo, ketua preman pasar
ikan. Ia pemilik gudang ini dan penguasa 16 perahu motor. Anak buahnya ratusan
pria bersarung yang hidup di perahu dan tak pernah melepaskan badik dari
pinggangnya (Hirata;2008:17). Kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa alusi karena kata-kata di atas sudah menggambarkan dan menerangkan ciri
seseorang yaitu Nyonya Lam Nyet Pho.
4)
Arai adalah sebatang pohon kara di tengah padang...( Hirata;2008:26). Kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa alusi karena kata-kata di atas sudah menggambarkan dan menerangkan ciri
seseorang yaitu Arai dia seperti pohon kara di tengah padang, dengan kokohnya
ia berdiri.
5)
Wanita malang setengah baya itu Mak Cik Maryamah, datang bersama
putrinya dan seperti ibunya, mata mereka bengkak, semuanya habis menangis (Hirata;2008:38). Kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa alusi karena kata-kata di atas sudah menggambarkan dan menerangkan ciri
seseorang yaitu Mak Cik Maryamah.
6)
Bangunan tubuh kuda putih itu amat artistik. Ia adalah benda seni
yang memukau, setiap lekuk tubuhnya seakan diukir seorang maestro dengan
mengombinasikan kemegahan seni patung monumental dan karisma kejantanan seekor
binatang perang yang gagah berani (Hirata;2008:172). Kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa alusi karena kata-kata di atas menggambarkan sebuah bangunan kuda putih
yang amat artistik.
g.
Simile
Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu
sama dengan hal yang lain. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 12
gaya bahasa simile, yaitu sebagai berikut.
1) Di satu
bagian langit, matahari rendah memantulkan uanp lengket yang terjebak ditudungi cendawan gelap gulita,
menjerang pesisir sejak pagi (Hirata;2008:1). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena penggambaran
langit pada kalimat di atas sudah sangat jelas karena penggambaran tersebut
keadaannya adalah “gelap gulita”
2) Ia
westerling berwajah tirus manis (Hirata;2008:5). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
penggambaran wajahnya sangat jelas, yaitu berwajah tirus manis.
3)
Pulau timah yang kaya raya itu, memiliki sebuah SMA Negeri (Hirata;2008:6). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena penggambaran
SMA Negeri tersebut adalah sekolah yang sangat kaya, oleh karena itu kalimat di
atas memakai kata “kaya raya”.
4) Ia petantang-petenteng
hilir mudik sambil bertelekan pinggang (Hirata;2008:9). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena penggambaran
petantang-petenteng mondar mandirnya mempunyai perbandingan yang implisist
yaitu hilir mudik.
5) Lalu tukang
parker terpana melihat ratusan sepedayang telah dirapikan susah payah (Hirata;2008:14). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang implisit yaitu susah payah yang digambarkan dalam
kalimat di atas.
6) Nyonya pho bertubuh
tinggi besar.Rambutnya tebal, disemir hitam pekat (Hirata;2008:17). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang implisit yaitu hitam pekat yaitu telah digambarkan
dalam kalimat di atas bahwa rambutnya yang tebal dan yang disemir hitam pekat.
7) Meskipun
perasaannya telah luluh lantak pada usia sangat muda tapi ia selalu positif dan
berjiwa seluas langit (Hirata;2008:33). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang implisit yaitu berjiwa seluas langit yang mempunyai
arti sabar yang luar biasa.
8) Ia tersedu
sedan (Hirata;2008:40). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang implisit yaitu tersedu sedan dengan menggambarkan
keadaanya sedang menangis.
9) Kaki-kakinya
kukuh besar seperti pilar (Hirata;2008:171). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang implisit yaitu kukuh besar seperti pilar yang
menggambarkan keadaan kaki-kakinya.
10) Surainya
laksana jubah putih yang mengibas mengikuti tubuhnya yang menggelinjang-gelinjang
(Hirata;2008:172). Kalimat di atas
dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena mempunyai bandingan yang
implisit menggambarkan surainya yang mengibas seperti jubah.
11) Kini
hatinya yang lugu itu hampa, hampa seperti tong-tong aspal tempatnya berdiri (Hirata;2008:174). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang implisit yaitu hatinya yang lugu itu hampa hal
tersebut menggambarkan suasana hati yang kesepian.
12) Dini hari
itu sunyi sepi di dermaga (Hirata;2008:177). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang implisit yaitu sunyi sepi yang menggambarkan keadaan
dini hari di dermaga.
h.
Asosiasi
Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat memperbandingkan
sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskan. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat
14 gaya bahasa asosiasi, yaitu sebagai berikut.
1) …, jingga
serupa kaca-kaca gereja, mengelilingi dermaga yang menjulur ke laut seperti reign of fire, lingkaran api (Hirata;2008:1). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi
karena keadaan di laut tersebut telah
dilukiskan secara nyata, yaitu diibaratkan oleh reign of fire yang artinya
zaman api.
2) Wajah
Jimbron yang bulat jenaka merona-rona seperti buah mentega (Hirata;2008:11). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena
keadaan wajah jimbron diibaratkan seperti buah mentega yaitu berbentuk bulat
dan merona.
3) …sebab tak
seorangpun ingin memedulikan laki-laki yang berbau seperti ikan pari (Hirata;2008:12). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi
karena keadaan laki-laki tersebut yang
sangat bau diibaratkan seperti bau ikan pari.
4) Tak sempat
kusadari, secepat terkaman macan akar,…( Hirata;2008:12). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi
karena keadaan yang sangat cepat. Oleh karena
itu, diibaratkan seperti terkaman macan akar.
5) Mulut
mungilnya yang dari tadi berkicau kini terkunci lalu pelan-pelan menganga
seperti ikan mas koki (Hirata;2008:49). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi
karena keadaan mulut mungil yang menganga
dapat diibaratkan seperti ikan mas koki.
6) Mei Mei
pucat pasi karena terpukau dalam ketakutan yang indah (Hirata;2008:49). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena
keadaan Mei Mei yang terpukau dalam
ketakutan yang indah. Oleh karena itu, wajah Mei Mei menjadi pucat pasi.
7) …anak kelas
empat SD itu, kehabisan napas dan pucat pasi ketakutan (Hirata;2008:61). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keadaan anak kelas empat yaitu
wajahnya pucat pasi.
8) Lalu
seperti di bioskop dulu, para penonton pria gegap gempita mendukung sang
majikan (Hirata;2008:124). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi
karena menggambarkan keaadaan di bioskop
dengan para penonton yang gegap gempita dengan mendukung sang majikan.
9) Jimbron
berdiri mematung, pucat pasi (Hirata;2008:134). Kalimat di atasdikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keaadaan Jimbron yang berdiri
mematung dengan wajah yang pucat pasi.
10) Ia seperti orang yang baru sadar dari sebuah mimpi yang gelap gulita (Hirata;2008:137). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keadaan orang yang baru sadar
dari sebuah mimpi yang terlihat gelap gulita.
11) Ekspresinya
jelas mengesankan bahwa ia telah meninggalkan masa lalu yang kelam mencekam dan
siap menyongsongsong masa depan yang cerah bercahaya (Hirata;2008:139). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi
karena menggambarkan keadaan seseorang
yang telah meninggalkan masa lalu, dengan keadaan masa lalu yang kelam mencekam,
seseorang tersebut siap menghadapi masa depan yang cerah.
12) Seisi
kampung tumpah ruah ke dermaga, ratusan jumlahnya, di antara mereka tampak
bupati, camat, lurah, kepala desa, dan para dukun…( Hirata;2008:168). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena
menggambarkan keadaan penghuni kampung
yang tumpah ruah yaitu kumpul jadi satu.
13) Abang
malang melintang dari panggung ke panggung…( Hirata;2008:192). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena
menggambarkan seseorang yang sangat
sibuk dari panggung ke panggung dengan mengibaratkan kata yang “malang melintang”
14) Ia tersenyum riang penuh semangat, hilir mudik seperti bebek (Hirata;2008:253). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena
menggambarkan keadaan seseorang yang sangat riang dengan diibaratkan hilir
mudik seperti bebek.
1.8
Titik Pengisahan
1. Pengarang
sebagai pengamat
Dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
titik pengisahan yang dipergunakan oleh pengarang adalah pengarang sebagai pengamat
Hal
tersebut dapat dilihat dari beberapa berikut di bawah ini:
a.
Titik pengisahan
objektif
1)
Setiap habis maghrib.
Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dibawah temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering
ranggasa yang menusuk-nusuk malam. Ratap lirihnya mengirisku, menyeretku
kesebuah gubuk ditengah ladang tebu. Setiap lekukan tajwid yang dilantunkan
hati muda itu adalah sayat kerinduan yang tak tertanggungkan pada ayah-ibunya.
(Hirata:2008;33)
2)
Jimbron
meraih tanganku, menyalamiku dengan erat, dan mengguncang-guncang tanganku.
Senyumnya manis dan pasti. Ekspresinya jelas mengesankan bahwa ia telah
meninggalkan masalalu yang kelam mencekam dan siap menyongsong masa depan yang
cerah bercahaya. Kami saling berpandangan dalam nuansa yang sangat menyentuh,
sampai aku menitikkan air mata. Aku benar-benar terharu karena aku tahu sudah
banyak orang yang berusaha menyembuhkan Jimbron tapi mereka semua gagal. Bahkan
Jimbron hampir dimandikan dengan kembang tujuh rupa untuk menghilangkan
bayang-bayang kuda yang terus menghantuinya. (Hirata:2008:138)
3)
Aku
ingin maembahagiakan Arai. Aku ingin berbuat sesuatu sepert ia lakukan pada
Jimbron. Seperti yang selalu ia lakukan padaku. Aku sering melihat sepatuku
yang menganga seperti buaya berjemur tahu-tahu sudah rekat kembali, Arai
diamdiam memakunya. Aku juga selalu heran melihat kancin bajuku yanglepas
tiba-tba lengkap lagi, tanpa banyak cincong Arai menjahitnya. (Hirata:2008:185)
b. Titik pengisahan maha tahu
1) Aku mengamati Arai.
Kelihatan jelas kesusahan telah menderanya sepanjang hidup. Ia seusia denganku
tapi tampak lebih dewasa. Sinar matanya jernih, polos sekali.Lalu tak dapat
ktahankan air mataku mengalir. Aku tak dapat mengerti bagaimana anak semuda itu
menanggung cobaan demikian berat sebagai Simpai Keramat. (Hirata:2008:26)
2) Ai mata Mak Cik
meleleh. Kesusahan seakan tercetak dikeningnya. Lahir untuk susah, demikian
stempelnya. Putrinya yang terkecil tertidur pulas dalam dekapannya. Yang
tertua,Nurmi yang kurus tinggi kuran gizi itu, baru kelas dua SMP, sama
denganku dan Arai, tampak tertekan batinnya. Ia memeluk erat sebuah koper hitam
lusuh berisi biola. Dia seorang pemain biola berbakat. Ingin menjadi musisi,
itulah impian terbesarnya. Bakat dan biola itu diwarisinya dari kakeknya, ketua
gambus kampung kami. (Hirata:2008:38)
3) Aku tahu, pada setiap
rencana busuk Arai, aku harus selalu menjadi orang yang memberi pandangan
logis. Aku seyogyanya menjadi wasit moal geng tengik ini. Dan Jimbron, ia akan
ikut saja apa pun rencana kami . Ia memang tidak dilahirkan ke muka bumi ini
untuk banyak-banyak menggunakan akal. Tapi kali ini aku, secara naluriah,
sepakat, sebab aku terlalu lemah untuk melawan daya racun gretah testosteron,
akar segala kejahatan, yang secara sporadis menyerang anak-anak Adam yang beranjak dewasa. (Hirata:2008:100)
4) Dan aku gembira sekali
karena tiba-iba disudut bibir Jimbron tersungging senyum kecil. Kesedihannya
menguap. Matanya berbinar. Ia menganguk-angguk mafhum seakan ia setuju pada
saran positifku itu, seakan ia setuju pada saran positifku itu, seakan ia
mengakui keslahannya selama ini dia angat menyesal. Ia memegang kepalanya. Raut
wajahnya berubah meriah dan lapang karena sosok beban gelap yang berat baru
saja terbang meninggalkan jasadnya. Simslabim! Jimbron telah mendapat
pencerahan sekaligus penyembuhan! Aku takjub dan girang tak kepalang.
(Hirata:2008:138)
2. Pengarang
sebagai tokoh
Dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata titik pengisahan yang dipergunakan oleh pengarang
adalah pengarang sebagai tokoh yaitu sebagai tokoh bawahan.
Hal tersebut
dapat dilihat dari beberapa bukti dibawah ini:
1)
Saat
itu aku dan Jimbron sedang duduk penuh gaya diatas sepeda jengkinya yang butut.
Sekelompok siswi kelas satu yang juga terlibat nongkrong, berderet-deret. Hanya
aku dan Jimbron pejantan disana. (Hirata:2008:10)
2) Pada
saat itulah aku, Arai dan Jimbron mengkristalisasikan harapan agung kami pada
statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke
Prancis! Ingin menginjakaan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin
menjelajah Eropa sampai ke Afrika. Harapan ini selanjutnya menghantui kami setiap
hari. (Hirata:2008:73)
3) Ah!!
Aku telah melukai hati Jimbron. Hatinya yang lunak dan putih. Bukankah aku
selalu berjanji padaku sendiri akan selalu melindungi Jimbron? Aku menendang
ember didekatku karena marah pada diriku sendiri. Aku sedih menyadari ada sosok
lain didalm diriku yang diam-diam sembunyi, sosok yang tak kukenal. Sosok itu
menjelma dengan cepat,lalu mendadak lenyap meninggalkan aku sendiri di depan
Jimbron ditumpuki bertonton perasaan bersalah. Bersalah pada Jimbron, bersalah
pada pendeta Geo, bahkan pada Arai.Lututku lemas. Aku merasa sebagian diriku
telah mengkhianati bagian diriku yang lain. (Hirata:2008:134)
1.9
Amanat
A.
Amanat Umum
Amanat umum yang
diambil dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut:
1.
Jangan berusaha untuk
mengejar mimpi-mimpi selama kita masih mampu dan teruslah berusaha dalam
mencapai segala sesuatu yang kita inginkan.
2.
Jangan pernah menyerah
walaupun kita pernah mengalami kegagalan, jadikanlah kegagalan tersebut sebagai
pelajaran untuk kita menjadi lebih baik lagi.
3.
Pada zaman sekarang
persaingan semakin berat jadi tidak ada waktu untuk bersantai sebagaimanapun
pekerjaan berat akan terasa ringan jika kita tidak pernah mengeluh dan terus
semangat untuk menyelesaikannya.
B.
Amanat Khusus
Amanat khusus
yang tersebar dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah sebagai
berikut:
1.
Tentang Keagamaan
Hal tersebut
nampak dari bukti kutipan dibawah ini
Berbicara
tentang hubungan manusia dengan Tuhan tidak terlepas dari pembahsan agama.
Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Pada tokoh Jimbron mencerminkan
tokoh yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya, walaupun dia hidp
dilingkungan gama yang berbeda yaitu agama katolik. Mereka menjadi salin
menghormati, dengan demikian manusia bisa hidup harmonis dalam hubungannya
dengan Tuhan sesama manusia maupun makhluk lain. Pendeta Geovany merupakan
sosok yang penyayaayang dan menghormati manusia lain yang berbeda agama,
terbukti bahwa Jimbron sebagai anak angkatnya justru malah setiap hari diantarmengaji
dan tidak sedikitpun bermaksud menyesatkan keyakinan Jimbron dan malah tidak
pernah telat jika mengantarkan Jimbron ke masjid. Berikut kutipannya:
“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam
keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang
pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik,
tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah sebatang kara seperti
Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak
sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah
telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (Hirata:2008:61)
2. Tentang Moral
Hal tersebut nampak dari bukti kutipan dibawah ini
Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang
dari nilai seseorang. dengan demikian akan terwujud perasaan saling
menghormati, Nilai moral yang terkandung didalam cerita bupati yang memimpin
sekarang kelakuannya sudah tidak jujur dan menghalalkan segala cara hanya demi
merebut kursi kepemimpinannya. Hal tersebut perlu diubah supaya moral manusia
yang lain tidak ikut tercemar. Berikut kutipannya:
“ lain kali mencalonkan dirinya jadi bupati!! pasang huruf h besar
di depan namanya, mengaku dirinya haji???!! padahal aku tahu kelakuannya!!
waktu jadi mahasiswa, wesel dari ibunya dipakainya untuk main judi
buntut!!!”(hirata:2008:168) dan
“itulah kalau kau mau tahu tabiat pemimpin zaman sekarang, boi!!
baru mencalonkan diri sudah jadi penipu, bagaimana kalau bajingan seperti itu jadi ketua!!??”(hirata:2008:168)
3. Tentang Sosial
Hal tersebut nampak dari bukti kutipan dibawah ini
Nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih
sayang, kepercayaan dan penghargaan. Walaupun Ikal sangan benci kepada Arai
tapi jiwa penolongnya kepada Jimbron masih tetap ada dalam dirinya karena dia
merasa walau bagaimanapun mereka adalah bersaudara. Walaupun kita pernah benci kepada orang
tapi kita harus mengingat apa yang telah dia perbuat kebaikan bagi orang lain.Berikut kutipannya:
“Aku ingin menyelamatkan Jimbron walaupun benci setengah mati pada
Arai. Aku dan Arai menopang Jimbron dan beruntung kami berada dalam labirin
gang yang membingungkan.”(Hirata:2008:15)
BAB
IV
SIMPULAN
Tema dari novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata adalah
menceritakan tentang persahabatan dan
perjuangan meraih mimpi walaupun
keadaan ekonomi mereka tidak memungkinkan untuk menggapai cita-citanya itu, tetapi semuanya dapat
dihadapi dengan rasa diri dan mempunyai niat
semangat
yang tinggi untuk belajar dan bekerja keras
untuk
meraih semua mimpi.
Susunan
alur/plot novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat dikatakan sebagai plot
konvensional, karena pengarang menyusun cerita
berdasarkan urutan peristiwa dari awal
hingga
akhir. Secara kualitatif susunan alur /plot novel Sang Pemimi karya Andrea Hirata adalah plot erat. Hal tersebut
karena di dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hiirata peristiwa satu ke
peristiwa lainya saling berhubungan
sehingga apabila melewati salahsatu peristiwa saja maka tidak akan menemukan
ceritanya. Secara Kuantitatif susunan alur /plot novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah plot ganda. Hal
tersebut karena dalam isi keseluruhan cerita novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata mempunyai dua cerita, yaitu cerita tentang kehidupan Ikal dan cerita tentang kehidupan Arai yang mempunyai
mimpi yang sama meneruskan sekolahnya
di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis.
Yang
merupakan tokoh protagonis dalam novel sang pemimpi karya Andrea Hirata adalah
Ikal, Arai dan Jimbron. Tokoh antagonis dari novel sang pemimpi adalah Mustar
M. Djai’din, B.A dan Taikong Hamim. Tokoh bawahan dalam novel sang pemimpi
adalah AyahIkal, Ibu Ikal, Drs. Julian Ichsan Balia, Pendeta Geovany, Ibu
Muslimah, Zakiah Nurmala binti Berahim Mantarum, Bang Zaitun, Nurmi dan Mak Cik
Maryamah.
Gaya
pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah sering menggunakan beberapa
gaya bahasa dan paling dominan yang dipakai adalah gaya bahasa personifikai,
penuh imajinasi dan inspirasi. Pengarang juga dalam peyampaian amanatnya mudah
dipahami apalagi secara keseluruhan mengandung nilai-nilai pendidikan. Dari 122 gaya bahasa hiperbola
sebanyak 34, personifikasi sebanyak 43, metafora sebanyak 4,
alegori sebanyak 3, sinekdoke sebanyak 6, alusi sebanyak 6,
simile sebanyak 12, asosiasi sebanyak 14. Gaya bahasa yang paling dominan digunakan
adalah gaya bahasa personifikasi. Hasil analisis Novel Sang Pemimpi di atas menunjukkan bahwa
Andrea Hirata banyak menggunakan gaya bahasa personifikasi. Hal itu terbukti
bahwa yang paling banyak
dipakai dalam novel tersebut adalah gaya bahasa personifikasi
dengan hasil yaitu 43 yang ditemukan dari 122.
Dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata titik pengisahan
yang dipergunakan oleh Andrea Hirata adalah
sebagai pengamat yaitu dengan cara titik pengisahan maha tahu. Jangan
meyerah untuk mengejar mimpi-mimpi selama kita masih mampu dan teruslah
berusaha dalam mencapai segala sesuatu yang kita inginkan. Jangan pernah
menyerah walaupun kita pernah mengalami kegagalan, jadikanlah kegagalan
tersebut sebagai pelajaran untuk kita menjadi leb
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiantomas,
Aan. 2008. (materi perkuliahan) kajian
Prosa Fiksi & Drama. Kuningan.
Hirata, Andrea. 2008. Sang Pemimpi. Yogyakarta:
BentangPustaka
Hirata,
Andrea. 2008. Maryamah Karpov. Yogyakarta:
Bentang Pustaka
Sugiantomas,
Aan. 2010. (materi perkuliahan) Langkah Awal Menuju Apresiasi Sastra. Kuningan
Aminuddin. 1987. Pengarang Apresiasi Karya Sastra. Bandung
: Sinar Baru
Atar Semi, M. Drs, Prof. Metode penelitian
sastra. Bandung : Angkasa
mempermudah saya dalam mengerjakan karya tulis
BalasHapusada kesimpulannya gak?
BalasHapusThanks bro...artikelnya sangat membantu
BalasHapusKonfliknya mana ya bg?
BalasHapustq bang
BalasHapus