1.1 Kelas
Kata
Kelas
kata (jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk,
fungsi, dan maknadalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan
benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan fungsi kata.
Fungsi
kelas kata:
1) melambangkan
pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret,
2) membentuk
bermacam-macam struktur kalimat,
3) memperjelas
makna gagasan kalimat,
4) membentuk
satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
5) membentuk
gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan
dinikmati oleh orang lain,
6) mengungkapkan
berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan,
argumentasi, pidato, pidato, dan diskusi,
7) mengungkapkan
berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.
Kelas
kata bahasa Indonesia terdiri atas:
1) verba
2) adjektiva
3) nomina
4) pronominal
5) numeralia
6) adverbia
7) interogativa
8) demontrativa
9) artikula
10) preposisi
11) konjungsi
12) fatis
13) interjeksi
1.1.1 Verba
Berdasarkan
bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan menjadi: (1) verba dasar (tanpa
afiks), misalnya: makan, pergi, minum, duduk, dan tidur; (2) verba
turunan, a) verba dasar + afiks (wajib) menduduki, mempelajari, menyanyi;
b) verba dasar + afiks (tidak wajib) (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci; c)
verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib) bertemu, bersua,
mengungsi; d) reduplikasi atau bentuk ulang berjalan-jalan,
minum-minum, mengais-ngais; e) majemuk cuci mata, naik haji, belai kasih.
Berdasarkan
banyaknya pembuktian (argumentasi), verba dapat dibedakan menjadi (1) verba
transitif disertai objek
(a) monotransitif, misalnya: menyanyikan lagu, membacakan buku,
melukiskan pemandangan; (b) verba bitransitif, misalnya:menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan Maju Tak Gentar; (c) verba ditransitif,
misalnya:mengembangkan agrobisnis, pendidikan berteknologi tinggi. (2)
Verba intransitive tidak menghendaki adanya objek.
Berdasarkan
perilaku sintkaksis yaitu sifat verba dalam hubungannya dengan kata lain dalam
bentuk frasa (kelompok kata), klausa (anak kalimat), dan kalimat, dengan
memperhatikan fungsi, jenis, dan perilaku dalam kalimat.
Berdasarkan
fungsi:
1) verba
sebagai objek
2) verba
sebagai subjek
3) verba
sebagai pelengkap
4) verba
sebagai keterangan
Berdasarkan
jenis dalam hubungan verba dengan nomina:
1) Verba
aktif subjek sebagai pelaku
2) Verba
pasif sebagai sasaran atau penderita
3) Verba
antiaktif tidak dapat dibentuk menjadi verba aktif
4) Verba
antipasif tidak dapat dibentuk menjadi pasif
1.1.2
Adjektiva
Adjektiva
ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat,
agak, dan paling.Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi:
(1) adjektiva dasar, misalnya: baik, adil, danboros; (2) adjektiva
turunan, misalnya: alami,baik-baik dan sungguh-sungguh; (3)
adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam: (a) subordinatif jika
salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya: panjang tangan, buta warna,
murah hati; dan (b) koordinatif setiap kata tidak saling menerangkan,
misalnya: gemuk sehat , cantik jelita dan aman sentosa.
Contoh:
(1) Adjektiva
dasar
(a) Kerja
yang baik menghasilkan produk yang berkualitas.
(b) Pemimpin
yang adil akan dihormati oleh semua orang.
(c) Karena boros,
gaji sebulan habis dalam waktu dua minggu.
(2) Adjektiva
turunan
(a) Bisnisnya
berkembang secara alami.
(b) Ia
bekerja sungguh-sungguh hingga mencapai target.
(3) Adjektiva
paduan kata (frasa)
(a) Subordinatif
(bertingkat, salah satu kata menerangkan kata lainnya)
1) Orang buta
warna tidak dapat melukis dengan sempurna.
2) Mereka
makan siang di rumah makan.
(b) Koordinatif
(gabungan kata atau frasa yang tidak saling menerangkan)
1) Bayi
yang gemuk sehat jauh dari penyakit.
2) Gadis
cantik jelita itu menjadi bunga di kampusnya.
1.1.3
Nomina
Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi
dapat dinegatifkan dengan kata bukan: tidak
kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina dapat dibedakan:
(1) Berdasarkan
bentuknya: (a) nomina dasar: rumah, orang, burung, dan sebagainya.
(b) nomina turunan:
Ke-
: kekasih, kehendak
Per-
: pertanda, persegi
Pe-
: petinju, petani
Peng-
: pengawas, pengacara
-an
: tulisan, bacaan
Peng-an
: penganiayaan, pengawasan
Per-an
:
perastuan, perdamaian
Ke-an
: kemerdekaan, kesatuan
(2) Berdasarkan
subkategori: nomina bernyawa (kerbau, sapi, manusia) dan tidak bernyawa (bunga,
rumah); (b) nomina terbilang (lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda); dan tak
terbilang (air laut, awan).
1.1.4
Promina
Promina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk
mengganti nomina. Ada tiga macam Promina, yaitu:
(1) Promina
persona adalah Promina yang mengacu kepada ornag. Persona pertama tunggal saya,
aku, daku, -ku dan persona jamak kami; persona kedua tunggal engkau, kamu,
anda, dikau, kau-, -mu, persona jamak kalian,kamu sekalian, anda seklaian;
persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya.
(2) Promina
penunjuk: (a) Promina penunjuk umum ialah, ini, itu, dan anu; Promina penunjuk tempat
sini, sana, situ.
(3) Promina
penanya adalah Promina yang digunakan sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan.
Dari segi makna, ada tiga jenis yaitu: (a) orang siapa, (b) barang apa
menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa; (c) pilihan mana menghasilkan
turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.
Promina
berfungsi untuk menggantikan nomina. Nomina yang digantiakan disebut anteseden.
Berdasarkan hubunagnnya dengan nomina, Promina dibadakan atas:
(1) Promina
intelektual dalam hubungan teks yang sama.
(a) Rudi
sahabat saya. Pekerjaanya mengajar di SMU Negeri 1 Jakarta (bersifat anaforis,
yaitu penunjukkan kembali kepada suatu anteseden dengan pengulangan atua
substitusi gramatikal, -nyamerupakan anafora, Rudi sahabat saya merupaka
anteseden).
(2) Pronomina
ekstratekdual dalam hubungan teks yang berbeda.
(a) Saya
yang mengerjakannya.
(b) Itu
telah lama kutunggu.
Itu
dan –nya bersifat anaforis yaitu, penunjuk kembali kepada suatu anteseden
dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, Itu yang telah lama ku-tunggu,
merupakan anaphora, dan Saya yang mengerjakannya. Merupakan anteseden.
Berdasarkan
refrensinya Promina dibedakan atas:
(1) Promina
takrif (pemberitahuan, pernyataan, penentuan, batasan) mengacu kepada bentuk
persona formal tertentu, misalnya, Promina pertama tunggal saya, aku, kami, ia,
mereka.
Contoh,
Pesawat itu baik.Ia selalu menolongku.
(2) Promina
taktarif (tidak mengacu kepada bentuk persona atau benda tertentu), misalnya:
beberapa, berbagai, segenap.
1.1.5
Numeralia
Numeralia dapat diklasifikasikanberdasarkan subkategori: (1) numeralia takrif
(tertentu): (a) numeralia pokok ditandai dengan jawaban berapa? Satu, dua,
tiga, dst. (b) numeralia tingkat ditandai dengan jawaban Yang ke
berapa? dan (c) numeralia kolektif ditandai dengan satuan bilangan,
misalnya: lusin, kodi, meter. (2) Numeralia tak takrif (tak tentu),
misalnya: beberapa, berbagai, segenap.
1.1.6
Adverbia
Adverbia adalah kata yang member keterangan pada verba, adjektiva, nomina
predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbial dapat mendampingi adjektiva,
numeralia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya, adverbial mempunyai,
1. Bentuk
tunggal (monomofermis) : sangat, hanya, lebih, segera, agak, dan akan. Misalnya
:
a. Orang
itu sangat bijaksana.
b. Ia hanya membaca
satu buku, bukan dua.
2. Bentuk
jamak (polimofermis) : belum tentu, benar-benar, jangan-jangan, kerap
kali, lebih-lebih,mau tidak mau, mula-mula. Misalnya,
a. Mereka belum
tentu pergi pada hari ini.
b. Mereka benar-benar mendatangi
perpustakaan kampus.
1.1.7
Interogativa
Interogativa berfungsi menggantikan sesuatu yang hendak diketahui oleh
pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahuinya. Contoh: apa,
siapa, berapa, mana, yang mana,mengapa, dan kapan.
a. Berapa uang
yang kau perlukan?
b. Yang
mana rumah orang itu?
1.1.8
Demonstrativa
Demonstrative berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar wacana.
Sesuatu tersebut disebut anteseden. Contoh: ini, itu, di sini, di situ,
berikut, dan begitu.
a. Di
sini, kita akan berkonsentrasi menghasilkan karya terbaik kita.
b. Bukti ini merupakan
indicator bahwa orang itu berniat baik.
1.1.9
Artikula
Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif. Contoh: si,
sang, sri, para, kaum, dan umat.
a. Si Kecil
itu selalu datang merengek-rengek minta sesuatu.
b. Sang penyelamat
akan datang saat kita perlukan.
1.1.10
Preposisi
Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbentuk frasa
atau kelompok kata.
1. Preposisi
dasar: di, ke, dari, pada, demi, dan lain-lain
a. Demi kemakmuran
bangsa, mari kita tegakkan hokum dan keadilan.
2. Preposisi
turunan: di antara, di atas, ke dalam, kepada, dan lain-lain.
a. Di
antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta yang sudah
menjadi juara selama dua tahun.
1.1.11
Konjungsi
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang
satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana. Konjungsi dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
1. Konjungsi
intrakalimat: agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya,
tetapi, dan sebagainya.
a. Ia
belajar hingga larut malam.
b. Mereka
bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan cita-citanya.
2. Konjungsi
ekstrakalimat: jadi, di samping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu,
dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya, tambahan pula, dan
sebagainya.
a. Pengusaha
itu kaya raya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh
tetangga di sekitar rumahnya.
b. Kualitas
pendidikan kita tertinggal dari Negara maju. Oleh sebab itu, kita
harus bekerja keras untuk mengejar ketinggalan ini.
1.1.12
Fatis
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan.
Jenis kata ini lazim digunakan dalam bidang dialog atau wawancara.
Misalnya: ah, ayo, kok, mari, nah,dan yah.
a. Kita
memilikin kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas kita
menjadi produk baru selera dunia.
b. Nah, seruan
itulah yang aku tunggu-tunggu.
1.1.13
Interjeksi
Interjeksi berfungsi untuk mengungkapan perasaan, terdiri atas dua jenis:
1. Bentuk
dasar: aduh, eh, idih, ih, wah, dan sebagainya.
a. Aduh, mengapa
Anda harus menghadapi masalah seberat itu.
b. Wah, saya
merasa amat tersanjung dengan sambutan ini.
2. Bentuk
turunan: alhamdulillah, astaga, brengsek, insya Allah, dan
sebagainya.
a. Alhamdulillah, ekonomi
Negara kita berangsur-angsur membaik.
b. Astaga, gedung
itu dibom oleh teroris.
1.2
Frasa
Frasa adalah
gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi sehat,
pisang goreng,sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan perwakilan
rakyat. Klausa adalah kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat dan berpontensi menjadi kalimat, mislanya: mereka
bicara, dosen mengajar, mereka bertanya, dan mereka tidak puas.
Frasa
dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanya , yaitu: frasa ferbal, frasa
adjektival, frasa nominal, frasa pronomi-nal, frasa adverbial, frasa numeralia,
frasa koordinativa koordina-tif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa
preposisional koordinatif. Perhatikan contoh-contoh sebagai berikut:
1.2.1
Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri atas
3 macam, yaitu:
(1) Frasa
verbal modifikatif (pewatas); terdiri atas
(a) Pewatas
belakang, misalnya:
1) Ia bekerja
keras sepanjang hari.
2) Orang
itu berjalan cepat setiap pagi.
3) Siswa
itu menulis kembali pekerjaan rumahnya.
(b) Pewatas
depan, misalnya:
1) Mereka dapat
mengajukan kredit di BRI.
2) Mereka akan
mendengarkan lagu kebangsaan.
3) Kami pasti
menyukai pekerjaan itu.
(2) Frasa
verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata
penghubung dan atau atau.
(a) Mereka menangis
dan meratapi nasibnya.
(b) Kita pergi
atau menunggu ayah.
(3) Farba
verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan,
misalnya:
(a) Pulogadung, tempat
tinggalnya dulu, kini menjadi terminal modern.
(b) Usaha
Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
(c) mata
pencaharian orang itu, bertani dan berternak, sekarang telah maju.
1.2.2
Frasa Adjektval
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau
keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan, seperti:agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.
agak
baik
harus baik
akan
tenang
kurang pandai
amat
pandai
lebih baik
belum
baik
paling tinggi
dapat palsu
selalu rajin
Frasa adjektival mempunyai tiga jenis: (1) Frasa adjektival modifikatif
(membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat benar; (2) Frasa
adjektival koordinatif (mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman
tentram,makmur dan sejahtera, aman sentausa; (3) Frasa adjektival apositif,
misalnya:
(a) Bima
tokoh ksatria, gagah perkasa, dan suka menolong kaum yang lemah. Frasa
apositif bersifat memberiakan keterangan tambahan Bima tokoh ksatria yang
tampan merupakan unsur utama kalimat gagah perkasa merupakan
keterangan tambahan. Frasa apositif terdapat dalam kalimat berikut ini.
(b) Srikandi
cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
(c) Skripsi
yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh universitas.
1.2.3
Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah
kata benda ke kiri dan ke kanan; ke kiri menggolongkan, misalnya: dua buah
buku, seorang teman, beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti)
berfungsi mewatasi (membatasi), misalnya: buku dua buah, teman seorang,
telur beberapa butir.
(1) Frasa
nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Minggu, buku
dua buah, pemuda kampus, dan bulan pertama.
(2) Frasa
nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan
kewajiban, sandang oangan, dunia akhirat, lahir batin, serta adil dan makmur.
(3) Frasa
nominal apositif
(a) Anton,
mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di universitasnya.
(b) Burung
cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
(c) Ibu
Megawati, presiden republik indonesia, berkenan memberikan sambutaqn dalam
acara itu.
1.2.4
Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata
sifat. Frasa ini bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat baik,
kata baik merupakan inti dan sangatmerupakan pewatas. Frasa
adverbial yang termasuk jenis ini: agak besra, kurang pandai, hampir baik,
begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dan dengan gelisah.
Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan),
misalnya: lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang
tidak menerangkan lebih.
1.2.5
Frasa Pronomial
Frasa Proniomial adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini
terdiri atas tiga jenis: (1)modifikatif, misalnya: kami semua, kalian
semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua, dan mereka itu. (2)
koordinatif, misalnya: engkau dan aku, kami dan mereka, serta saya dan
dia, (3) apositif:
(a) Kami, bangsa
Indonesia, menyatakan perang melawan korupsi.
(b) Mahsiswa, para
pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
1.2.6
Frassa Numerialia
Frasa
numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa jenis
ini terdiri atas dua jenis, yaitu
1. Modifikasi
- Mereka
memotong dua puluh ekor sapi kurban.
- Orang
itu menyumbang pembangunan jalan kampung dua juta rupiah.
2. Koordinaasi
- Lima
atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
- Entah
tiga, entah empat kali saya makan obat hari itu.
1.2.7
Frasa Interogativa Koordinatif
Frasa
interogativa Koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.
1. Jawaban apa
atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
2. Jawaban mengapa
atau bagaimana merupakan penanda predikat.
1.2.8
Frasa Demonstrativa Koordinatif
Frasa
ini dibntuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.
- Saya
bekerja di sana atau sini sama saja.
- Saya
memakai baju ini atau itu tidak masalah.
1.2.9
Frasa Proposisional Koordinatif
Frasa
ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling menerangkan.
- Perjalanan
kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
- Koperasi dari,
oleh dan untuk anggota.
1.3
Klausa
1.3.1
Klausa Kalimat Majemuk Setara
klausa
adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat. Dalam kalimat majemuk
setara, setiap klausa mempunyai kedudukan yang sama namun tidak saling menerangkan.
Kalimat majemuk setara dibangun dengan dua atau lebih klausa, misalnya:
Rima
membaca Kompas, dan adiknya bermain catur.
1.3.2
Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya,
misalnya:
Orang
itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
1.3.3
Klausa Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat
Gabungan
kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih,
misalnya:
Dia
pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya
kawin lagi.
2.
Kalimat
2.1
Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa yang merupakankesatuan pikiran. Kalimat disusun
berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, dan/ atau klausa. Unsur-unsur
tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat.
Ada bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan, dan ada pula yang dapat
dihilangkan. Bagian kalimat yang dapat dihilangkan disebut inti kalimat,
sedangkan bagian yang dapat dihilangkan merupakan bukan inti kalimat. Bagian
inti dapat membentuk kalimat dasar, dan bagian bukan inti dapat membentuk
kalimat luas.
Contoh:
(1) Menulis
ilmiah itu mudah. (2) Kemudahan menulis dapat dirasakan oleh setiap orang yang
mempelajarinya secara serius. (3) Kemudahan menulis itu dapat dikelompokkan ke
dalam tiga hal, yaitu: menentukan ide, mengorganisasikan ide, dan mengekresikan
ide tersebut dengan kalimat efektif sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh.
Paragraf
tersebut terdiri atas tiga buah kalimat. Kalimat (1) berupa kalimat
dasar yang terdiri atas du bagian kalimat inti. Kalimat (2) berupa
kalimat luas terdiri atas dua bagian inti dan satu bagian bukan
inti. Kalimat (3) berupa kalimat luas yang terdiri dari dua
bagian inti dan dua bagian bukan inti.
Ciri-ciri
dari kalimat, yaitu:
1. Dalam
bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam
bahas tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda seru,
atau tanda tanya,
2. Kalimat
aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,
3. Predikat
transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap,
4. Mengandung
pikiran yang utuh,
5. Menggunakan
urutan logis, setiap kata-kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi(subjek,
predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya,
6. Mengandung
satuan makna, ide,atau pesan yang jelas,
7. Dalam
paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam
satuan makna pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan
konjungsi, pronomina atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.
2.2
Unsur-unsur Kalimat
2.2.1
Subjek
Subjek
atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan
kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat menghamburkan makna kalimat.
Subjek dapat berupa kata dan dapat pula frasa. Keberadaan subjek dalam kalimat
berfungsi:
a. Membentuk
kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk,
b. Memperjelas
makna,
c. Menjadi
pokok pikiran,
d. Menegaskan
(memfokuskan) makna,
e. Memperjelas
pikiran ungkapan, dan
f. Membentuk
kesatuan pikiran.
Sedangkan
ciri-ciri dari subjek, yaitu:
1. Jawaban apa atau sifat,
2. Didahului
kata bahwa,
3. Berada
kata atau frasa benda (nomina),
4. Disertai
kata ini, atau itu,
5. Disertai
pewatas yang,
6. Kata
sifat didahului kata si atau sang,
7. Tidak
didahului preposisi: di, dalam, pada, kepda, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain, dan
8. Tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan
kata bukan.
Contoh:
Saya sudah
mulai mengantuk.
Air
sungai kecil itu terus menerus menggericik.
2.2.2
Predikat
Seperti
halnya subjek, predikat kebanyakan muncul secara eksplisit. Predikat dapat
berupa kata dan dapat pula frasa. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi:
a. Membentuk
kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk,
b. Menjadi
unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan
menentukan kejelasan makna kalimat,
c. Menegaskan
makna,
d. Membentuk
keastuan makna, dan
e. Sebagai
sebutan.
Sedangkan
ciri-ciri dari predikat yaitu:
1. Jawaban
mengapa, bagaimana,
2. Dapat
diinkarkan dengan tidak atau bukan,
3. Dapat
didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang,
4. Dapat
didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti,
selayaknya dan lain-lain,
Tidak
didahului dengan kata yang, jika didahului kata
1. yang predikat
berubah fungsi menjadi perluasan subjek,
2. Didahului
kata adalah, ialah, yaitu, yakni, dan
3. Predikat
dapat berupa kata benda, kata sifat, kata
kerja, atau bilangan.
Contoh
:
Pengusaha
itu menemukan peluang bisnis barunya
2.2.3
Objek
Subjek
dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek
tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis
predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Dalam kalimat objek
berfungsi sebagai:
a. Membentuk
kalimat dasar pada kalimat berpredikat transtif,
b. Memperjelas
makna, dan
c. Membentuk
kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri
dari objek, yaitu:
1. Berupa
kata benda,
2. Tidak
didahului kata depan,
3. Mengikuti
langsing di belakang predikat transitif,
4. Jawaban apa atau siapa yang
terltak di belakang predikat transitif, dan
5. Dapat
menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
Contoh:
Kalimat
yang benar: Mahasiswa itu menerangkan kerangka berfikirnya.
Kalimat
yang salah: Mahasiswa itu menerangkan tentang kerangka berfikirnya.
2.2.4
Pelengkap
Pelengkap
adalah unsure kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek,
dan melengkapi struktur kalimat.
Ciri-ciri
pelengkap:
1) Bukan
unsur utama , tapi tanpa pelengl\kap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap
informasinya.
2) Terletak
di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya:
a) Melengkapi
struktur:
Negara
Republik Indonesia / berdasarkan / Pancasila.
S
P
Pel
Ia
/ menjadi / rektor.
S
P Pel
b) Mengkhususkan
makna objek, misalnya:
Ibu
/membawakan / saya / oleh-oleh.
S
P
O Pel
2.2.5
Keterangan
Keterangan
kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat.
Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan
kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi
yang terkait dengan tempat, waktu, sebab. Dan lain-lain.
Ciri-ciri Keterangan
1) Bukan
unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak
jelas, dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa keterangan tidak
komunikatif,
2) Tempat
tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat,
3) Dapat
berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, senan, akibat, syarat, cara, posesif,
dan pengganti nomina.
Contoh
penempatan keterangan:
Pada
awal kalimat, “Kemarin rector berangkat ke Tokyo.”
Pada
tengah kalimat,”Rektor kemarin berangkat ke Tokyo.”
Pada
akhir kalimat,”Rektor berangkat ke Tokyo kemarin.”
4) Dapat
berupa keterangan tambahan dapat berupa aposisi; misalnya: keterangan tambahan
subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan aposisi dapat
menggaentukntikan subjek
Megawati,
yang menjabat Presiden RI 2001-2004, adalah putra Bung Karno. (keterangan
tambahan)
Megawati,
Presiden Ri 2001-2004, adalah putra Bung Karno. (aposisi)
2.2.6
Konjungsi
Konjungsi
adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai) unsur-unsur
kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan (atau) sebuah paragraph
dengan paragraf yang lain.
Kunjungsi
dibagi menjadi dua, yakni perangkai intrakalimat dan perangkai antarkalimat.
Pengkai intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan
unsure atau bagian kalimat yang lain di salam sebuah kalimat. Adapun perangkai
antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat atau paragrafyang satu dengan
kalimat atau paragraf yang lain. Bagian perangkai antarkalimat ini sering juga
disebut dengan istilah kata transisi. Kata-kata transisi ini sangat membantu
dalam menghubungkan gagasan sebelum dan sesudahnya baik antarkalimat maupun
antar paragraf.
Contoh
bentuk perangkai yang sering ditemukan dalam karangan antara lain: adalah,
andaikata, apabila, atau, bahwa, bilamana, daripada, di samping itu, sehingga,
ialah, jika, kalau, kemudian, melainkan, meskipun, misalnya, padahal,
seandainya, sedangkan, seolah-olah, supaya, umpamanya, bahkan, tetapi, karena
itu, oleh sebab itu, jadi, maka, lagipula, sebaliknya, sementara itu,
selanjutnya, dan tambah pula.
Contoh
penggunaan konjungsi.
1) Presiden
beserta rombongan segera meninjau lokasi bencana alam
2) Di
samping itu harus hati-hati mengahadapi orang itu, kamu juga harus waspada
terhadap kemungkinan serangan anak buahnya.
3) Semua
soal ujian dapat kukerjakan dengan baik. Dengan demikian, harapan lulus semakin
besar bagiku
2.2.7
Modalitas
Modalitas
dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat. Modalitas dapat
mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu makna
kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut,
pasti, dan sebagainya. Contoh penggunaan modalitas.
1) Adik
saya kemungkinan besar seorang politikus.
2) Pekerjaan
itu memang tidak kusukai.
3) Dia
sebetulnya seorang artis.
Fungsi
modalitas dalam kalimat:
a. Mengubah
nada: dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada keras
menjadi lembut atau sebaliknya. Ungkpan yang dapat digunakan antara lain:
barangkali, tentu, mungkin, sering, sungguh
Ia
sungguh beruntung mendapat pekerjaan itu.
Ia
sering menyatakan syukurnya atas karunia itu.
b. Menyatakan
sikap. Jika ingin mengungkapkan kalimat dengan nada kepastian dapat digunakan
ungkapan: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali.
2.3
Struktur Kalimat
Kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan
kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. Komunikasi berlangsung baik
dan benar jika menggunakan kalimat yang baik dan benar, yaitu kalimat yang
dapat mengekspresikan gagasan secara jelas dan tidak menimbulkan keraguan
pembaca atau pendengarnya. Untuk itu, kalimat harus disusun berdasarkan struktur
yang benar, pengungkapan gagasan secara baik, singkat, cermat, tepat, jelas
maknanya, dan santun.
a) Struktur
yang Benar
Struktur
kalimat dibenuk berdasarkan unsur subjek, predikat ( disertai objek jika
predikat menggunakan kata kerja transitif ), pelengkap ( disertai pelengkap
jika predikat menggunakan kata kerja intransitive ), dan keterangan ( jika
diperlukan ). Selain itu, kalimat harus lengkap, tidak berupa anak kalimat atau
penggabungan anak kalimat.
Contoh
:
1. Dalam
rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang,
barang, dan pelanggan. (salah)
Kalimat
ini salah karena induk kalimat berbentuk aktif tetapi tanpa subjek, subjek
kalimat tersebut didahului kata depan dalam. Perbaikan dapat dilakukan dengan
mengubah kalimat tersebut menjadi bersubjek atau mengubah struktur kalimat
menjadi pasif.
a. Rapat
menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang,
dan pelanggan.
b. Dalam
rapat ditegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang,
barang, dan pelanggan.
2. Rapat
yang menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang,
barang, dan pelanggan. (salah)
Kalimat
tersebut menggunakan yang di depan predikat sehingga predikat berfungsi sebagai
perluasan subjek. Perbaikan dapat dilakukan dengan menghilangkan kata yang.
Perbaikan menjadi sama dengan kalimat
a. Rapat
menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang,
dan pelanggan.
3. Meskipun
ia tidak kaya, tetapi ia suka memberikan bantuan kepada orang miskin. (salah)
Kalimat
ini merupakan penggabungan anak kalimat.
(3i) Meskipun
ia kaya, dan (3ii) Tetapi ia suka memberikan bantuan kepada
orang miskin.
Kalimat
yang benar harus utuh dan lengkap, bukan anak kalimat. Perbaikan dapat
dilakukan dengan mengubah kalimat tersebut menjadi dua kalimat tunggal yang
terpisah atau mengubah salah anak kalimat menjadi induk kalimat sehingga
menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
a. Ia
tidak kaya. Ia suka memberikan bantuan kepada orang miskin.
b. Meskipun
tidak kaya, ia suka memberikan bantuan kepada orang miskin.
4. Ketepatan
urutan kata
Urutan
kata, frasa, atau klausa dalam sebuah kalimat yang menggambarkan proses harus
disusun secara logis.
a. Dalam
kerjanya mereka mengerjakan laporan kegiatan dan menyusun perencanaan kemudian
melaksanakan. (salah, urutan tidak logis)
b. Mereka
menyusun rencana kerja, melaksanakan, dan melaporkan hasil pelaksanaannya.
(benar, urutan logis)
c. Setelah
melaksanakan rencana kerjanya, mereka melaporkan hasilnya.(benar, urutan
logis).
Kata-kata,
frasa atau klausa yang mendukung fungsi (subjek, predikat, atau keterangan)
tidak dikelompokkan menjadi satu fungsi.
a. Adalah
merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.
(salah)
Ketidakcermatan
kalimat tersebut terjadi karena menggunakan dua kata yang hampir bersinonim
yaitu adalah dan merupakan dalam satu frasa.
b. Bahwa
bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan sudah merupakan kenyataan. (benar).
c. Adalah
suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. (benar)
5. Ketepatan
hubungan antar kalimat.
Hubungan
antar kalimat terkait dengan penggunaan kata penghubung dan gagasan yang
dihubungkan. Misalnya,
a. Gadis
itu cantik. Tambahan pula ia kaya. (salah/tidak cermat, cantik tidak ada
hubungannya dengan kaya).
b. Gadis
itu cantik. Tambahan pula, ia pandai berhias. (benar/cermat, kepandaian berhias
menambah kecantikan gadis itu).
2.3.1
Pola kalimat
Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun
berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola
kalimat akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara
gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan kalimat sehingga
mudah dipahami oleh orang lain.
Kemudahan itu dapat dirasakan oleh pemakai bahasa dalam mengekspresikan
ide-idenya dan dalam memahami informasi yang diungkapkan oleh orang lain
sehingga dapat memperkecil kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
2.3.2
Pola Kalimat Majemuk
2.3.2.1
Kalimat Majemuk Setara
Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk setara dan bertingkat.
Masing-masing mempunyai karakter berbeda. (1) Kalimat majemuk setara bersifat
koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat majemuk setara ada 4 macam,aitu:
(a) setara gabungan menggunakan kata gabungan dan, serta; (b) setara
pilihan menggunakan kata atau; (c) setara urutan menggunakan kata lalu,
lantas, dan kemudian; dan (d) setara perlawanan menggunakan tetapi.
Cermati
perbedaan dan kesamaan kalimat majemuk setara berikut ini.
a. Kalmia
majemuk setara gabungan menggunakan: dan, serta
Dosen
menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkannya dengan
cermat.
Dosen serta mahasiswa
bekerja secara kreatif dan inovatif.
b. Kalimat
majemuk setara pilihan menggunakan atau
Anda
pergi ke kampus atau menghadiri seminar?
Anda
harus kuliah dengan nilai yang tinggi atau tidak usah kuliah.
c. Kalimat
majemuk setara urutan menggunakan lalu, lantas, kemudian,
Contoh:
Ia
pulang lalu pergi menjemput anaknya
Kami
menyelesaikan kuliah lantas bekerja
Kami
bekerja dan menabung kemudian mengawali bisnis ini.
d. Kalimat
majemuk setara perlawanan menggunakan tetapi, melainkan,sedangkan
Mahasiswa
itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi malas belajar.
Ia
bukan pandai melainkan rajin.
Orang
itu giat bekerja, sedangkan adiknya malas.
2.3.2.2
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya.
Kalimat
majemuk bertingkat ada 8 macam, dibedakan berdasrkan jenis anak kalimat (AK).
(1) AK
keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah,
sebelum;
Mereka
segera mencari peluang kerja setelah menyelesaikan studinya.
Waktu diangkat
menjadi pejabat, ia belum menunjukan kewibawaannya.
(2) AK
keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena
Lalu
lintas macet karena karyawan di sekitar jalan itu pulang bersamaan.
Orang
itu meninggal karena serangan jantung.
(3) AK
keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga, sehingga,
akhirnya;
Tsunami
itu dating tiba-tiba akibatnya puluhan ribu penduduk tewas.
Pengusaha
itu bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan untung besar.
(4) AK
keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andaikata;
Andaikata engkau
memenangkan lomba itu, bagaimana perasaanmu?
Saya
akan santuni orang miskin apabila mendapatkan uang sebanyak itu.
(5) AK
keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna;
Agar rakyat
makmur, kita harus memberikan penyuluhan kerja yang kreatif
Kita
harus bekerja keras demi masa depan yang gemilang
(6) AK
keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam; contoh:
Dosen
itu menerangkan masalah dengan pendekatan ilmiah.
Dalam menghadapi
kesulitan tersebut ia menerima dengan kesabarab.
(7) AK
keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun;
Biarpun baru
pukul setengah enam, saya sudah berangkat ke kantor.
Saya
akan berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit di wujudkan.
(8) AK
keterangan pengganti nomina menggunakan kata bahwa; contoh:
Bahwa ia
menjadi presiden sudah mereka maklumi.
Presiden
menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus menegakan hokum.
2.3.2.3
Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan Bertingkat
1) Bangsa
Indonesia bekerja keras mengejar ketinggalan ekonomi setelah krisis politik
berkepanjangan dan krisis keamanan mulai membaik.
2) Kinerja
bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi mulai stabil setelah berhasil
menlangsungkan pemilu secara demokratis
2.4
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya
menggunakan unsure yang yang diperlukan saja. Setiap unsur kalimat benar-benar
berfungsi. Sedangkan sifat padat menggunakan makna sarat dengan informasi yang
terkandung di dalamnya. Dengan sifat ini tidak terjadi pengulangan-pengulangan
pengungkapan. Sifat jelas di tandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna
yang terkandung didalamnya. Sifat lengkapmengandung makna kelengkapan struktur
kalimat secara gramatikal, dan kelengkapan konsep atau gagasan yang terkandung
dalam tersebut.
Kalimat
efektif dapat mengomunikasikan pikiran atau perasaan penulis atau
pembicara kepada pembaca atau pendengar secara tepat. Dengan kalimat efektif,
komunikasi penulis dan pembaca atau pembicara dan pendengar tidak akan
menghadapi keraguan, salah komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian.
Ciri-ciri
kalimat efektif:
1. Keutuhan,
kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur,
2. Kesejajaran
bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,
3. Kefokusan
pikiran sehingga mudah di pahami,
4. Keematan
penggunaan unsure kalimat,
5. Kecermatan
dan kesantunan, dan
6. Kevariasian
kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.
2.4.1
Keutuhan
Kesatuan kalimat ditandai adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat. Kalimat
secara gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya salah.
Misalnya:
Saya saling memaafkan. (salah)
Rumput makan kuda di lapangan. (salah)
Kedua
kalimat itu salah karena tidak adanya kesepadanan struktur dan makna.
Kalimat
itu seharusnya:
Kami saling memaafkan. (benar)
Kuda makan rumput di lapangan. (benar)
2.4.2
Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten,
misalnya: kesatuan, kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan; pertanian, perikanan,
perkebunan, perdamaian; mengerjakan, membawakan, menertawakan.
Misalnya:
a) Polisi
segera menangkap pencuri itu karena
sudah diketahui sebelumnya.(salah)
b) Penulisan
skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1) Pertemuan dengan
penasihat akademis,
2) Mengajukan topik,
3) Melapor kepada
ketua jurusan,dan
4) Bertemu dengan
pembimbing. (salah)
Seharusnya:
a) Polisi
segera menangkap pencuri itu karena
sudah mengetahui sebelumnya.(benar)
b) Penulisan
skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1) Menemui penasihat
akademis,
2) Mengajukan topik,
3) Melaporkan rencana
skripsi kepada ketua jurusan, dan
4) Menemui pembimbing.
(benar)
2.4.3
Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami
maksudnya. Jika tidak, makna kalimat akan sulit di tangkap dan menghambat
komunikasi.
a) Sulit
ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini. (tidak efektif)
Produk
holtikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.(efektif)
b) Pandai
bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modalutama
pemasaran produk, (tidak efektif)
Pandai
bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama pemasaran produk. (efektif)
2.4.4
Kehematan
Untuk menjamin kehematan kalimat, setiapn unsur kalimat harus berfungsi dengan
baik, unsur yang tidak mendukung makna kalimat harus dihindarkan.untuk itu
hindarkanlah:
1) Subjek
ganda, misalnya: Buku itu saya sudah baca. Seharusnya Saya sudah
membaca buku itu.
2) Penjamakan
kata yang sudah berbentuk jamak, misalnya:
data
(jamak)
- data-data (jamak)
fakta
(jamak)
- fakta-fakta (jamak)
mengambili
buku-buku -
mengambili buku atau engambil buku-buku
mengambili (jamak), buku-buku (jamak)
3) Menggunakan
bentuk singkat
Kalimat
singkat bukan berarti kalimat itu harus pendek-pendek. Akan tetapi, kalimat itu
harus menggunakan unsur kalimat yang benar-benar berfungsi dan menghilangkan
kata atau ungkapan yangtidak mendukung makna.
Pimpinan memberikan
peringatan kepada karyawan agar rajin bekerja. (benar tetapi tidak
singkat)
Pimpinan memperingatkan karyawan
agar rajin bekerja. ( benar dan singkat)
Meskipun
benar, kalimat ini dapat diubah lebih singkat dengan mengubah memberikan
peringatanmenjadi memperingatkan. Perhatikan kata-kata berikut ini:
Memberikan
teguran – menegur
Mengambil
tindakan – menindak
Memberikan
peringatan – memperingatkan
4) Menggunakan
kata aktif bertenaga:
Ia berdiri lalu
pergi.(aktif tetapi kurang betenaga)
Ia bangkit lalu
pergi (aktif dan bertenaga)
Mereka memperhatikan penjahat
itu. (aktif tetapi kurang bertenaga)
Mereka
mengamati penjahat itu. (aktif dan bertenaga)
2.4.5
Kecermatan dan Kesantunan
Kecermatan dan kesantunan terkait dengan ketepatan memilih kata sehingga
menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa gangguan emosional pembaca atau
pendengar. Kalimat dikatakan baik jika pesan yang disampaikan dapat diterima
orang lain. Sedangkan santun mengandung makna halus dan baik, dan sopan.
a) Kecermatan
Kecermatan
kata dalam kalimat ditentukan ketepatan pilihan kata. Pilihan bukan karena enak
didengar atau merdu jika diucapkan melainkan daya ekspresinya yang eksak
(pasti). Banyak kata dalam bahasa kita yang hamper sama maknanya. Bahkan,
seringkali dianggap sebagai kata bersinonim. Akan tetapi, hanya satu yang
paling tepat mengungkapkan maksud secara cermat.
Misalnya:
Manusia ialah makhluk
yang berakal budi. (salah, tidak cermat)
Kata ialah harus
didikuti sinonim, bukan definisi formal. Jika
menggunakan ialah kalimat itu katamanusia disertai sinonim.
Manusia adalah makhluk
yang berakal budi. (benar, cermat)
Manusia ialah orang.
(benar, cermat)
Selain
itu, kecermatan kalimat menyangkut ketepatan bentuk kata,pemakaian kata
berimbuhan, dan tanda baca.
Karena
sudah diketahui sebelumnya, mahasiswa itu bisa menjawab tes
dengan mudah. (salah)
Karena
sudah mengetahui sebelumnya, mahasiswa itu
bisa menjawab tes dengan mudah. (benar)
b) Kesantunan
Kesantunan
kalimat mengandung makna bahwa gagasan yang dikspresikan dapat mengembangkan
suasana yang baik, hubungan yang harmonis, dan keakraban. Kalimat yang baik dan
santun ditandai sifat-sifat: singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:
Sebagaimana
telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dikerjakan dua kali
seminggu. (salah)
Aspek
lain yang perlu dipertimbangkan ialah segi hubungan masyarakat.
(salah)
Sebagaimana
telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dilakukan dua kali seminggu. (benar)
Telah
ditetapkan bahwa pekerjaan itu dilakukan dua kali seminggu. (benar)
Kata biasanya pada kalimat (1) tidak perlu karena makna kata itu
sudah tersirat dalam ungkapan sebagaimana telah ditetapkan. Tanpa kata
itu, makna kalimat sudah cukup jelas. Jadi,penggunaan kata itu mubazir.
Penggunaan kata segi pada kalimat (2) juga berlebihan karena makna
itu sudah dinyatakan dalam kata aspek. Tanpa kata itu, makna kalimat (2)
cukup jelas.
2.4.6
Kevariasan
Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan gaya
asalkan variasi tersebut tidak menimbulkan perubahan makna kalimat yang dapat
menimbulkan salah pemahaman atau salah komunikasi.
1) Kalimat
berimbang (dalam kalimat majemuk setara)
Kedua
orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar di seklah.
2) Kalimat
melepas yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa keduadari klausa koordinat
dengan klausa utama (pertama) menjadiklausa sematan, dalam kalimat berikut ini
menjadi anak kalimat keterangan waktu.
Kedua
orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka belajar di
sekolah.
3) Kalimat
berklimaks yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat) pada posisi
awal dan klausa utama dibagian akhir.
Ketika
ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja di
perusahaan.
2.4.7
Ketepatan Diksi
Kecermatan diksi memasalahkan ketepatan kata.setiap kata harus mengungkapkan
pikiran secara tepat. Untuk itu, penulis harus membedakan kata yang hamper
bersinonim, struktur idiomatik, kata yang berlawanan makna, ketepatan
dankesesuaian, dan sebagainya.
2.4.8
Ketepatan Ejaan
Kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca dapat enentukan kualitas penyajian
data.sebaliknya, kesalahan ejaan daapat menimbulkan kesalahan komunikasi yang
fatal,misalnya:Ia membayar dua puluh lima ribuan.
(maskudnya: dua-puluh-lima ribuan = 25 X Rp 1.000,00 atau dua-puluh
lima-ribuan = seratus ribu = 20 X Rp 5.000,00).
Penggunaan tanda baca, bandingkan maknanya:
Paman kami belum menikah.
Paman, kami belum menikah.
Paman kami, belum menikah
Paman, kami, belum menikah.
2.5
Kesalahan Kalimat
Karangan
ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain, seluruhnya
harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan karangan itu
diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan
sebagainya.
2.5.1
Kesalahan Struktur
a.
kalimat aktif tanpa subjek
1.
Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum
ditegakkan. (salah)
Kalimat
tersebut salah karena menempatkan kata depan menurut di depan subjek. Dengan
kata tersebut subjek berubah fungsi menjadi keterangan. Perbaikkan dilakukkan
dengan cara menghilangkan kata menurut.
(1a)
Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum
ditegakkan. (benar)
b.
Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah
fungsi menjadi keterangan, misalhnya:
2. Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (salah)
Perbaikkan dapat dilakukkan dengan menghilangkan kata depan di atau mengubah
struktur kalimat aktif menjadi pasif.
(2a) Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)
(2b) Di Jakarta terdapat pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)
c.
Tanpa unsure predikat, menempatkan kata yang di depan predikat, dengan kata ini
berubah fungsi menjadi perluasan objek, misalnya:
Petani yang bekerja di sawah. (salah)
Petani bekerja disawah. (benar)
d.
Menempatkan kata depan di depan obje, seharusnya kata kerja transitif langsung
diikuti objek dan tidak disisipi kata depan, misalnya:
Mereka mendiskusikan tentang keselamatna kerja. (salah)
Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)
e.
Menempatkan kata penghubung intra kalimat pada awal kalimat, misalnya:
Ia pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (salah)
f.
Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan kalimat
Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)
Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (benar)
g.
Salah urutan
Buku itu saya sudah baca. (salah)
Saya sudah membaca buku itu. (benar)
Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan laporan itu. (salah)
Ia mengamati data, menulis laporan, dan menyerahkan laporan itu. (benar)
2.5.2
Kesalahan Diksi
1.
Diksi kalimat salah jika:
a.
Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya, adalah
merupakan, baik untuk, demi untuk, naik ke atas, turun ke bawah, dan lain-lain,
Ia
selalu bekerja keras agar selalu mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di
perguruan tinggi. (salah)
Ia
selalu bekerja keras agar mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di
perguruan tinggi. (benar)
Ia
selalu bekerja keras supaya mampu membiayai ketiga anaknya yang
kuliah di perguruan tinggi. (benar)
b.
Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana,
bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
Kampung di mana kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini telah
menjadi kota. (salah)
Kampung
tempat kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini telah menjadi kota.
(benar)
c.
Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya – tetapi
seharusnya tidak… tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan hanya – tetapi
juga seharusnya bukan hanya – melainkan juga
Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. (salah)
Ia bukan hanya pandai melainkan juga rajin. (benar)
Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin. (benar)
d.
Menggunakan kata berpasangan yang tidak idiomatik yang tidak bersesuaian.
Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan, membicarakan tentang seharusnya
berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.
Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)
Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut. (benar)
2.
Diksi atau kalimat kurang baik.
(kurang santun)
a. Menonjolkan akunya dalam
suasana formal, misalnya: aku dan saya.
b. Pilihan kata yang
mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut pendapat
saya…,
sebaiknya menggunakkan data menunjukkan bahwa…,penelitian membuktikan bahwa…,
pengalaman membuktikan bahwa…
c. Menggunakan kata yang tidak
jelas maknanya
d. Diksi tidak sesuai dengan
situasi yang dihadapi
e. Penolakan dan pembuktian
tnapa makna kata yang pasti (eksak).
2.5.3
Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil
kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh
karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan.
Jenis
kesalahan ejaan:
a. Penggunaan
huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,
b. Pemenggalan
kata,
c. Penulisan
kata baku,
d. Penulisan
unsure serapan,
e. Penulisan
kata asing tidak dicetak miring,
f. Penggunaan
kata baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda petik satu
(‘…’), tanda penyingkatan (‘…), dan lain-lain,
g. Penulisan
kalimat atau paragraph: induk kalimat dan anak kalimat, kutipan langsung,
kutipan tidak langsung.
h. Penulisan
keterangan tambahan, penulisan aposisi,
i. Penulisan
judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar, majalah,
jurnal,
j. Penulisan
judul bab, subbab, bagian, subbagian,
k. Penulisan:
daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, bibliografi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar