Makalah penyesuaian diri remaja
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi 1
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah 3
- Rumusan Masalah 4
- Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
- Pengertian Penyesuaian
Diri 5
- Proses Penyesuaian Diri 6
- Karakteristik Penyesuaian
Diri
- Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri 10
- Permasalahan-permasalahan
Penyesuaian Diri 15
- Implikasi Proses
Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan 16
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan 18
- Kritik 19
- Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh
mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki
sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan
pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang
pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi
tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau
tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi
dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang
aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang
memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari
kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci
pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri remaja
dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
- Apakah pengertian dari
penyesuain diri itu?
- Bagaimana proses
penyesuaian diri?
- Apa saja karakteristik
penyesuaian diri?
- Apa saja faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri?
- Apa saja permasalahan
penyesuaian diri remaja?
- Bagaimana implikasi
proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah :
- Pengertian penyesuaian
diri,
- Proses penyesuaian diri,
- Karakter penyesuaian diri
secara positif,
- Karakter penyesuaian diri
yang salah,
- Faktor yang mempengarui
proses penyesuaian diri,
- Contoh permasalahan –
permasalahan penyesuaian diri remaja, dan
- Implikasi penyesuaian
diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Penyesuaian
Diri
Penyesuaian
diri dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
- Penyesuaian berarti
adaptasi: dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan
memperbolehkan kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan
relasi yang memuaskan dengan tuntutan.
- Penyesuaian dapat juga
diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan
standar atau prinsip.
- Penyesuaian dapat diartikan sebagai
penguasaan,yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan
mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mrngatasi
segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas
hidup dengan cara yang adekuat/ memenuhi syarat.
- Penyesuaian dapat
diartikan penguasa dan kematangan emosional yang tepat pada setiap
situasi.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai
keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkunganya.
- Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika
manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan
lingkungannya di mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di
mana semua fungsi organisme/individu berjalan normal.
Sekali lagi,
bahwa penyesuaian yang sempuna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Karena
itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong
process), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan
dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk,
secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya individu untuk mereduksi atau
menjauhi ketegangan dan memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar.
Penyesuaian adalah suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara
tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat
saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu didorong meneliti
berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Apakah
seseorang berhadapan dengan penyesuaian sehari-hari yang sederhana, atau suatu
penyesuaian yang rumit, terdapat suatu pola dasar yang terdiri dari
elemen-elemen tertentu. Contoh: seorang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang
dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain. Anak akan frustasi dan
berusaha sendiri menemukan pemecahan untuk mereduksi ketegangan/kebutuhan yang
belum terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang dimana-mana, atau mengisap jarinya,
atau bahkan tidak berupaya sama sekali, atau makan secara berlebihan, sebagai
respon pengganti bila kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi secara wajar.
Dalam
beberapa hal, respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu mencari suatu
respon lain yang akan memuaskan motivasi dan mereduksi ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan
cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa
merugikan atau mengganggu lingkungannya.
- Karasteristik Penyesuaian
Diri
Tidak
selamnya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan
rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan
penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang
melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau karakteristik
penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
- Penyesuaian Diri Secara
Positif
Mereka
tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal
sebagai berikut:
- Tidak menunjukkan adanya
ketegangan emosional.
- Tidak menunjukkan adanya
mekanisme-mekanisme psikologis.
- Tidak menunjukkan adanya
frustasi pribadi.
- Memiliki pertimbangan
rasional dan pengarahan diri.
- Mampu dalam belajar.
- Menghargai pengalaman.
- Bersikap realistik dan
objektif.
Dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain:
- Penyesuaian dengan
menghadapi masalah secara langsung.
- Penyesuaian dengan
melakukan eksplorasi (penjelajahan).
- Penyesuaian dengan trial
and error atau coba-coba.
- Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
- Penyesuaian diri dengan
menggali kemampuan diri.
- Penyesuaian dengan
belajar.
- Penyesuaian dengan
inhibisi dan pengendalian diri.
- Penyesuaian dengan
perencanaan yang cermat.
- Penyesuain Diri yang
Salah
Kegagalan
dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu
melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan
berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap
yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah yaitu: (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan
(iii) reaksi melarikan diri.
- Reaksi Bertahan (Defence
Reaction)
Individu
berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan.
Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan.
Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
- Rasionalisasi
- Represi
- Proyeksi
- “Sour Grapes”
- Dll
- Reaksi Menyerang (Aggressive
Reaction)
Orang yang
mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat
menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya.
Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku:
- Selalu membenarkan diri
sendiri
- Mau berkuasa dalam setiap
situasi
- Mau memiliki segalanya
- Bersikap senang
mengganggu orang lain
- Menggertak baik dengan
ucapan maupun dengan perbuatan
- Menunjukkan sikap
permusuhan secara terbuka
- Menunjukkan sikap
menyerang dan merusak
- Keras kepala dalam
perbuatannya
- Bersikap balas dendam
- Memperkosa hak orang lain
- Tindakan yang serampangan
dan
- Marah secara sadis
- Reaksi melarikan diri (
Escape Reaction )
Dalam reaksi ini orang mempunyai
penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan
kegagalan, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: berfantasi
yaitu memasukan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan
(seolah-olah sudah tercapai}, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri,
menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada awal (misal
orang dewasa yang bersikap dan berwatak saperti anak kecil) dan lain-lain.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Proses penyesuaian Diri
Secara
keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap
penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau
menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian
ditentukan oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik
internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor
yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bartahap.
Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Kondisi Jasmaniah
Kondisi
jasmaniah seperti pembawaan dan struktur/konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik
bekaitan erat dengan susunan/konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat korelasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf yaitu
yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri,
segan dalam aktifitas sosial, pemalu, dan sebagainya.
Karena
struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat
diperkirakan bahwa system saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang
penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
gangguan-gangguan dalam system saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan
demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
- Perkembangan, Kematangan
dan Penyesuaian Diri
Dalam proses
perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif
menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan
bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses
belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini
menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Sesuai
dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara
individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola-pola
penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Dengan kata lain, pola
penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kematangan yang dicapainya. Disamping itu, hubungan antara penyesuaian dengan
perkembangan dapat berbeda menurut jenis aspek perkembangan yang dicapai.
Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti:
emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
- Penentu Psikologis
terhadap Penyesuaian diri
Banyak
sekali faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya
adalah:
- Pengalaman
Tidak semua
pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman-pengalaman tertentu
yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan
dan pengalaman traumatic (menyusahkan).
- Belajar
Proses
belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri,
karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk
kepribadian.
- Determinasi Diri
Dalam proses
penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas,
orangnya itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang
mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf
penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang
disebut determinasi diri.
- Konflik dan penyesuaian
Ada beberapa
pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Sebenarnya,
beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan
kegiatan.
- Lingkungan sebagai
Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai
lingkungan anak seperti keluaga dan pola hubungan didalamnya, sekolah,
masyarakat, kultur dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
- Pengaruh rumah dan
keluarga.
Dari sekian
banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri, faktor rumah dan keluarga
merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok
sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam
keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di
masyarakat.
- Hubungan Orang Tua dan
Anak
Pola
hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses
penyesuaian diri anak –anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri antara lain :
- Menerima (acceptance)
- Menghukum dan disiplin
yang berlebihan
- Memanjakan dan melindungi
anak secara berlebihan
- Penolakan
- Hubungan saudara
Suasana
hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh
kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya
penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri
hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan
penyesuaian diri.
- Masyarakat
Keadaan
lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan
proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak
gejala tingkah laku salah bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang
salah di kalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
- Sekolah
Sekolah
mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,
sosial dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis
menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan
yang diterima anak disekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri
di masyarakat.
- Kultural dan Agama
Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan
kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola
penyesuaian dirinya. Contohnya tatacara kehidupan di sekolah, masjid, gereja,
dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul
dengan masyarakat sekitarnya.
Agama
memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan
ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak.
Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan
memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Agama
memegang peranan penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri.
- Permasalahan –
Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara
persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang
dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja
sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam
keluarga.
Contoh:
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam. Pertama, penolakan mungkin merupakan penolakan tetap
sejak awal, dimana orang tua merasa tidak sayang kepada anaknya, karena
berbagai sebab, mereka tidak menghendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn: “Bapak
yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata.” Jenis kedua,
dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Penyesuaian
diri remaja dengan kehidupan di sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah
mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru,
baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin
mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata
pelajaran. Sebagai akibat antara lain adalah belajar menjadi menurun dibanding
dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Permasalahan
lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan belajar
yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami
kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar
dan keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstrakulikuler,
dan sebagainya.
- Implikasi Proses
Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan
sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi
norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya
tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan
jika anak didik mengalami masalah.
Oleh karena
itulah disetiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan
membantu anak didik jika mereka menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan
guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu anak didik yang mempunyai
masalah pribadi,dan masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap tuntutan sekolah.
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja
khususnya di sekolah adalah:
- Menciptakan situasi
sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik,
baik secara sosial, fisik maupun akademis.
- Menciptakan suasana
belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
- Usaha memahami anak didik
secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek
pribadinya.
- Menggunakan metode dan
alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
- Menggunakan prosedur
evaluasi yang dapat memperbesar
motivasi belajar.
Karena di sekolah
guru merupakan figure pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap
penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif, yakni
sebagai berikut (Ryans dalam Garrison, 1956).
- Memberi kesempatan
(alert), tampak antusias dan berminat dalam aktivitas siswa dan kelas.
- Ramah (cheerful) dan
optimistis.
- Mampu mengontrol diri,
tidak mudah kacau (terganggu), dan teratur tindakannya.
- Senang kelakar, mempunyai
rasa humor.
- Mengetahui dan mengakui
kesalahan-kesalahannya sendiri.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi,
konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang
tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak
sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku
untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan,
kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan
penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan
penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan.
Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil,
jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan
aman bersamanya.
- Kritik
Menurut
kelompok kami ketidakmampuan menyesuaikan diri pada remaja disebabkan oleh
faktor internal dan eksternal dan lebih mengacu pada ketidakmampuan orang tua
dalam membimbing remaja menuju penyesuaian diri yang menyebabkan kondisi fisik,
mental dan emosional remaja menjadi labil.
Selain itu
lingkungan yang tidak mendukung penyesuaian diri remaja menyebabkan semakin
sulitnya remaja dalam melakukan penyesuaian diri.
C. Saran
Menurut kelompok kami seharusnya
orang tua memahami keadaan remaja anaknya sehingga orang tua mampu mengarahkan
anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga
harus peduli dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri remaj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar