Sejarah
Menurut
asal-usul kata (etimologi) nama Karangtawang berasal dari dua kata yaitu karang dan tawang, karang dalam
bahasa Sunda berarti halaman
depan rumah sedangkan tawang bukan merupakan kata dalam bahasa Sunda, kalau merujuk dari bahasa Jawa tawang berarti
langit.
Menurut
sumber lisan yang berkembang dari mulut ke mulut di masyarakat sejak dulu,
bahwa asal nama Karangtawang diambil dari peristiwa meninggalnya seorang
pengembara yang berasal dari daerah Tawang (sekarang
nama sebuah kecamatan di daerah Tasikmalaya). Pengembara
tersebut pada mulanya berniat untuk menimba ilmu ke pondok pesantren Lengkong yang dipimpin oleh seorang ulama kharismatik,
Kyai Haji Hasan Maulani. Pada saat itu (sekitar abad XIX atau tahun 1800-an)
pesantren Lengkong merupakan salah satu pondok pesantren yang
sangat termashur dan disegani di wilayah Jawa Barat. Sampai akhirnya
si pengembara yang akan masantren ke Lengkong tersebut berhasil menginjakan kakinya di tapal
batas desa Lengkong atau pada waktu itu lebih dikenal dengan Lengkong tonggoh/barat. Namun sayang, sang pengembara
dari Tawang tersebut
rupanya kelelahan karena menempuh perjalanan jauh dari daerahTasikmalaya ke Kuningan, hanya dengan
berjalan kaki. Akhirnya pengembara tersebut menghembuskan nafasnya yang
terakhir di halaman rumah milik salah seorang penduduk desa Lengkongtonggoh. Karena niat dan tujuan baik nan suci dari
sang pengembara yang pergi jauh-jauh hanya untuk masantren, penduduk
setempat mengabadikan daerah sekitar tempat meninggalnya sang pengembara
dari Tawang dengan
sebutan nama KARANGTAWANG, yang artinya halaman rumah tempat meninggalnya sang
pengembara dari Tawang.
Dahulu desa
Karangtawang dan desa Lengkong masih merupakan satu kesatuan, tapi karena ada
suatu "peristiwa" kemudian dua desa itu dipisah, bagian Barat menjadi
desa Karangtawang sedangkan bagian Timur menjadi desa Lengkong. Jalan desa yang membentang menjadi batas kedua desa
tersebut yaitu jalan yang menuju Desa Sindangsari atau Ancaran sekarang. Asal
mula terpecahnya desa Karangtawang dan desa Lengkong disebabkan adanya peristiwa perselisihan
"parebut cai" (berebut air) guna keperluan mengairi areal sawah dan
kolam ikan mereka. Sumber air yang diperebutkan berasal dari sungai
"Surakatiga" yang membentang dari Selatan ke Utara yang terletak
antara Desa Winduhaji dan Desa Lengkong saat itu. Penduduk Lengkong sebelah barat rupanya ketika sedang mengalirkan
atau mengairi sawah dan kolam mereka dari "Hawangan Surakatiga" ini,
anak cabangnya diantaranya ada "Hawangan Cikole" entah sengaja atau
tidak disengaja aliran Hawangan Cikole ini sering "dipendet" atau
ditutup. Akibatnya penduduk Lengkong sebelah Timur tidak kebagian air, dan ini
akhirnya menimbulkan persengketaan antara penduduk Lengkong Barat (Tonggoh) dan Lengkong Timur (Landeuh). Akibat peristiwa ini Lengkong Barat dan Lengkong Timur akhirnya terpecah menjadi bagian barat
menjadi Karangtawang dan bagin timur tetap menggunakan kata Lengkong. Masalah sengketa tadi akhirnya dapat diselesaikan
diantaranya dengan sebuah kesepakatan berupa "tukar guling" tanah
bengkok desa, yaitu "Hawangan Landeuh" yang mengalir sepanjang Sungai
Cisanggarung yang merupakan milik Desa Karangtawang (tadinya Lengkong Barat) diberikan ke Desa Lengkong, dan tanah pekuburan (makam atau astana) yang berada
di daerah Lengkong juga merupakan pemakaman milik penduduk Desa
Karangtawang. Mengenai kebenaran ceritera ini masih perlu penelusuran lebih
lanjut. Perlu sumber dan bahan pembanding lainnya yang kadang memang sulit
didapatkan. Karena memang cerita di atas diambil dari sumber lisan yang
sifatnya kadang dipengaruhi unsur subyektifitas yang tinggi.
Pemerintahan
Karangtawang
dilihat dari statusnya sebagai sebuah desa maka dipimpin oleh seorang kepala
desa atau lebih dikenal dengan sebutan Kuwu. Letak bale desa berada di kampung
Pasawahan.Kuwu dipilih secara
langsung oleh rakyat selama lima tahun sekali. Kuwu dibantu oleh sekretaris desa
(sekdes), kepala dusun atau rurah , para pamong desa (kesra,
raksabumi dan lain-lain) serta Hansip. Kuwu beserta pamong desa lainnya bukanlah
pegawai negeri sipil (kecuali sekdes), mereka di gaji dengan sawah bengkok yang
luasnya tergantung pada tinggi rendahnya jabatan yang diembannya. Anehnya yang
menjabat sebagai Kuwu di desa
Karangtawang hanya orang-orang yang berasal dari kampung Jatinunggal dan
Pasawahan saja, belum pernah ada Kuwu yang berasal dari kampung Babakan.
Berikut
daftar Kuwu desa
Karangtawang:
No
|
Nama
|
1
|
Djiwa
|
2
|
Somadinata
|
3
|
Sumadisastra
|
4
|
Sastrawinata
|
5
|
Takim
Suantaatmaja
|
6
|
Satari
|
7
|
H.
Abdurahman
|
8
|
H. Ewo
Sudarwa
|
9
|
H. U Syukur
|
10
|
H.
Rahmatullah Al- Kalam
|
11
|
Nana
Purnadi, S.E
|
Di bawah kuwu ada kepala dusun/kampung yang biasa disebut rurah. Rurah juga dipilih secara langsung oleh masyarakat tiap kampung. Untuk desa Karangtawang sendiri memiliki tiga kampung yaitu kampung Jatinunggal, kampung Pasawahan dan kampung Babakan sehingga rurahnya ada tiga orang. Tiap satu kampung juga merepresentasikan satu RW (Rukun Warga), dan dibawah RW ada RT (Rukun Tetangga) yang merupakan struktur pemerintahan paling bawah. Tiap RT dipimpin oleh seorang ketua RT.
Berikut
adalah struktur lengkap susunan Pemerintahan Desa Karangtawang:
§ Kampung
Pasawahan ( RW 1) terdiri dari 10 RT ( RT 1 sampai dengan RT 10)
§ Kampung
Babakan ( RW 2) terdiri dari 10 RT ( RT 11 sampai dengan RT 20)
§ Kampung
Jatinunggal ( RW 3) terdiri dari 8 RT ( RT 21 sampai dengan RT 28)
§
Profil Daerah
Batas Wilayah
Batas wilayah
desa Karangtawang
1.
Di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Windusengkahan.
2.
Di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Citangtu.
3.
Di sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Winduhaji.
4.
Di sebelah timur berbatasan dengan desa Lengkong.
Geografis
Karangtawang
terletak di kaki gunung Ciremai,diapit
oleh dua sungai besar yaitu sungai Sungai Cigede di sebelah selatan dan sungai
Surakatiga/Tangkis di sebelah utara. Selain sebagai batas alami dengan desa
lain, hal ini juga menyebabkan tanah di Karangtawang subur dan cocok untuk
beberapa jenis tanaman. Kontur wilayahnya sedikit berbukit di sebelah selatan
meliputi wilayah kampung Babakan sampai ke perbatasan dengan Salahonje dan juga
rata sedikit berkontur di daerah Pasawahan dan Jatinunggal.
Keadaan iklim
desa Karangtawang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan
temperatur bulanan berkisar antara 18° C - 32° C serta curah hujan berkisar
antara 2.000 mm - 2.500 mm per tahun. Pergantian musim terjadi antara bulan
November - Mei adalah musim hujan dan antara bulan Juni - Oktober adalah musim
kemarau.
Ekonomi
Karangtawang
dikenal dengan industri rumah tangganya yaitu emping melinjo, karena hampir di
tiap RT ibu rumah tangga membuat keripik emping melinjo terutama pusatnya di
kampung Babakan. Kemasannya telah dibuat semenarik mungkin dan dengan pilihan
beraneka ragam rasa agar nilai jualnya bertambah. Emping tangkil atau emping
melinjo, oleh Pemkab Kuningandianggap
sebagai komoditi unggulan. Pasalnya telah mengharumkan nama Kuningan dalam sektor
ekonomi karena penjualan emping tangkil tidak hanya di pasar lokal namun
merambah juga ke pasar luar daerah seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Ada pula yang
diekspor ke Malaysia serta Singapura. Penjualannya pun
tidak hanya di pasar tradisional, tetapi sudah merambah ke supermarket, toko
serba ada (Toserba), warung serba ada (Waserba) atau pun di Mall.
Pertanian
Wilayah
Karangtawang cocok untuk pengembangan agrobisnis, terutama padi dan palawija.
Tanahnya yang subur, dan akses air yang melimpah menjadi keunggulan yang bisa
dimanfaatkan. Untuk perikanan juga cocok, karena air mengalir sepanjang musim
baik musim hujan maupun musim kemarau. Makanya tidak salah jika di kampung
Jatinunggal didirikan pusat pembenihan ikan atau lebih dikenal dengan BBI
(Balai Benih Ikan). Peternakan ayam buras juga berkembang dengan baik terutama
di kampung Jatinunggal dan kampung Pasawahan, letaknya di pinggiran kampung
sehingga tidak mengganggu pemukiman penduduk. Selain itu Peternakan kambing
juga mulai bergeliat, terutama untuk memenuhi permintaan menjelang hari Raya
Kurban (Idul Adha), tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa Karangtawang tetapi juga di jual ke
daerah lain.
Perkebunan
Perkebunan
kurang mendapat perhatian yang serius dari masyarakat. Kebun-kebun terletak
jauh dari perkampungan, ada pun kebun yang di dalam kampung jumlahnya tinggal
sedikit, tergusur oleh pembangunan perumahan warga yang semakin tinggi.
Sehingga porsentase kebun dari seluruh wilayah desa diperkirakan telah menyusut
sampai 10%. Hasil perkebunan yang biasanya dibudidayakan kebanyakan dari jenis
buah-buahan seperti:pisang, mangga, pepaya, rambutan, nangka, jambu, kelapa dan
juga melinjo.
Demografi
Desa
Karangtawang dikenal sebagai desa santri karena banyak terdapat pondok
pesantren dan penduduknya dikenal sangat religius. Penduduk desa Karangtawang
berjumlah 4.214 orang, terdiri dari:
§ 2.082
orang laki-laki
§ 2.132
orang perempuan
Hampir 100%
warga Karangtawang adalah suku Sunda,
dan menggunakan bahasa Sunda dalam
berkomunikasi sehari-hari. Agama yang dianut adalah Islam. Pengaruh NU (Nahdatul Ulama) sangat
terasa karena ulama-ulama (kiyai) yang ada di Karangtawang merupakan pentolan
NU. Terdapat sebuah mesjid jami yaitu mesjid Nurul Islam dan 18 buah
langgar/musholla(tajug). Di mesjid Nurul Islam terdapat sebuah bedug yang
berusia lebih dari 300 tahun, mengingat bedug tersebut sudah kuno sebuah museum
di Bandung pernah mengemukakan niatnya untuk memiliki bedug tersebut, namun
ditolak oleh masyarakar Karangtawang. Bedug tersebut terbuat dari satu
gelondongan pohon utuh dan sudah ada sejak abad ke 17.
Kebanyakan
penduduk Karangtawang bekerja sebagai petani sekitar 70%, lainnya bekerja di
sektor jasa seperti PNS, Pedagang, TNI, dokter, wiraswasta dan sebagainya.
Penduduk desa Karangtawang banyak juga yang berurbanisasi ke kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Kebanyakan
mereka bekerja sebagai buruh pabrik dan pedagang. Daganganya pun hampir sama
yaitu buah dingin, bubur kacang hijau, atau rokok. Ada pula yang pergi ke kota
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi seperti UI, UNPAD,UNSOED, UPI, STAN,UGM dan
sebagainya. Banyak pula penduduk desa Karangtawang yang bekerja ke luar negeri
seperti ke Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan dan Jepang. Kebanyakan mereka bekerja di
sektor informal seperti pembantu rumah tangga dan sopir, namun ada pula yang
bekerja sebagi buruh pabrik.
Pendidikan
Pendidikan
Formal
Sarana dan
Prasarana pendidikan sudah cukup lengkap untuk ukuran sebuah desa. Di
Karangtawang fasilitas pendidikan dari PAUD, TK sampai MA tersedia.
§ PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini)
PAUD biasanya
diadakan dengan bimbingan Ibu-ibu PKK, dan diikuti oleh anak-anak pra-sekolah
dibawah 5 tahun (terletak di kampung Jatinunggal).
Untuk TK
terdapat sebuah TK yaitu:
§ TK
YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang).
Untuk jenjang
Sekolah dasar di tiap kampung memiliki SD masing-masing diantaranya:
§ SDN
Karangtawang I (terletak di kampung Pasawahan)
§ SDN
Karangtawang II (terletak di kampung Babakan)
§ SDN
Karangtawang III (terletak di kampung Jatinunggal)
Satu Madrasah
Tsanawiyah di kampung Jatinunggal yaitu :
§ MTs
YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang)
dan untuk
Sekolah Menengah Kejuruan terletak di kampung Pasawahan yaitu:
§ SMK
Darul Ulum
Pendidikan
Non Formal
Pendidikan
Non Formal di desa Karangtawang dalam bentuk Pondok Pesantren di kampung Pasawahan
seperti Pondok Pesantren Darul Ulum, Al-Amin, dan Al Abshori serta ada juga
dalam bentuk Majelis Ta'lim. Majelis Ta'lim biasanya diikuti oleh ibu-ibu di
mesjid Nurul Islam atau digilir ke tiap musholla (tajug) dan untuk bapak-bapak
juga ada kajian keagamaan setiap malam senin di mesjid Nurul Islam. Hampir
semua ibu-ibu juga setiap malam Jumat mengadakan pengajian Yasin sambil Arisan
bergilir di tiap rumah anggotanya.
Kesenian
Jenis seni
yang berkembang di desa Karangtawang yaitu seni Pencak silat pusatnya
di kampung Jatinunggal, biasanya di pentaskan pada event-event tertentu seperti
pada pentas seni malamHalal bi halal setiap tahun sehabis Hari Raya Idul Fitri. Selain itu terdapat
seni musik tradisional Genjring yaitu sejenis tabuhan rebana dengan
ukuran besar diiringi dengan sebuah bedug yang biasanya dimainkan untuk
membangunkan penduduk saat sahur di bulan Ramadhan.
Adat Istiadat
§ Tutulak
Hajat Tutulak yaitu
upacara tolak bala yang diadakan di tiap perempatan jalan kampung, diadakan
pada waktu-waktu tertentu seperti apabila terjadi kemalangan/bencana atau
sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan agar terhindar dari musibah dan
panen yang melimpah. Upacara dipimpin oleh tetua kampung atau alim ulama dengan
memanjatkan puji-pujian kepada Allah SWTdiikuti oleh semua
komponen masyarakat, tua dan muda sampai anak-anak. Setiap kepala keluarga
mengumpulkan makanan seperti nasi tumpeng, nasi kuning, buah-buahan, kue-kue
dan berbagai lauk pauk untuk di kumpulkan dan dipajang memanjang di perempatan
jalan kampung. Di akhir acara semua makanan dibagikan kembali kepada masyarakat
dengan rata.
§ Muludan
Muludan atau
di daerah lain dikenal dengan peringatan Maulid Nabi, yaitu acara
peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW
diadakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun hijriyah. Peringatan dimulai dari
tanggal 1 Maulid atau setiap malam jumat dengan pembacaan deba (shalawat kepada
Nabi) di langgar-langgar setelah salat maghrib sampai bulan Mulud berakhir. Di
desaKarangtawang juga
Muludan biasanya diperingati di masjid Nurul Islam dan di
mushalla-mushalla (tajug)) di tiap kampung.
§ Rajaban
Rajaban atau
di daerah lain dikenal dengan peringatan Isra Miraj, yaitu acara
peringatan perjalanan Nabi Muhammad SAW
dari Masjidil Haram di Mekah ke
Masjidil Aqsa di Jerusalem,serta
perjalanan nabi ke langit ke tujuh. Peringatan ini diadakan setiap tanggal 27
Rajab tahun hijriyah. Di desa Karangtawang biasanya
diperingati di masjid Nurul Islam dan di tiap mushalla (tajug)) di
tiap kampung dan juga di beberapa rumah warga.
§ Tahlilan
Tahlilan adalah
acara untuk mendoakan arwah orang yang sudah meninggal dunia, biasanya diadakan
di rumah duka sampai hari ke-tujuh. Tahlilan dipimpin oleh seorang
ulama dengan membaca surat Yasin dan puji-pujian kepada Allah SWT
agar arwah yang bersangkutan diterima di sisi-Nya.
§ Tujuh
bulanan
Tujuh bulanan adalah
acara untuk memperingati umur kehamilan sang Ibu yang sudah menginjak usia 7
bulan. Usia 7 bulan adalah periode dimana ruh ditiupkan pada raga sang bayi
sehingga acara ini dilakukan untuk mendoakan aga san jabang bayi bisa lahir
dengan selamat.
§ Akikahan
Akikahan adalah
acara pemotongan hewan kambing karena lahirnya seorang anak, untuk laki-laki
kambing yang disembelih 2 ekor sedangkan untuk perempuan kambing yang di
sembelih satu ekor.
§ Hajatan
Hajatan diadakan
ketika ada warga yang menikah atau dikhitan. Untuk pernikahan biasanya hajatan diadakan
di rumah mempelai wanita. Dalam acara hajatan ini biasanya diadakan berbagai
macam hiburan seperti Jaipongan, Dangdut, organ tunggal,
layar tancep, degung, shalawatan dan sebagainya.
Olahraga
Fasilitas
olahraga yang ada di desa Karangtawang antara
lain lapangan sepak bola di kampung Pasawahan, lapangan bola volley di tiap kampung
dan juga lapangan badminton di gedung serba guna desa Karangtawang.
Untuk sepak bola, dahulu ada turnamen rutin Masud cup antara tiga
desa yaitu Karangtawang, Winduhaji dan Windusengkahan yang
diadakan di lapanganWindusengkahan.
Tokoh
Radio
Di desa
Karangtawang tepatnya di kampung Jatinunggal terdapat stasiun radio yaitu Astia
FM.
Akses
Transportasi
Untuk
mencapai desa Karangtawang dari pusat kota Kuningan tidaklah
sulit. Jaraknya dari kota Kuningan kurang lebih 4 km. Desa Karangtawang
dilewati kendaraan dari arah kota Kuningan ke daerah
timur seperti Garawangi, Maleber dan Ciniru.
Ada dua angkutan umum yang melewati jalan raya Karangtawang yaitu:
§ Angkot
07 Jurusan Pasar baru- Lengkong
§ Angkot
08 Jurusan Cirendang- Lengkong
info
: http://id.wikipedia.org/wiki/Karangtawang,_Kuningan,_Kuningan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar