A .LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan sastra sekarang ini sangat pesat dan keluar
dari kaidah-kaidah penulisan yang ada. Banyak hal-hal yang baru yang muncul dan
tidak sesuai dengan konvensi-konvensi. Oleh karena itu dalam pembicaran ini dicoba
untuk menerapkan teori-teori dalam menganalisis sajak Indonesia untuk turut
mengembangkan studi sastra dan kesusastraan Indonesia.Salah satu penyair pada
era 45 yaitu Chairil Anwar yang sering di sebut sebagai pelopor angkatan 45
dengan corak dan gaya penulisan sajaknya yang terlepas, bebas dan tidak terikat
pada konvensi-konvensi yang ada pada masa itu. Teori struktural dan semiotik
dewasa ini merupakan salah satu teori sastra yang terbaru disamping teori
estetika resepsi dan dekonstruksi. Akan tetapi, teori ini belum banyak
dimanfaatkandalam bidang kritik sastra di Indonesia.
Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk
menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem
tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra
mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau
hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam
makna.
Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo
yaitu bahwa bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik
atau ketandaan,yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra
bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna
pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral,
belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan
dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan
oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi
masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa
satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu
merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian)
masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang
mempelajari sistem tanda-tandaiti disebut semiotika (2009:121).
Sedangkan struktural dalam sajak atau karya sasatra yang
menganggap bahwa sebuah karya sastra adalah sebuah struktur. Struktur di sini
dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang
bersistem,yang di antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal
balik,saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya
berupa kumpulan-kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda
yang berdiri sendiri-sendiri,melainkan hal-hal itu saling berkaitan,saling
terikat,dan saling bergantung (2009:118).
Dalam makalah ini, penulis mengambilsalah satu puisi karya
Chairil Anwar yang berjudul “Penerimaan” dalm bukunya “Deru Campur
Debu”yang akan dianlisias secara struktural semiotik.
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah tentang “Analisis
Struktural dan Semiotik Terhadap Puisi Chairil Anwar” adalah untuk:
1. Untuk memahami aspek-aspek kepuitisan dan makna
sajak secara struktural dan semiotik terhadap puisi
”Penerimaan” karya Chairl Anwar.
2. Untuk mengetahui apa saja gaya bahasa, simbol,
citraan, majas dan unsur-unsur kepuitisan yang
terdapat dalam “Penerimaan” karya Chairil Anwar.
3. Untuk mengetahui kesamaan tema dalam kumpulan
puisi-puisi Chiril Anwar.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana
unsur-unsur yang terkandung dalam puisi “Penerimaan”karya Chairil Anwar dalam
bukunya yang berjudul “Deru Campur Debu”.
D. TEORI DAN METODE
Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak.
Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.
Karya sastra itu merupakan struktur yang bermakna. Karya sastra itu merupakan
sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa
sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotic atau ketandaan yang
mempunyai arti, medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral). Teori
yang digunakan dalam analisis makalah ini menggunakan teori menurut Riffaterre.
Teks atau puisi menurut Michael Riffaterre adalah pemikiran yang dibakukan
melalui mediasi bahasa. Dalam semiotik,Riffaterre memperlakukan semua kata
menjadi tanda. Langkah-langkah dalam memahami sebuah teks dalam hal ini
puisi menurut Michael Riffaterre ada 4, yaitu:
1. Pembaca harus menemukan kata kunci atau matriks yang
terdapat dalam sebuah sajak atau teks.
2. Pembaca juga harus melakukan pembacaan secara
heuristik, yaitu sesuai dengan kompetensi bahasa dan struktur kebahasaannya.
3. Seorang pembaca dituntut untuk melakukan pembacaan
hermeneutik yaitu pembacaan pada tingkat makna.
4. Seorang pembaca harus menemukan hubungan
intertekstualitas antara karya sastra tersebut. Seorang pembaca harus mencari
sumber teks atau yang lazim disebut hipogram dan harus mencari model dan
varian.
Untuk memahami sebuah teks harus mencari unsur-unsur yang
ada di dalamnya yaitu unsur-unsur estetik dan unsur-unsur ekstra estetik yang
terdapat dalam sebuah karya sastra.untuk mengetahui unsur kepuitisan dan makna
luar yang terkandung dalam teks puisi, penulis mengguakan teori strukturalisme.
Sedangkan untuk memaknai atau memberi makna dalam setiap sajak penulis
menggunakan teori semiotoc. Semiotik adalah teori filsafat umum yang
berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari
sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi
tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau
sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita
miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara
sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan
dan perilaku manusia. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis
untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya
berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak
hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi,
tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Metode yand digunakan dalam menganalisis puisi ini yaitu
dengan menganalisis sajak-sajak kedalam unsur-unsur yang memperhatihan hubungan
keseluruhan unsur-unsur yang ada.Kemudian setiap unsur sajak diberi makna yang
sesuai dengan konvensi puisi.setelah itu memaknai keseluruhan teks puisi
berdasarkan analisis tersebut. Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha
untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem
tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra
mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau
hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam
makna.
PEMBAHASAN
A. ANALISIS STRUKTUR KEPUITISAN
Ada kriteria dalam menganalisis struktur kepuitisan yaitu:
1. Pilihan Kata
Kata-kata di dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali
berbeda dengan teks dalam bentuk yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki
peran sangat esensial karena ia tidak saja harus mampu menyampaikan gagasan,
tetapi juga dituntut untuk mampu menggambarkan imaji sang penyair dan
memberikan impresi ke dalam diri pembacanya, karena itu kata-kata dalam puisi
lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis. Pilihan kata yang tedadap
dalam puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar:
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
(Deru Campur Debu,1959:36)
Pilihan kata yng digunakan seorang Chairil Anwar sangat
indah, karena kata-kata yang digunakan menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami misalnya dalam sajak yang berjudul “Penerimaan”. Selain itu penyusunan
kata-katanya sangat tepat dan pemilihan untuk pembentukan sebuah sajak
memperhatikan kesesuaiaan kata yang digunakan serta penyusunan antar kata
sangat indah.
2. Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk
mencpai spek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif
tidak secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini
digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Basasa
kiasan dipergunakan untukmemperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair.
Bahasa sajak ang tedapat dalampuisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar adalah
sebagai berikut:
a) Repetisi
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai. Dalam sajak terdapat dalam:
Kalau kau mau ku terima kau kembali
...
Kalau kau mau kuterima kembali
...
b) Simile atau Persamaan
Simile atau Persamaan adalahperbandingan yang bersifat
eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak
terdapat dalam:
..
Bak kembang sari sudah terbagi...
c) Pesonifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda mati seolah-olah hidup. Dalam sajak terdapa dalam:
...
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
3. Citraan
Citraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan
hadirnya kesan keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam
sebuah puisi merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan
puisi, sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak
konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan menghayati
sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.
Citraan dalam puisi terdapat 7 jenis citraan, yaitu citraan
penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan
penciuman, citraan pencecapan, dan citraan suhu. Penggunaan citraan dalam puisi
melibatkan hampir semua anggota tubuh kita, baik alat indra maupun anggota
tubuh, seperti kepala, tangan, dan kaki. Untuk dapat menemukan sumber
citraan yang terdapat dalam puisi, pembaca harus memahami puisi dengan
melibatkan alat indra dan anggota tubuh untuk dapat menemukan kata-kata yang
berkaitan dengan citraan.
Dalam sajak “Penerimaan” citraan yang digunakan misalnya
yaitu citraan penglihatan tedapat dalam”aku msih tetap sendiri, sedangkan
dengan cermin aku enggan berbagi. Cermin dapat dilihat dengan indera mata
sehingga menggunakan citraan penglihatan.
4. Sarana Retorika
Sarana retorik pada dasarnya merupakantipu muslihat piiran
yang mempergunakan susunan bahasa yang khas sehingga pendengar erasa dituntut
untuk berpikir. Dalam menyampaikan sebuah ide atau gagasan Chairil Anwar
cenderung pada aliran realisme dan ekspresionis.
5. Hubungan Intertekstual “Penerimaan” dengan
“Kusangka”
Untuk mendapat makna penuh sebuah sajak, tidak boleh
melupakan hubungan sejarahnya, bik dengan keseluruhan sajak-sajak peyair
sendiri, sajak-sajak sesamanya, maupun dengan sajak sastra zaman sebelumnya(
Teeuw, 1983: 65). Dibawah ini sajak-sajak nya, yaitu sajak “Penerimaan” karya
Chairil Anwar dan “Kusangka” karya Amir Hamzah.
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
(Deru Campur Debu,1959:36)
KUSANGKA
Kusangka cempaka kembang setangakai
Teryata melur telah diseri.......
Hatiku remuk mengenangka ini
Wasangka dan was-was silih berganti.
Kuharap cempaka baharu kembang
Belum tahu sinar matahari.......
Rupanya teratai patah kelopak
Dihinggapi kumbang berpuluh kali.
Kupohonkan cempaka
Harum mula terserak.......
Melati yang ada
Pandai tergeletak.......
Mimpiku seroja terapung di paya
Teratai putih awan angkasa......
Rupanya mawar mengandung lumpur
Kaca piring bunga renungan......
Igauanku subuh, impianku malam
Kuntum cempaka putih bersih......
Kulihat kumbang keliling berlagu
Kelopakmu terbuka menerima cembu.
Kusangka hauri bertudung lingkup
Bulu mata menyangga panah Asmara
Rupanya merpati jangan dipetik
Kalau dipetik menguku segera
(Buah Rindu, 1959:19)
Sajak Chairil Anwar merupakan penyimpangan terhadap konsep
estetik Amir Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Pandangan
romantik Amir Hamzah ditentang dengan pendangan realistiknya. Sajak “Kusangaka”
mennjukkan kesejajaran gagasan yang digambarkan dalam enam sajak tersebut. Amir
Hamzah menggunakan ekspresi romantik secara metaforis-alegoris, membandingkan
gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetamorkan sebagai bidadari (hauri)
dan merpati.
Dari keenam bait tersebut disimpulkan bahwa si aku mencintai
gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi.
Sudah dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak perawan lagi (‘Rupanya teratai patah
kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. Kulihat kumbang keliling
berlagu/kelopakmu terbuka menerima cembu’). Hal itu menimbulkan kekeewaan dan
menyebabkan hati si aku remuk. Wasangka dan was-was silih berganti(bait 1).
Dengan demikian, si aku tidak mau bersama gadis yang sudahtidak murni lagi,
sebab akan terkena kuku “merpati” itu (bait 7).
Gadis yang masih murni (disangka murni) diumpamakan cempaka
kembang(bait 1), baharu kembang belum terkena sinar matahari(bait 2), cempaka
harum(bait 3), seroja terapung di paya putih seperti awan(bait 4), dan seperti
bidadari (hauri) bertudung lingkup yang bulu matanya menambah panah asmara(bait
6).
Gambaran tersebut bertentangan dengan kenyataan yang
sebenarnya yang sangat menyakitkan basi si aku dan sangat kecewa setelah
mengetahui kisah yang sebenarnya. Gambaran gadis tersebut sudah tidak murni
lagi diumpamakan melur telah diseri(bait 1), teratai patah kelopak dihingapi
kumbang berpuluh kali(bait 2), merpati yang pandai bergelak(bait 3), mawar yang
mengandung lumpur(bait 4), dan merpati yang mengaku segera(bait 6).
Jadi yang menanggapi masalah tersebut si aku merasa kecewa
karena pikiran romantik bahwa gadis yang dicintainya itu harus masih murni dan
tetap murni, setia pada si aku, tidak boleh menerima cinta orang lain, namun
kenyataan berlainan. Tidak sesuai dengan keinginan si aku. Sikap romantik
digambarkan dengan bahasa yang indah, mengambil objek dari alam sebagai
perumpamaan, sehingga seperti natural.
Sebaliknya Chairil Anwar, dalam sajaknya itu menampilkan
tampak yang lain dalam mendiskripsikan atau menanggapi gadis yang sudah tidak
murni lagi. Sangat berlawanan dengan apa yang ditampilkan oleh Amir Hamzah. Ia
berpandangan realistik, si aku au menerima kembali wanita(kekasihnya, istrinya)
yang barang kali telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Si aku mau menerima
kembali asal mau kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga. Si aku masih
sendiri, tidak mencari wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih
menunggu kembalinya wanita yang dicintainya itu.
Si aku mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak
murni lag, sudah seperti bunga yang sarinya terbagi, yaitu sudah dihinggapi
kumbang lain. Wanita itu jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu
dengan si aku dan jangan malu untuk menemui si aku. Digambarkan “Djangan
tunduk! Tantang aku dengan berani”. Si aku pun tetap menerima dengan sepenuh
hati walaupun wanita itu sudah tidak perawan lagi.
Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bunga(kembang). Wanita
yang sudah tidak murni digambarkan sebagai bunga yang sarinya sudah terbag
i(bak kembang sari yang sudah terbagi). Ini hampir sama dengn perumpamaan yang
dilakukan Amir Hamzah: “Rupanya teratai patah kelopak/dihinggapi kumbang
berpuluh kali dan kulihat kumbang keliling berlaga”. Sedangkan Chairil Anwar
:”Kutau kau bukan yang dulu lagi/ bak kembang sari sudah terbagi”. Numun
Chairil Anwar tetap menggunakan bahasa keseharian dalam pengungkapan dan
menggunakan gaya eksresif yang padat.
B. ANALISIS SEMIOTIK
Studi sastra bersifat semiotik adalah usaha untuk
menganalisis sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan
konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti. Dengan
melihat variasi-variasi didalam struktur dalam atau hubungan dalamnya, akan
dihasilkan bermacam-macam arti. Analisis semiotik itu tidak dapat
dipisahkan dari analisis struktural, dan sebaliknya. Tugas semiotik puisi
adalah membuat eksplisit asumsi-asumsi implisit yang menguasai produksi arti
dalam puisi.
Dalam sajak”Penerimaan” karya Chairil Anwar merupakan
ungkapan perasaan yang dirasakan oleh penyair. Puisi itu dapat dianalisis
sebagai berikut: si aku memberi harapan kepada gadis si aku bila ingin kembali
boleh saja. Si aku menerima sepenuh hati bila gadis itu mau kembali lagi pada
kehidupan si aku. Si aku tidak mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya
karena masih menunggu kepulangan kekasihnya.
Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap
menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak
perawan lagi atau sudah selingkuh dengan laki-laki lain. Itu
digambarkan dengan kalimat” Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang
sari sudah terbagi”. ini menggunakan metafora-metafora yang sangat indah dangan
menggambarkan perempuan yang tidak perawan dengan kembang sari sudah terbagi.
Si aku memberi harapan kepada gadis si aku bila ingin
kembali tidak usah malu dan harus mau menemui si aku. Tidak usah takut untuk
menemui si aku. Si aku pun tetap menerima apapun yang sudah terjadi dan
menerima dengan mutak: jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan
berbagi. Digambarkan dalam bait ke-5 yan berbunyi “Sedangkan dengan cermin aku
enggan berbagi”. Dalam kalimat ini menggunakan citraan penglihatan
C. KESAMAAN DALAM PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR YANG
BERTEMA PERCINTAAN
Didalam kumpulan puisi Chairil anwar banyak sekali persamaan
tema. Misalnya tema tentang percintaan. Chairil anwar menggambarkan rasa cinta
dengan banyak pilihan kata yang digunakan sesuai dengan pilihan kata yang lain.
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Dalam puisi sajak putih dgamberkan gdis ai aku pada suatu
senja hari yang indah ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu
ada warna pelangi yaitu langit senja yang indah penuh dengan macam-macam warna.
Gadis itu bertudun g sutra diwaktu haru sudah senja. Sedangkan rambut gadis itu
yang harum ditiup angin tampak seperti sedang bersenda gurau, dan dalam mata
gadis yang hitam kelihatan bunga mawar dan melati yang mekar. Mawar dan melati
yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik . biasanya mawar itu
berwarna merah yang menggambarka cinta dan melati putih menggambarkan
kesucian. Jadi dalam mata si gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan
mengikat. Suasana pada saat itu bsangat menyenangkan, menarik,m penuh keindahan
yang memduat si aku haru dengan semua itu.
Dalam pertemuan ke dua insan itu sepi menyanyi, malam dalam
doa tiba yang menggambarka tidak ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya
dian tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa.
Hanya kata hati yang berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu mengakibatkan
jiwa si aku bergerak seperti hanya permukaan kolam yang terisa air yang beriak
tertiup angin. Dalam keadaan diam tanpa kata itu, didalam dada si aku
terdengar lagu yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa kegembiraan
itu digambarkan dengan menari seluruh aku.
Hidup dari hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku
merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada
harapan yna pasti bisa diwujudkan selam gadis kekasihnya masih menengadahkan
mukanya ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai s aku,
mau memandang kemuka si aku, bahkan juga isyarat untuk mencium dario si aku.
Keduanya masih bermesraan dan saling mencintai.
Begitu juga hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih
hidup wajar, dikiaskan dengan darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai
kematioan tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Sajak
merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan
ketulusa kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku
yang sangat tulus dan jujur.
Tanda-tanda semiotik untuk kegembiraan dan kebahagiaan di
dalam sajak ini adalah kata: tari, warna pelangi, sutra senja, memerdu l;agu,
menari-neri, pintu terbuka. Jadi, sajak ini bersuasana gembira. Namun biasanya
sajak Chairil Anwar bersuasana murung, suram dan sedih. Puisi tidak hanya
menyampaikan informasi saja, namun diperlukan kepadatan dan ekspresifitas,
karena hanya inti pernyataan yang dikemukakan. Karena hal ini, maka sajak
penyimpangan dari tata bahasa normatif seperti:
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…..
Bila diucapkan secara normatif, maka ekspresifitasnya hilang
karena tidak padat dan tidak berirama. “Pintu akan selalu terbuka bagi hidup
dan hidupku. Selama matamu menengadah bagiku. Selama darah masih mengalir jika
engkau terluka. Antara kita sampai kematian datang kita tidak
membelah(berpisah). Dalam sajak ini pengertian abstrak dapat menjadi kongret
karena digunakan citraan-citraan dan gerak yang digabung dengan metafora.
Rasa sayangnya itu juga digambarkan dalam puisi Chairil
Anwar yang berjudul “Penerimaan”. Dalam puisi itu digambarkan bahwa si aku
masih bisa menerima si gadis yang telah berselingkuh dengan orang lain. Si aku
menerima dengan rasa penuh keihklasan dari si gadis yang telah mau kembali
kepelukannya. Terlalu sayangnya si aku, si aku menerima dengan lapang dada
tentang apa yang telah diperbuat oleh si gadis dengan orang lain.
Dalam puisi “Sajak Putih” banyak digunakan bahasa-bahasi
kiasan. “Tari warna pelangi” merupakan bahasa kiasan personifikasi yang
menggambarkan benda mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “ rambutmu
mengalun bergelut sernda” juga menggunakan bahasa kiasan personifikasi. Selain
itu ada kesamaan dalam penggunaan citraan-citraan agar mempunyai makna yang
kongret, serta menggunakan metafora-metafora.
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Dalam puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, terasa bahwa
penyair sedang dicengkeram perasaan sedih yang teramat dalam. Tetapi seperti
pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain, kesedihan yang diungkapkan tidak
memberikan kesan cengeng atau sentimental. Dalam kesedihan yang amat dalam,
penyair ini tetap tegar. Demikian pula pada puisinya diatas. Di dalamnya tak
satu pun kata ”sedih” diucapkannya, tetapi ia mampu berucap tentang kesedihan
yang dirasakannya. Pembaca dibawanya untuk turut erta melihat tepi laut dengan
gudang-gudang dan rumah-rumah yang telah tua. Kapal dan perahu yang tertambat
disana. Hari menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar
jauh. Gambaran tentang pantai ini sudah bercerita tentang suatu yang muram, di
sana seseorang berjalan seorang diri tanpa harapan, tanpa cinta, berjalan
menyusur semenanjung.
Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar adalah kekuatan
yang ada pada pilihan kata-katanya. Seperti juga pada puisi diatas, setiap kata
mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, dan membangkitkan kesan yang
berbeda-beda bagi penikmatnya. Pada puisi diatas sang penyair berhasil
menghidupkan suasana, dengan gambaran yang hidup, ini disebabkan bahasa yang
dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru
yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu
menghidupkan imajinasi kita. Judul puisi tersebut, telah membawa kita pada
suatu situasi yang khusus. Kata senja berkonotasi pada suasana yang
remang pada pergantian petang dan malam, tanpa hiruk pikuk orang bekerja.
Pada bagian lain, gerimis mempercepat kelam, kata kelam sengaja
dipilihnya, karena terasa lebih indah dan dalam daripada kata gelap walaupun
sama artinya. Setelah kalimat itu ditulisnya, ada juga kelepak elang
menyinggung muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu.
Untuk mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu dan berganti dengan
masa mendatang, diucapkan dengan kata-kata penuh daya: desir hari
lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Penggambaran malam yang semakin
gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan
makna, yakni: dan kini tanah dan air hilang ombak. Puisi Chairil Anwar ini
hebat dalam pilihan kata, disertai ritme yang aps dan permainan bunyi yang
semakin menunjang keindahan puisi ini, yang dapat kita rasakan pada bunyi-bunyi
akhir yang ada pada tiap larik.
Di dalam puisi ini juga digambarkan rasa cinta namun dalam
bentuk kesedihan yang mendalam yang dialami oleh si aku namun si aku tetap
tegar menghadapinya. Si aku dalam keadaan muram , penuh kegelisahan, dan tidak
sempurna dengan kehidupannya. Si aku sedang mancari cintanya yang hilang.
Suasana pada saat itu gerimas yang menambah rasa kesedihan dari si aku.
CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi
makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, bait, dan pada
akhirnya makna seluruh puisi.
Bait I “Cintaku jauh di pulau” berarti. Kekasih tokoh
aku (gadis manis) berada di suatu tempat yang jauh. “Gadis manis sekarang
iseng sendiri” artinya sang kekasih tersebut adalah seorang gadis yang manis
yang menghabiskan waktu sendirian (iseng) tanpa kehadiran tohoh aku.
Pada bait II, si tokoh aku menempuh perjalanan jauh dengan
perahu karena ingin menjumpai atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat
bagus dan malam ketika bulan bersinar, namun hati si aku merasa gundah
karena rasanya ia tak akan sampai pada kekasihnya.
Bait III menceritakan perasaan si aku yang semakin sedih
karena walaupun air terang, angin mendayu, tetapi pada perasaannya ajal telah
memanggilnya (Ajal bertahta sambil berkata : “Tujukan perahu ke pangkuanku
saja”).
Bait IV menunjukkan si aku putus asa. Demi menjumpai
kekasihnya ia telah bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu yang membawanya akan
rusak, namun ternyata kematian menghadang dan mengakhiri hidupnya terlebih
dahulu sebelum ia bertemu dengan kekasihnya.
Bait V merupakan kekhawatiran si tokoh aku tentang
kekasihnya, bahwa setelah ia meninggal, kekasihnya itupun akan mati juga dalam
penantian yang sia-sia. Setelah kita menganalisis makna tiap bait, kita pun
harus sampai pada makna lambang yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih tokoh
aku adalah kiasan dari cita-cita si aku yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si
aku harus mengarungi lautan yang melambangkan perjuangan. Sayang, usahanya
tidak berhasil karena kematian telah menjemputnya sebelum ia meraih
cita-citanya.
Dalam puisi tersebut terasa perasaan-perasaan si aku :
senang, gelisah, kecewa, dan putus asa. Kecuali itu ada unsur metafisis yang
menyebabkan pembaca berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur metafisis
tersebut berupa ketragisan hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah
dilakukan disertai sarana yang cukup, bahkan segalanya berjalan lancar, namun
manusia seringkali tak dapat mencapai apa yang diidam-idamkannya karena maut
telah menghadang lebih dahulu. Dengan demikian, cita-cita yang hebat dan
menggairahkan akan sia-sia belaka.
Dalam puisi ini juga menggunakan citraan-citraan. Hal itu
terdapat dalam “Perahu melancar, bulan memancar,”. Citraan yang digunakan
adalah citraan penglihatan karena perahu melancar dan bulan memancar hanya bisa
dilihat. Jadi citraannya adalah citraan penglihatan. Citraan visual digunakan
dalam:
“Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
....
Mengapa Ajal memanggil dulu
Mengapa Ajal memanggil dulu
…
Dalam puisi “Cintaku jauh di pulau” juga menggunakan bahasa
sajak. Bahasa sajak yang digunakan adalah:
1. Personifikasi adalah semacam gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup.
…
angin membantu, laut terang, tapi terasa…
Di air yang tenang, di angin mendayu,
…
Mengapa Ajal memanggil dulu
…
2. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung
pernyataan melebih-lebihkan.
…
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
....
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
…
Dari kesemuaan puisi Chairil Anwar tersebut mempunyai
persamaan dalam tema yaitu tentang percintaan. Namun hanya berbeda dalam
penggunaan pilihan kata-kata. Selain itu berbeda dalam perasaan hati si aku.
Perasaan berbeda karana hidup seseorang tidak akan sama perasaannya. Kadang
sedih dan kadang pula hidup bahagia. Begitui juga halnya si aku.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
sajak “Penerimaan” karya Chairil Anwar dianalis dengan kajian struktural
semiotik. Untuk menganslisisnya terdapat gaya bahasa yang digunakan yaitu:
a. Pilihan kata
Kata-kata di dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali
berbeda dengan teks dalam bentuk yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki
peran sangat esensial karena ia tidak saja harus mampu menyampaikan gagasan,
tetapi juga dituntut untuk mampu menggambarkan imaji sang penyair dan
memberikan impresi ke dalam diri pembacanya, karena itu kata-kata dalam puisi
lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis.
b. Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk
mencpai spek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif
tidak secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini
digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Basasa
kiasan dipergunakan untukmemperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair.
Bahasa sajak ang tedapat dalampuisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar adalah
sebagai berikut:
1) Repetisi
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
2) Simile atau Persamaan
Simile atau Persamaan adalahperbandingan yang bersifat
eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain.
3) Pesonifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda mati seolah-olah hidup.
c. Citraan
Citraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan
hadirnya kesan keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam
sebuah puisi merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan
puisi, sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak
konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan menghayati
sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.
d. Sarana Retorika
Sarana retorik pada dasarnya merupakantipu muslihat piiran
yang mempergunakan susunan bahasa yang khas sehingga pendengar erasa dituntut
untuk berpikir. Dalam menyampaikan sebuah ide atau gagasan Chairil Anwar
cenderung pada aliran realisme dan ekspresionis.
e. Intertekstual
Sajak “Penerimaan” karya Chairil Anwar mempunyai kesamaan
dengan sajak “Kusangka” karya Amir Hamzah, namun ada juga perbedaan-perbedaan
dalam mengekspresikannnya. Perbedaan itu terdapat dalam mengapresiasikan
seorang perempuan yang terdapat dalam sajak itu.
Puisi Chairil anwar biasanya bercerita keadaan yang muram,
sedih, pilu, namun ada juga sajak yang berisi perasaan si aku dalam keadaan
yang gembira, bahagia, dan senang. Dalam puisi Chairil anwar yang bertema
percintaan, tokoh si aku merasa senang maupun sedih. Kesamaan itu dapat dilihat
dari penggunaan kata atau pilihan kata yang terdapat dalam sajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar